The Strange Feeling

424 22 3
                                    

Author POV:

Sienna menatap ke luar jendela kamarnya di lantai 2. Dia melihat Zayn baru pulang dan sedang memarkir motornya. Rumah mereka memang berseberangan. Sienna mengulum senyumnya. Zayn selalu menggunakan motornya jika berpergian. Entah kapan anak ini akan lulus ujian mengemudi, sudah seperti SpongeBob saja, pikir Sienna.

Sienna mengambil sweaternya, memakai sandal dan berlari menuju rumah Zayn.

"Zayn!" Panggil Sienna sambil berlari.

Zayn menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya.

"Hei, Zayn. Kau dari mana? Aku menunggumu pulang dari tadi."

"Um... Aku tadi bertemu Liam. Ada apa?"

"Kau itu yang ada apa. Kenapa sih akhir-akhir ini menghindari aku terus. Pesanku tidak dibalas, telponku tidak kau jawab, dan setiap aku ke rumahmu, kau selalu dalam posisi tidur."

"Aku sibuk dan sangat kelelahan akhir-akhir ini."

"Kau kesal ya karena aku berteman dengan Harry?"

"Tidak, aku tidak melarangmu berteman dengannya. Hanya saja, jangan sampai kau jatuh cinta padanya. Aku sudah memperingatkanmu kalau dia..."

"Womanizer yang hanya akan membuat aku sakit hati. Itu kan maksudmu?" Sienna memotong ucapan Zayn.

Zayn mengangkat bahunya.

"Zayn. aku hanya berteman dengannya kok. Aku ngerti kalau kau khawatir denganku, karena kau adalah teman terbaikku. Kau selalu menjagaku."

Zayn menatap Sienna.Ya, aku ingin menjagamu dari segala rasa kecewa, kata Zayn dalam hati. Tapi mengapa ada rasa yang tak bisa dijelaskan olehnya ketika melihat Sienna dan Harry dekat. Rasa cemburu ketika dia membayangkan Sienna akan hatuh cinta pada Harry. Apakah selama ini Zayn ingin Sienna lebih dari sekedar teman?

"Ya, aku tidak ingin kau terluka, sienna."

Sienna tersenyum. "Tenang Zayn, aku bisa mengatasi semuanya. Kau tidak perlu khawatir apapun. Aku hanya menganggap Harry temanku dan aku tidak akan mengizinkan dia untuk mempermainkan perasaanku. Kau tahu, aku hanya akan memacari cowok yang baik dan setia."

"Seperti aku?" Zayn kaget sendiri ketika kata-kata itu keluar dari mulutnya.

Sienna menatap Zayn, sedetik kemudian tawanya pecah. "Ya, seandainya aku bisa menemukan lagi cowok sepertimu, aku akan pacari dia. Sayang sekali kau ini sahabat terbaikku dan sudah kuanggap kakakku sendiri. Aku tak bisa membayangkan kalau kita pacaran. Pasti aneh sekali." Sienna kemudian tertawa lagi.

Zayn tersenyum kemudian dia ikut tertawa. Sienna, kau salah. Aku bisa menjadi lebih dari ini untukmu dan aku tidak akan pernah membuatmu kecewa, pikiran itu terlintas di benak Zayn. Setiap hari sejak Zayn menyadari ada perasaan asing untuk Sienna, dia membayangkan seandainya dia tahu mengapa ada rasa ingin melindungi Sienna begitu kuat ada di dalam hatinya. Salah, ya dia telah salah mengartikan perasaannya sendiri. Sekarang bagaimana meyakinkan Sienna bahwa mereka bisa lebih dari sekedar sahabat?

"Kau jangan coba-coba menghindari aku lagi ya." Kata Sienna kemudian menghamburkan tubuhnya ke punggung Zayn.

Zayn yang kaget dan tidak siap hampir terhuyung namun kemudian dia tertawa dan memberikan Sienna piggyback.

Zayn membawa Sienna ke rumahnya. "Kau mau lihat lukisan baruku?" Tanya Zayn sambil terus menggendong Sienna dan membawa gadis itu ke kamarnya.

"Kau membuat lukisan baru? Aku mau lihat!"

Zayn tertawa dan menurunkan Sienna ketika mereka sudah berada di kamarnya. Zayn mengambil salah satu lukisan dari tumpukan kanvas di sudut kamarnya. Dia memang menjadikan melukis sebagai hobinya. Sienna selalu menjadi orang pertama yang akan melihat lukisan terbaru Zayn.

Zayn menyerahkan lukisannya pada Sienna. Sienna mengambil lukisan dari tangan Zayn. Sesaat kemudian matanya berbinar dan mulutnya membentuk huruf o. Zayn melukis sekelompok rusa yang berada di hutan tepi kota.

"Ya ampun, ini indah sekali. Kapan kau melukisnya?"

"Beberapa hari yang lalu. Aku pergi ke sana sendirian dan melukis rusa-rusa ini."

"Kenapa kau tidak mengajakku? Kan aku mau melihat rusa-rusa ini juga."

"Well, itu... Aku ingin mengajakmu hari itu. Tapi aku melihat kau dijemput Harry."

"Oh, itu..." Sienna memang semakin dekat dengan Harry. Mereka sering pergi jalan-jalan, makan, atau sekedar menonton film baru di bioskop. Tiba-tiba ada sedikit perasaan bersalah di hati Sienna. Selama ini dia sering menemani Zayn ketika cowok itu pergi ke suatu tempat untuk melukis. Namun, akhir-akhir ini dia selalu saja pergi dengan Harry. Mau bagaimana lagi, Sienna selalu saja tak kuasa menolak ajakan Harry yang akan selalu memaksanya dengan berbagai cara.

"Lain kali aku akan ajak kau ke sana." Zayn tersenyum dan mengacak rambut Sienna.

"Zayn... Aku minta maaf kalau aku bukanlah sahabat yang baik."

"Kenapa? Karena kau sekarang jarang main denganku? Ah, sudahlah. Persahabatan kita ini tanpa perjanjian kok. Kau kan tidak pernah berjanji untuk selalu ada menemaniku kan. Kau juga punya kehidupan dan teman-teman lain. Aku juga begitu. Jadi, jangan pernah merasa bersalah jika kau tidak bisa selalu bersama aku."

Sienna tersenyum. "Kau semakin dewasa."

"Dan kau semakin pendek." Ejek Sienna.

"Apa? Pendek katamu? Awas kau ya!" Sienna pura-pura kesal dan melayangkan tinjunya ke bahu Zayn.

Zayn tertawa sambil menghindari pukulan Sienna.

"Zayn..." Kata Sienna saat tawa mereka reda.

"Ya?"

"Berjanjilah untuk selalu menjadi sahabat terbaikku. Jangan pernah membenciku meskipun suatu saat aku membuat keputusan yang salah." Sienna menatap Zayn. Entah mengapa kata-kata itu keluar dari mulutnya. Keputusan salah apa yang akan aku lakukan? Pikir Sienna. Tapi dia merasa akan mengkhianati Zayn dengan pelan-pelan jatuh hati pada Harry. Zayn pasti tidak senang karena Sienna tidak mendengar kata-katanya. Tapi, jika suatu hari nanti Sienna benar-benar jatuh hati pada Harry, dia tidak ingin Zayn menjauh darinya.

Zayn menghela nafasnya. "Kau kan memang bodoh selalu membuat keputusan yang salah. Contohnya, sudah tahu ukuran celana jeansmu itu 28, kenapa kau memaksa membeli jeans ukuran 27?"

Sienna mengerjapkan matanya. "Kau, sejak kapan mengahapal ukuran celanaku, hah?"

"Ingat tidak ketika kau ngomel-ngomel celana barumu tidak muat ketika kita belanja bulan lalu?"

Sienna tertawa. "Dasar kau ini! Jangan nilai aku dari ukuran celanaku, please."

"Dasar gendut!"

"Dasar tukung ngambek!"

Mereka berdua tertawa.

"Omong-omong aku akan datang ke konser The Sun and The Moon dan akan melihat kalian, One Direction, tampil."

Mata Zayn berbinar senang. "Kau akan datang menonton kami? Baguslah."

"Well, awas saja kalian tidak keren ya."

"Baiklah, aku akan ambil tiketnya untukmu. Ini front row loh."

"Um... Harry bilang aku bisa dapat akses ke backstage."

Zayn terdiam sesaat dan menggenggam tiket yang akan diberikannya pada Sienna. "Oh, begitu ya. Kau tidak perlu tiket ini. Nanti kau akan dapat name tag khusus."

Sienna mengangkat bahunya.

"Jadi, kau datang karena Harry mengajakmu?"

"Tidak juga. Dia memaksaku. Lagi pula aku juga ingin melihat kalian tampil. Pasti keren sekali. The Sun and The Moon kan band besar dan kalian One Direction sebagai band pembukanya pasti akan tampil lebih keren dari konser-konser sebelumnya."

Zayn tertunduk dan tersenyum. "Aku senang kau bisa datang."

Sienna merangkul Zayn. "Pakailah outfit yang keren, supaya kau bisa dapat pacar di konser nanti."

Zayn memutar bola matanya. "Aku ini sudah keren tanpa perlu usaha ya." Sienna tertawa.

Moments (1D Fanfiction) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang