Minggu pagi yang cerah. Dalam arti sebenarnya. Langit bersih tanpa awan sedikit pun. Matahari bersinar lembut, memberi suasana hangat yang nyaman. Benar-benar mendukung agar Ayasa bersiap untuk pergi ke acara yang sudah dicantumkan di jadwal: menghadiri acara fansign penulis favorit Ayasa, Oliver Nirwandana. Penulis favorit yang sekaligus berstatus pacar Ayasa.
Andai saja boleh memilih, yang Ayasa ingin lakukan hari ini hanyalah berbaring di kamar. Tidak ingin keluar dan menapakkan satu langkah pun dari rumah. Kejadian semalam terlalu mengguncang. Membuatnya syok berat. Bahkan, setelah pulang dari kampus dan memasuki rumah, sekujur tubuh Ayasa masih gemetar. Hal yang sempat menarik perhatian Tiya dan Radit. Mereka bertanya apakah Ayasa sakit sebelum melihat putri semata wayang mereka lecet sana sini. Untungnya Tiya tidak bereaksi terlalu berlebihan. Hanya bertanya dan mengambilkan kotak P3K. Berbeda dengan Radit yang sedikit cemas hingga Ayasa menenangkan, berkata semua baik-baik saja. Hanya jatuh, begitu kata Ayasa.
Apa pun yang terjadi, Tiya dan Radit tidak boleh sampai tahu. Ayasa bangun dari tempat tidur, bersiap menuju kamar mandi. Terbiasa memendam semua masalah sendiri membuat Ayasa menjadi sedikit tertutup tanpa dia sendiri sadari. Ada bagian kecil yang benar-benar dikunci rapat. Tidak boleh ada yang memasuki, bahkan orang tercinta sekalipun. Begitu air hangat yang mengucur dari shower membasahi tubuh, Ayasa menjadi lebih rileks. Lebih tenang daripada sebelumnya. Ada banyak hal yang mengganggu pikiran Ayasa. Salah satunya: siapa tukang teror yang minta digetok kuat-kuat itu? Teror verbal dan tulisan mungkin masih bisa dihadapi dengan badan tegak dan air mata. Namun, ini semua sudah terlalu jauh. Nyaris membahayakan nyawa. Benar kata Rian. Andai Tuhan tidak sedekat napas dan urat nadi, Ayasa mungkin sudah lewat tanpa nama saat itu.
Sempat tebersit melakukan pelacakan, tetapi bagaimana caranya? Itulah yang menjadi masalah. Meminta orang lain melakukan hal tersebut? Namun, siapa? Satu ide yang bukannya membuka jalan, malah membuatnya semakin buntu. Lupakan dulu semua itu. Ayasa menggeleng pelan, buru-buru menyelesaikan acara mandi dan kembali ke kamar.
Ayasa melirik jam. Pukul enam tepat. Sesuai janji, Oliver akan menjemputnya pukul delapan. Saatnya bersiap-siap. Ayasa dengan cepat mengenakan pakaian santai, lalu mengeluarkan rambut ekstensi. Lurus biasa. Bukan kucir kuda. Ayasa sudah mengalami banyak rasa pusing akhir-akhir ini.
Andai Oliver tidak menelepon dan mengingatkan tadi malam, Ayasa benar-benar lupa bahwa dia memiliki acara yang harus dihadiri. Terlebih, Ayasa menjadi salah satu tamu VIP—yang mana untuk mendapatkannya sendiri Oliver sampai harus turun tangan mengingat membludaknya antusias penggemar cowok itu. Awalnya, Ayasa ingin sekali melontarkan berjuta alasan. Ayasa takut, entah kenapa. Namun, janji adalah janji. Sudah diputuskan: Ayasa akan pergi, bersama Oliver.
Dipikir-pikir lagi, pertemuan pertama mereka jauh dari kata romantis. Ayasa tersenyum sendiri karenanya, tanpa sadar mengais memori yang terjadi berbulan-bulan silam. Siapa sangka, cowok yang sempat dia anggap gila karena nekat mengadang mobil Ayasa sewaktu ingin menghadiri launching novel perdana PrinceNirwandana adalah PrinceNirwandana itu sendiri.
Ayasa ingat benar hari itu. Ayasa kira dia terlambat. Buru-buru turun dari mobil begitu sampai di Gramedia yang menjadi venue acara. Orang-orang sudah berkumpul. Kebanyakan para cewek muda dan remaja tanggung yang tampak excited. Cekikik membicarakan PrinceNirwandana yang mereka bilang karya-karyanya sungguh keren. Apa dia juga seganteng karakter cowok yang dia ciptakan? Cekikik itu berlanjut. Ayasa hanya menahan tawa seraya duduk di salah satu kursi. Meski memiliki Instagram dengan banyak pengikut yang penasaran dengan wajah aslinya, PrinceNirwandana tidak pernah me-reveal foto yang menunjukkan wajahnya sama sekali. Membuat penggemarnya bertanya-tanya, bagaimana rupa si penulis yang mereka idolakan itu. Ini pertama kalinya PrinceNirwandana menunjukkan diri secara perdana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[CAMPUS COUPLE] Ray Hidayata - Goodbye and Go
RomantizmAyasa yang tomboy bersahabat dengan Adriel yang menjadi idola cewek-cewek di kampus. Bosan diteror terus-menerus karena kedekatannya dengan Adriel, Ayasa pun mencoba menjauh. Saat itulah dia bertemu seorang penulis Wattpad yang dia kagumi, kemudian...