Fight & Confession

403 20 0
                                    

Author POV:

Minggu siang itu One Direction sedang berkumpul di studio mereka untuk latihan. Satu bulan lagi mereka akan jadi band pembuka untuk konser The Sun and The Moon. Ini salah satu langkah besar dalam band mereka, karena The Sun and The Moon adalah band aliran rock yang keren dan punya banyak penggemar.

"Aku mulai lapar." Erang Harry.

"Kau sudah seperti Niall saja." Omel Liam.

Mereka semua tertawa kecuali Niall. Mereka saling sikut satu sama lain melihat Niall yang tampak muram dan tak banyak bicara sejak tadi.

"Niall, kau kenapa diam saja? Keracunan makanan?" Tanya Louis sambil menepuk pundak Niall.

Niall tersadar dari lamunannya, "Hah? Apa? Tidak aku baik-baik saja."

"Jangan berbohong. Kau tidak tampak baik-baik saja." Ujar Zayn.

"Lily?" Tanya Harry.

Niall mengangkat bahunya.

"Bukankah seharusnya kau senang karena berhasil mengajaknya keluar? Oh ya, dan kau berhasil punya no hp nya dan kulihat kalian sudah saling follow di twitter. Tapi mengapa kau malah sedih?" Tanya Liam.

"Oh ya, aku senang kok. Kencan kami asyik."

"Lalu kenapa wajahmu muram seperti ada seseorang yang mencuri burgermu?" Tanya Louis.

"Dia... Lily, hanya ingin berteman denganku saat ini, Dia belum ingin punya hubungan serius saat ini." Niall berkata lesu.

" Niall berkata lesu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya ampun. Tenang saja Niall, yang penting kau sudah berteman dengannya saat ini. Membuat seorang gadis jatuh cinta itu mudah." Kata Harry.

"Ya, seperti hubunganmu dengan Sienna?" Tanya Zayn.

"Kenapa Zayn? Apa kau cemburu aku dekat dengan Sienna?" Harry nyengir.

"Tidak kok. Hanya saja kau sepertinya tidak serius dengannya." Zayn tertawa mengejek.

"Well, well, lads. Apa kami melewatkan sesuatu di sini?" Tanya Louis bingung melihat Harry dan Zayn yang tiba-tiba beradu mulut hanya gara-gara seorang gadis bernama Sienna.

"Bukan apa-apa kok. Jadi Niall, bagaimana?" Harry mengalihkan pembicaraan.

"Aku sudah bilang pada Lily bahwa aku akan membuktikan kalau aku serius padanya dan aku akan membuat dia jatuh cinta padaku."

"Bagus. Sekarang ayo buktikan! Kau harus mengajaknya keluar lagi." Kata Harry tersenyum.

"Ya, tapi ingat jangan sampai mempermainkan perasaan seseorang. Kau harus serius dengannya atau dia tidak akan percaya sama sekali." Zayn berkata sambil lalu.

"Maksudmu aku yang mempermainkan perasaan seseorang?" Tanya Harry.

"Kau merasa?" Zayn bertanya balik.

Harry mendengus kesal. "Kalau kau cemburu bilang saja cemburu."

Zayn menggelengkan kepalanya dan mengemasi barang-barangnya dan keluar dari studio.

"Jadi, Harry, kau bisa cerita sebenarnya ada apa?" Tanya Liam.

Harry menatap teman-temannya satu persatu dan menghela nafas.

Harry bingung ingin mulai dari mana untuk menjelaskan ketegangan yang terjadi antara dia dan Zayn.

"Dia sepertinya kesal karena aku dekat dengan Sienna."

"Kemarin kalian baik-baik saja." Kata Niall.

"Ya, dia baru tahu aku dekat dengan Sienna kemarin. Aku tidak tahu kalau dia mungkin juga menyukai Sienna."

Niall POV:

"Niall!" Aku mendengar suara Louis memanggilku. Sekarang di studio hanya tinggal kami berdua.

"Ya, Lou? Ada apa?"

"Ada yang ingin aku sampaikan."

"Apa?"

"Well, tadi kau lihatkan bagaimana Harry dan Zayn bertengkar hanya gara-gara Sienna."

Aku menganggukkan kepala, "Kita harus menasehati mereka agar tidak bertengkar lagi. Masa hanya gara-gara seorang cewek. Ini bisa berpengaruh pada band kita."

"Um, ya. Kau benar. Omong-omong soal cewek. Aku ingin mengaku bahwa sebenarnya aku juga menyukai Lily."

Aku kaget, "Tapi kau tak tampak seperti menyukainya. Kalau kau suka pasti kau sudah mengejarnya dari awal."

Louis tersenyum, "Karena aku tahu kau juga menyukainya sejak awal."

"Jadi sejak pertama kali kita melihatnya di cafetaria, kita sama-sama jatuh cinta padanya?" Aku tertawa hambar.

"Entahlah. Awalnya aku kira ini hanya perasaan kagum biasa, ternyata setelah aku melihat kau bersama Lily, aku kesal juga."

Aku mengehela nafas, "Aku tidak tahu kalau kau juga suka padanya. Kenapa kau harus mengalah? Aku jadi merasa terhina."

Louis tertawa, "My bad, lad. Aku terlambat menyadari semuanya. Lagi pula tak ada yang kulakukan untuk mendekati Lily. Beda denganmu yang sudah berusaha. Jadi, aku memang tidak berhak."

"Kenapa kau mengatakan semuanya padaku?"

Louis berdehem, " Aku tidak ingin seperti Harry dan Zayn. Aku rasa, lebih baik aku mengaku sekarang daripada suatu saat kau tahu bagaimana perasaanku pada Lily."

"Apa ini mengubah sesuatu diantara kita?"

"Tentu saja tidak. Aku mengatakan hal ini agar kau tahu bahwa kau sudah berhasil mengalahkanku beberapa langkah. Kau juga berhasil membuktikan padaku bahwa kau benar-benar menyukai Lily dan berhasil mengajaknya keluar. Hal yang paling penting, Lily memberi respon padamu."

"Sekarang apa kau berniat mengejar Lily?" Aku kemudian bertanya was-was.

"Kenapa? Kau takut kalah saing?" Louis tersenyum mengejek.

"Tidak sih, aku hanya bersiap-siap saja."

"Mungkin, jika kau tidak serius dan sungguh-sungguh mengejar Lily, aku akan ambil alih." Louis nyengir.

Aku tertawa dan meninju bahu Louis. Louis mengaduh pelan dan ikut tertawa. "Sialan! Aturannya, teman tidak seharusnya menikung."

"Aturan siapa itu? Tidak ada di undang-undang negara. Aku bisa menelpon Harry untuk memastikannya."

"Tetap saja tidak etis."

"Tergantung, Nialler. Kalau kau gagal mendapatkan Lily, giliranku untuk mencoba mendapatkannya."

Aku tertawa, "Tak akan kubiarkan."

"Semoga berhasil meluluhkan hati Lily. Aku belum mulai apa-apa kok. Jadi, kau tidak perlu khawatir apa-apa, Niall. Bagiku, persahabatan kita tetap paling penting. Aku hanya ingin menegaskan saja bahwa aku tidak akan pernah berusaha mendekati Lily."

Aku menghela nafas berat. "Repot juga ya."

Louis tersenyum. "Tidak kok. sekarang kau harus berusaha mengajaknya keluar lagi dan buktikan kalau kau benar-benar mencintainya."

Moments (1D Fanfiction) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang