Bab 4: Pacar dan Bimbang

4.6K 375 128
                                    

Ayasa menghentikan laju mobil dengan perlahan begitu sudah sampai di depan gerbang rumah. Diliriknya Oliver yang masih tertidur di jok samping. Tampak begitu nyaman dan nyenyak. Sejenak, Ayasa ragu apa dia harus membangunkan Oliver atau menunggu saja sampai cowok itu bangun. Oliver memang sudah berpesan untuk dibangunkan kalau-kalau masih terlelap ketika sudah sampai di rumah Ayasa. Namun, melihat betapa damai ekspresi pacarnya itu ketika tidur, membuat Ayasa mengambil keputusan lain.

Menunggu sepuluh sampai lima belas menit bukanlah pekerjaan berat. Ayasa hanya khawatir, jika seandainya dia membangunkan Oliver yang masih terkantuk-kantuk, cowok itu akan pulang mengemudikan mobil dengan kantuk yang belum sepenuhnya hilang. Berbahaya sekali mengemudi saat mengantuk, terlebih traffic tengah padat-padatnya.

Ini pun inisiatif Ayasa untuk menggantikan Oliver mengemudikan mobil. Pacarnya itu tiba-tiba saja terlihat seperti orang kelelahan, bahkan menguap beberapa kali ketika mereka berdua selesai mengurus tagihan dan keluar dari warung soto.

"Ngantuk?" tanya Ayasa ketika mereka sudah sampai di dekat mobil. Ditatapnya sejenak Oliver yang kembali menguap. Ayasa mengambil ponsel di tas, memeriksa arus lalu lintas. Padat. Beberapa titik bahkan menunjukkan warna merah, tanda macet parah terjadi.

Oliver mengangguk, jujur apa adanya. "Sedikit." Cowok itu menyugar sebentar, mengucek kedua belah mata yang sedikit memanas.

"Aku ambil alih kemudi," kata Ayasa mantap. Tangannya terulur, meminta kunci mobil, mengabaikan Oliver yang tampak ragu-ragu. "Enggak apa-apa. Bahaya kalau nyetir sambil ngantuk," Ayasa meyakinkan. "Kamu istirahat. Perkiraan traffic lumayan padat. Bakal sedikit lama buat sampai."

Setelah beberapa kali bujukan, Oliver akhirnya bersedia memberikan kunci mobil dengan syarat bangunkan segera kalau sudah sampai nanti. Ayasa terkekeh, memeragakan gerakan hormat yang mengundang tawa pelan Oliver sebelum keduanya masuk ke mobil dan berangkat pulang.

Ayasa terus fokus ke jalanan di depan, sementara Oliver yang duduk di sampingnya terkantuk-kantuk sebelum akhirnya tertidur juga. Padahal, Ayasa sudah memberi saran agar Oliver tidur di kursi belakang saja. Lebih luas dan nyaman. Namun, cowok itu menggeleng, bersikukuh ingin "menemani" Ayasa selama perjalanan. Ayasa hanya tersenyum, menyesuaikan suhu AC agar Oliver merasa nyaman.

Di sinilah mereka sekarang. Di depan rumah Ayasa, dengan Oliver yang masih tertidur pulas.

Ayasa menoleh, sejenak menatap lebih lama fitur wajah Oliver. Sejak pertama kali bertemu, Ayasa tanpa ragu mengatakan Oliver adalah cowok dengan tipe wajah yang banyak digandrungi para remaja cewek tanggung saat ini. Dilihat-lihat, Oliver memang terbilang tampan. Kulit seputih salju, iris cokelat seterang madu, hidung mancung, dan bibir senada peach. Tidak heran Oliver memiliki banyak penggemar cewek.

Tanpa sadar, seolah bergerak otomatis, tangan Ayasa bergerak menyentuh rambut Oliver yang luruh menutupi sebagian dahi. Disingkapnya perlahan dengan ujung jari, tanpa sengaja menyentuh kulit dahi Oliver yang terasa sedikit kering.

Mungkin karena merasa seseorang menyentuh dahinya, Oliver mengernyit. Cowok itu membuka kelopak mata perlahan, mendapati Ayasa menatap dengan senyum di wajah.

Oliver tersenyum, menegakkan btubuh dari sandaran jok seraya mengucek kedua mata. "Udah sampai?" tanya Oliver seraya melihat ke luar, mendapati mereka sudah tiba di depan rumah Ayasa. "Kenapa enggak bangunin aku?" Cowok itu menyugar sebentar sebelum menguap kecil, tampak masih mengantuk.

"Baru aja, kok. Enggak apa-apa. Aku enggak tega bangunin. Kamu tidurnya nyenyak banget." Ayasa mengulum senyum sebelum menjulurkan leher ke luar jendela, melambaikan tangan ke arah satpam yang kebetulan melihat ke arahnya. "Tolong bukakan pagar," kata Ayasa, yang segera direspons berupa anggukan dan gerak cepat si satpam membukakan pagar lebar-lebar. "Mampir dulu, gih. Aku bikinin kopi biar enggak ngantuk pas di jalan."

[CAMPUS COUPLE] Ray Hidayata - Goodbye and GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang