Afraid

463 23 0
                                    

Author POV:

Hari ini One Direction sedang bertemu dengan mr. Franklin seorang produser sekaligus pemilik label rekaman yang terkenal. Mereka bertemu lelaki setengah baya itu di kantornya. Setelah menjadi band pembuka konser The Sun and The Moon, band One Direction memang semakin terkenal. Akhirnya mereka mendapat tawaran dari label untuk mulai merekam album pertamanya. 

"Aku sudah mendengar demo rekaman band kalian, aku benar-benar terkesan. Lagu-lagu ini kalian tulis sendiri?" Tanya mr. Franklin sambil menyesap kopinya. 

"Yeah, masing-masing dari kami ambil bagian dalam menulis lagu ini." Jawab Liam.

"Bagus dan keren. Kalau begitu kita bisa teken kontrak dan kalian bisa mulai rekaman."

"Yes!" Teriak Niall yang diikuti pandangan menegur dari teman-temannya. Niall menurunkan tangannya. "Maaf mr. Franklin."

Mr. Franklin tertawa. "Tidak apa-apa Niall."

Setelah selesai bertemu mr. Franklin, One Direction berkumpul di salah satu cafe favorit mereka.

"Lads, akhirnya kita semakin dekat dengan impian kita." Kata Liam yang diikuti anggukan dan senyuman teman-temannya.

"Harry, akhirnya kau bisa membuktikan pada ayahmu kalau kau serius dan bisa mewujudkan cita-citamu di musik." Kata Louis sambil menepuk bahu Harry.

Harry tersenyum. "Yeah, aku tidak sabar memberi tahu kabar ini pada Ayah. Well lads, aku duluan kalau begitu."

"Kau mau ke mana?" Tanya Niall.

Harry mengangkat bahunya. "Pulang ke rumah orang tuaku untuk memberi tahu kabar gembira ini. Aku pikir lebih baik menyampaikannya langsung."

"Akhirnya setelah berbulan-bulan kau pulang juga. Masih untung ayahmu tidak berhenti memberi asupan dana ke tabunganmu." Gelak Liam.

Harry tertawa. "Itu bentuk protesku, lads. Aku harap mereka mulai bisa menerima keputusanku untuk berkarir di bidang musik."

"Baiklah, hati-hati." Kata Louis. Harry kemudian beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari cafe.

"Liam bisa temani aku ke bengkel? Aku mau menjemput Porsche ku." Ajak Louis. Porche 911 turbo nya memang masuk bengkel gara-gara Louis tidak sengaja menabrakkannya ke pagar kampus. Dia memang selalu ceroboh dan selalu terburu-buru jika mengemudi membuat teman-temannya selalu panik jika Louis yang mengemudi.

"Oke, ayo pergi." Kata Liam.

Louis dan Liam pun beranjak dari cafe tersebut dan pergi dengan mobil Liam.

"Kau punya rencana hari ini?" Tanya Zayn pada Niall setelah mereka tinggal berdua.

"Um, masih siang. Sepertinya aku akan pergi ke rumah Lily. Aku ingin menyampaikan kabar gembira ini padanya." Niall memang hanya bercerita sedikit pada Lily tentang rencana One Direction akan rekaman album pertama mereka.

"Ya, aku juga tidak sabar ingin menyampaikan kabar ini pada..." Zayn teringat Sienna. Tapi dia tidak melanjutkan ucapannya. Zayn yakin Sienna pasti sudah mengetahui kabar ini dari Harry. Sienna dan Harry memang semakin dekat dan sepertinya mereka sudah pacaran sejak malam konser itu. Zayn melihat Sienna diantar pulang oleh Harry keesokannya. Gadis itu masih mengenakan dress yang sama, berarti dia menginap di tempat Harry. Zayn sadar, kesempatannya untuk bersama Sienna telah pupus. Tapi Zayn tidak pernah bertanya pada Sienna apakah gadis itu telah berpacaran dengan Harry. Sienna tidak pernah mengungkit hal itu. Zayn juga tidak pernah bertanya pada Harry. Lagi pula buat apa dia bertanya. Bukan urusanku kok, pikir Zayn.

"Kau ingin menyampaikan kabar ini dengan siapa?" Tanya Niall melihat Zayn yang bukannya melanjutkan ucapannya tapi malah melamun.

"Oh, bukan siapa-siapa. Ngomong-ngomong, kau dan Lily sudah pacaran belum sih? Kenapa Lily tidak mengaku jika aku memanggilnya sebagai pacarmu?"

Moments (1D Fanfiction) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang