All You Never Say

445 22 0
                                    

Author POV:

Niall menatap layar hp nya. Sesaat ada keraguan di wajahnya, namun akhirnya dia menekan tombol call di hp nya.

"Hello, Niall?" Suara Lily.

"Hai Lily. Kau sedang apa?"

"Aku sedang membaca di perpustakaan kota. Ada apa?"

"Kau sendirian? Boleh aku menyusulmu?"

"Um... Ya, aku sendirian. Boleh saja kalau kau mau."

Niall tersenyum. "Baiklah aku segera ke sana. Tunggu aku."

Niall menutup telepon dan berlari mengambil kunci mobilnya.

"Eits, eits... Mau ke mana?"

"Oh, mom. Anu, aku mau ke perpustakaan kota."

"Perpustakaan kota?" Mrs. Darlene mengerutkan dahinya. "Sejak kapan kau hobi membaca?"

"Oh itu..."

"Ah, aku tahu. Gadis itu ya? Siapa namanya? Lily? Baiklah, kau boleh pergi."

Niall tersenyum dan mengecup pipi ibunya. "Bye, mom!"

"Hati-hati dan semoga sukses." Mrs. Darlene tersenyum melihat anaknya.

Lily POV:

Aku menyesap cappuccinoku sambil membaca buku yang kubawa. Aku sudah selesai meminjam buku di perpustakaan. Sekarang aku duduk di bangku yang berjejer di depan cafe yang tidak jauh dari perpustakaan kota. Aku menunggu Niall yang katanya ingin menyusulku di perpustakaan. Tapi aku mengiriminya pesan untuk menemuiku di cafe ini.

Ah, Niall. Dia masih saja terus mencoba mendekatiku. Seperti katanya, berusaha membuatku jatuh cinta padanya. Aku tersenyum miris. Bagaimana caranya aku bisa jatuh cinta padanya sedangkan hatiku masih belum siap? Apa aku terlalu takut untuk jatuh cinta lagi? Apa aku terlalu pengecut untuk mencoba lagi? Entahlah. Aku belum bisa menjawab kegalauan hatiku sendiri.

Tapi mengapa aku membiarkan Niall mencoba membuatku jatuh cinta padanya? Mengapa aku izinkan dia datang menemuiku? Apa aku sebenarnya juga menyukainya? Tapi bagaimana jika nantinya aku kecewa lagi. Atau malah aku yang akan membuat Niall kecewa.

Aku melihat sosok Niall yang berjalan menuju bangku tempat aku duduk. Dia melambaikan tangannya padaku.

"Maaf, apa kau sudah lama menungguku?" Niall duduk di depanku.

"Tidak juga. Aku sudah pesankan kau cappuccino juga. Kau juga suka kan?"

Niall mengangguk. "Ya, aku suka. Terima kasih. Setelah ini kau mau kemana?"

Aku mengangkat bahuku, "Tidak tahu. Bosan sekali hari ini."

Niall menyeruput cappuccinonya. "Mau pergi ke taman bermain?"

Aku membulatkan mataku. "Boleh juga. Ah, kenapa tidak kepikiran ya."

Niall tertawa. "Oh iya, kau membaca buku baru?"

"Yeah, Gray Mountain karya John Grisham."

"Oh, aku tahu, buku ini tentang..."

"Sejak kapan kau suka membaca?" Aku memotong ucapan Niall.

Niall membuka mulutnya. "Oh... Aku suka kok, membaca..."

Aku tertawa. "Sudahlah jangan bohong lagi. Berhenti membuatku terkesan, Niall. Aku tahu kok kau tidak suka membaca."

Niall mengusap kepalanya dan tertawa. "Kau tahu dari mana aku tidak suka membaca?"

"Saat kau bilang di novel The Historian pada akhirnya Drakula mati karena mulutnya dimasukkan bawang putih. Kau salah, Niall. Drakula mati karena ditembak dengan peluru perak." Aku tertawa.

Moments (1D Fanfiction) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang