Chapter 23

18 16 2
                                    

"Lihat, Kak!" Panji menunjuk seekor tikus putih di dalam wadah bening. "Tikusnya lucu. Kasihan tahu, masa mau disuntik?"

Icha hanya mendengkus sembari menahan geli melihat tingkah juniornya. Di jurusan farmasi, melakukan uji coba terhadap tikus sudah biasa. Namun, untuk lelaki seperti Panji, itu pastinya hal yang sulit.

"Pan, kamu tahu nggak kenapa pakainya tikus?" Icha bertanya.

Panji menggeleng selagi menyarungkan lateks ke tangan. Maklumlah, mahasiswa tahun kedua dan baru mengenal uji coba.

"Struktur gennya mirip manusia. Kita pilih tikus putih karena lebih tenang, nggak fotofobik. Dan masih banyak keuntungan lainnya."

Sepuluh menit kemudian, dosen datang dan praktikum efek anestesi dimulai.

~Fin~

RubikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang