Ayasa berdecak pelan ketika sebuah mobil yang sangat dia kenal berhenti di depannya. Kaca mobil diturunkan, menampilkan siapa yang tengah duduk di kursi kemudi. Adriel. Yah, siapa lagi kalau bukan cowok itu? Ayasa memutar bola mata. Harusnya, dia tidak perlu heran atau terkejut. Namun, lama tak bertemu—atau tepatnya karena Ayasa menghindari kontak dengan Adriel untuk sementara waktu, membuat Ayasa merasa mixed feeling. Sebagian senang, sebagiannya lagi takut bercampur khawatir.
Ayasa takut, untuk beberapa alasan.
"Hei." Sapaan pendek dari Adriel membuyarkan lamunan Ayasa. "Kenapa bengong? Ayo, naik." Cowok itu memberi isyarat dengan dagu agar Ayasa membuka pintu mobil dan segera masuk.
Ayasa menggeleng, melambaikan ponsel di tangan. "Aku udah pesan Gojek. Driver-nya lagi on the way." Cewek dengan ponytail tinggi itu mencoba tersenyum, meski entah kenapa rasanya aneh sekali. "Kamu duluan aja. Oke, see you." Dengan cepat Ayasa balik kanan, hendak mengambil langkah seribu sebelum satu desisan dari Adriel sukses membuyarkan niatnya.
"You better stop there."
Sontak, Ayasa menepuk dahi, tidak kuasa berkutik kalau sudah begini. Bukan mustahil Adriel akan turun, mengejar, lantas menggendong dirinya ke dalam mobil jika Ayasa berani melawan. Daripada menjadi pusat perhatian karena mereka masih berada di area kampus, ikuti sajalah, pikir Ayasa. Cewek itu lantas berbalik, mendapati Adriel merengut. Entah kenapa, melihatnya saja sudah membuat Ayasa ikut sewot. "What?" Ayasa menyalak tak kalah garang.
Bersikap seperti biasa. Berulang kali Ayasa menyugesti kata-kata tersebut kepada dirinya sedari tadi. Jangan buat Adriel curiga.
Adriel berdecak keras. "Cancel. Naik atau kamu mau digendong paksa dulu baru nurut?"
Nah, kan?
Ayasa menimbang-nimbang. Diliriknya ponsel yang masih menyala sebelum pandangannya beralih kepada Adriel yang tampak tidak sabar menunggu. Hadeh, Gusti! Ayasa ingin menjedotkan jidatnya berulang-ulang ke pintu mobil di depannya saat ini, frustrasi sendiri. Padahal rencana untuk menjauhi Adriel sudah berjalan mulus dua minggu ini. Hasilnya pun cukup signifikan. Omongan-omongan jail tentang mereka mulai berkurang. Namun, tiba-tiba saja, cowok tersebut muncul di depan Ayasa. Jika sekadar muncul, sih, tidak masalah. Memaksa agar meng-cancel order Gojek dan segera naik ke mobil, nah, itu jelas problem.
Bersahabat sejak SMP hingga sekarang—duduk di bangku perkuliahan semester tiga, membuat Ayasa hafal betul kelakuan Adriel. Seperti sekarang, contohnya. Ayasa tahu cowok itu tidak sekadar mengajak untuk nebeng, tetapi juga ingin membicarakan hal penting—penting menurut Adriel, tentunya. Adriel, yang jelas-jelas tipikal "Bodo amat, deh, yang penting udah gue tawarin," menjadi "Naik atau gue enggak bakalan biarin lo ke mana-mana barang sesenti," patut diwaspadai. Iya, salah-salah cowok dengan kulit putih bersih bak susu itu bisa berbuat nekat jika kemauannya tidak dituruti. Ancaman untuk menggendong paksa agar segera masuk ke mobil jelas bukan tong kosong nyari gaungnya.
"Aku hitung sampai sepuluh," kata Adriel setelah hening sejenak, membuyarkan lamunan Ayasa. "Satu, dua, tiga—" Cowok itu mulai berhitung dengan santai. Ujung matanya melirik Ayasa yang tampak panik, membuat Adriel tersenyum tipis tanpa sadar. "—empat, lima, enam—"
"Fine!" Ayasa berseru kesal. Dengan gerakan kasar, dibukanya pintu mobil, lantas mengambil posisi duduk senyaman mungkin—meski rasanya agak canggung, mengingat dia bersisian dengan Adriel saat ini. Oke, tenang, Ayasa. Lagi-lagi, Ayasa menyugesti diri. Kamu udah sering duduk di samping Adriel. Santai aja. Cewek itu menarik napas, mengembuskannya pelan-pelan sebelum mendelik tajam kepada Adriel yang mengangguk puas. "Puas bikin aku kelabakan?" sindir Ayasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
[CAMPUS COUPLE] Ray Hidayata - Goodbye and Go
RomanceAyasa yang tomboy bersahabat dengan Adriel yang menjadi idola cewek-cewek di kampus. Bosan diteror terus-menerus karena kedekatannya dengan Adriel, Ayasa pun mencoba menjauh. Saat itulah dia bertemu seorang penulis Wattpad yang dia kagumi, kemudian...