Bab 22: Bangkit dan Rencana

1.3K 204 48
                                    

Seumur-umur, sejak pertama kali bertemu, menjalin hubungan sebagai pacar, dan terus berteman meski menyandang status mantan, Cindy belum pernah melihat Adriel sefrustrasi ini. Wajah cowok itu terlihat muram. Rambut kusut dan penampilan berantakan menambah kesan tersebut. Cowok itu berdiri di ambang pintu rumah Cindy dengan tatapan nelangsa.

"Hei," sapa Cindy seraya membukakan pintu lebih lebar, mempersilakan Adriel masuk. "Ayo. Udah sarapan? Gue kebetulan bikin nasi goreng. Ada porsi lebih. Ke ruang makan, gih. Ntar keburu diembat semua sama Rian." Cewek itu menutup kembali pintu rumah. Langkahnya terasa gamang ketika mengikuti derap Adriel menuju dapur.

Tumben enggak nolak, pikir Cindy. Dilihatnya Adriel berjalan dengan lunglai. Seolah ada beban tak kasatmata di sana. "Bro, lo ada masalah?" tanya Cindy to the point ketika menyejajari langkah Adriel.

Tidak ada respons. Adriel hanya menoleh sebentar dan memberi senyum tipis sebelum bergabung dengan Rian yang melambaikan tangan di meja makan. Hal yang membuat Cindy mengernyit, tiba-tiba merasakan ada sedikit kecanggungan. Terlebih, ketika dilihatnya Adriel juga tidak merespons saat Rian menyapa.

"Bagi-bagi, elah." Cindy menarik tempat nasi yang dipegang Rian dan mengopernya kepada Adriel. "Itu lapar apa doyan? Saingan sama porsi kuli." Cewek itu mendengkus, memberi isyarat dagu ke arah porsi di piring Rian, membuat yang disindir cemberut karenanya.

"Makan aja." Adriel mengembalikan tempat nasi di tangan kepada Rian. "Gue enggak laper," katanya lagi. Terdengar lesu dan tidak bersemangat. Tidak seperti biasanya.

Kali ini, kernyitan yang lebih dalam hinggap di dahi Cindy. Cewek itu menoleh, mendapati Rian juga turut melakukan hal yang sama. Ada yang salah, Cindy menyimpulkan dengan cepat. Satu anggukan dia berikan kepada Rian yang disambut hal serupa. Cewek itu mendebas ketika berjongkok di depan Adriel yang tertunduk dalam. "What happened?" Tidak ada jawaban. "Soal Ayasa?"

Anggukan diberikan Adriel sebagai tanda iya. Cowok itu merogoh saku celana. Menyerahkan selembar kertas yang sudah kumal karena diremas terlalu kuat. Satu-satunya benda yang bisa menjelaskan tanpa banyak kata. Hanya dengan melihatnya saja, tanpa perlu repot-repot membuka dan membaca ulang isinya, Adriel tidak bisa untuk tidak merutuki diri sendiri. Berulang-ulang. Hal yang berujung dengan membenturkan dahi ke meja makan. Tanpa henti. Tidak peduli sakit yang perlahan menjalar.

"Riel, lo udah hilang akal, ya?" Cindy setengah menjerit dan setengah menyentak keras ketika berusaha menghentikan aksi tersebut. Jika benturan yang dilakukan Adriel pelan dan terkesan main-main, Cindy akan membiarkan saja. Masalahnya, pemandangan itu jauh dari kata bercanda. Begitu keras, hingga peralatan makan yang ada ikut bergetar dan terguncang. "Astaga. Gue punya temen waras banget." Cewek itu menggeleng-geleng ketika mendapati dahi Adriel yang kemerahan. "Lo kenapa, Bro?"

Adriel mengembuskan napas berat. Cowok itu memijat kening yang berdenyut tak nyaman. Tangannya terulur, menarik kembali kertas yang sempat dia berikan kepada Cindy. Perlu beberapa detik bagi Adriel untuk membuka lipatan yang ada dan memperlihatkannya kepada Cindy yang ternganga. "Gue udah ngancurin hidup dia, Cin."

Cindy terbelalak. Satu umpatan keras meluncur begitu saja. Matanya menyusuri dua kalimat singkat di sana. Ditulis dengan cat merah pekat seperti darah. Umpatan kedua menyusul. Lalu umpatan ketiga, yang kalau saja Rian tidak menegur halus, mungkin umpatan keempat dan seterusnya akan terus berlanjut.

PERUSAK HUBUNGAN ORANG.

JAUHI ADRIEL ATAU MATI AJA SEKALIAN.

"Apa-apaan!" Cindy mengempaskan surat kaleng itu ke meja kuat-kuat. Giginya bergemeretak. Bibirnya melengkung ke bawah. Sorot matanya setajam pisau yang baru diasah. "Pasti ulah Camila! Rian, lo diem. Gue enggak mau denger apa-apa lagi pembelaan lo soal Camila." Cindy menoleh dan menatap tajam Rian yang hendak bicara.

[CAMPUS COUPLE] Ray Hidayata - Goodbye and GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang