Chapter 18

28 17 6
                                    

Tengah malam, rumah sakitmu dihebohkan dengan seseorang yang kepalanya dibanjiri darah. Korban perampokan, begitulah yang kau dengar.

Kau datang tergopoh-gopoh, tak kalah cepat dengan keluarga korban yang menyusul di belakang. Kalimat-kalimat permohonan memenuhi gendang telingamu. Lalu kau masuk ke dalam ruang Unit Gawat Darurat.

Matamu mengamati lelaki yang terbaring di ranjang seperti elang marah. Tulang hidungnya patah, pembuluh darahnya pun pecah. Lantas kau meminta dua rekanmu untuk menyiapkan peralatan bedah.

Takdir adalah kehendak-Nya. Elektrokardiograf berbunyi seiring denyut jantung yang melemah, kemudian garis menjadi lurus. Tak tertolong. Alih-alih berkumpulnya penyakit, rumah sakitmu seakan jadi tempat transit kematian.

~Fin~

RubikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang