@kurniasuhada_
Q: Kasih tips, dong, supaya setia sama cerita yang lagi ditulis/enggak gampang tergoda nulis cerita baru.
A: Kuat-kuatin iman adalah kunci (heh!)
Eh, tapi serius. Kalau di aku, biasanya hasrat selingkuh itu enggak pandang bulu. Mau cerita yang lagi kutulis udah ada outline detail atau ngalir kayak sungai, kalau ide barunya terasa lebih wow ya bisa beralih.
Karena, imho, kadang ide yang tiba-tiba aja melintas, nongol, kepikiran, apalah itu, memang kelihatan lebih menggoda. Lebih ijo daripada cerita yang lagi ditulis. You get what I'm saying, right?
Jadi, tips dariku, sih, ada:
Komitmen sama diri sendiri. Pokoknya kudu fokus satu cerita, baru move on ke cerita lain. Bikin outline. Biasanya ada yang selingkuh karena ngerasa stuck sama cerita yang lagi ditulis. Kalau case-nya gini, berarti kudu bikin outline. Outline, mah, bebas. Mau detail atau poin-poin umum aja, outline based on plot atau karakter, dsb, bebas! It's up to you.Take your time. Ada juga yang selingkuh karena ngerasa bosan sama cerita yang lagi ditulis. Jenuh itu manusiawi, sih. Refreshing dulu aja. Asal enggak kebablasan, ya. Enggak nulis-nulis, entar.
@orekasa
Q: Buat pemula, lebih penting ngutamain kualitas dulu ketimbang kuantitas, atau sebaliknya? Soalnya aku bingung. Aku kayak sering enggak yakin gitu (dengan tulisanku) dan hasilnya revisi terus. Pernah sekali diterusin tanpa revisi, malah ancur.
A: Ini agak tricky sebenarnya.
Imho, ada baiknya kudu seimbang. Kualitas, ya jalan. Kuantitas, ya gaskeun.
Asupan kualitas bisa didapat dari hasil belajar. Mulai dari yang dasar cem PUEBI sampai ke tingkat lanjut yang ngebahas kayak tone tulisan, gaya bercerita, dsb. Aku pribadi nganggap kualitas serupa dengan teori.
Sementara, kuantitas lebih kayak praktik. Kayak yang kita tahu, dalam dunia belajar, sebaiknya antara teori dan praktik kudu seimbang.
Gitu juga, sih, dengan nulis. Tahu teori tapi praktik nol, ya enggak bakal jalan? Vice versa. Praktik tanpa teori juga enggak afdal.
Ibarat kata, ngejar kualitas sampai akhirnya enggak nulis-nulis kan anu. Gitu juga sebaliknya. Nulis terus tanpa mau belajar teori sama kayak mengemudi ala Spongebob. Semua dilibas, ditabrak, dan digilas.
Jadi, ya, seimbang aja, sih, bagusnya.
Namun, dari konteks pertanyaannya, ini lebih kayak dilema gitu enggak, sih?
Anggaplah kita punya satu naskah masih on going. Kita sadar cerita ini ... yah, sebutlah, enggak sesuai ekspektasi. Ada dilema antara pengin memperbaiki dengan risiko enggak ada kemajuan atau lanjut aja dengan risiko naskahnya ancur.
Gitu, ya?
Then, aku bakal milih lanjut aja. Enggak peduli sehancur apa pun hasil akhirnya.
Karena, personally, aku nganggap naskah yang udah end itu lebih enak revisinya ketimbang yang masih setengah-setengah.
Just reminder: enggak ada naskah yang sempurna. Hanya ada naskah yang selesai/tamat.
@PatriciaAnggi
Q: Gimana caranya bikin cerita uwu padahal enggak pernah ngerasain di-uwu-in?
![](https://img.wattpad.com/cover/206330077-288-k498078.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[CAMPUS COUPLE] Ray Hidayata - Goodbye and Go
RomanceAyasa yang tomboy bersahabat dengan Adriel yang menjadi idola cewek-cewek di kampus. Bosan diteror terus-menerus karena kedekatannya dengan Adriel, Ayasa pun mencoba menjauh. Saat itulah dia bertemu seorang penulis Wattpad yang dia kagumi, kemudian...