Special Chapter: Nice to Meet Ya

1.2K 198 32
                                    


"Lho? Tiya?"

Tiya mengerjap, menatap wanita yang berdiri di depannya. Perlu beberapa lama bagi Tiya untuk mengenali wajah yang tampak familier itu. "Ratna?"

Ratna mengangguk. Wajahnya semringah ketika menyalami Tiya. "Apa kabar? Ya ampun! Lama enggak ketemu. Kamu banyak berubah sekarang."

Tiya menyeringai. "Kamu juga. Seingatku, Ratna yang kukenal itu paling anti sama make-up."

Ratna tertawa. Tidak merasa tersinggung karena memang seperti itu kenyataannya. Dulu. Sekarang, sudah lain cerita. "Tuntutan dari Robi. Mau enggak mau harus menyesuaikan diri."

"Oh, sekarang jadi orang penting ceritanya?" Tiya ikut tergelak kecil.

"Ayahnya Adriel yang orang penting. Aku cuma kecipratan dikit. Lebih banyak di rumah. Sesekali mendampingi Robi. Itu pun kalau mood-ku sedang bagus," Ratna menjelaskan dengan senyum hangat tersungging. Senyum itu kian lebar ketika wanita tersebut menepuk lembut puncak kepala anak laki-laki di samping kirinya. "Ah, ya. Perkenalkan. Ini anakku, Adriel."

Tiya memiringkan kepala, menatap Adriel yang balas memandangnya dengan tatapan minim ekspresi. Melihatnya, Tiya tersenyum. "Wajahnya persis kamu."

Ratna mengangguk. Tatapannya beralih kepada anak perempuan di samping kanan Tiya. "Anakmu?"

"Siapa lagi?"

Ratna ber-oh pelan. "Dia cantik. Persis kamu."

"Kamu orang pertama yang bilang dia cantik." Tiya menggeleng-geleng. "Ayasa ini super lasak. Belingsatan. Enggak peduli penampilan. Anak cewek rasa cowok."

"Yah, kita enggak bisa berharap semua anak cewek bersikap atau berpenampilan feminin, 'kan?" Ratna terkekeh. "Siapa tadi namanya? Ayasa? Si peringkat satu ujian masuk, 'kan? Aku sempet lihat nama dia."

Tiya mengangguk. "Adriel sendiri gimana?"

"Alhamdulilah. Lulus dengan nilai pas-pasan. Lolos juga niat dia buat masuk SMP favorit incaran."

Tiya mengangguk-angguk. Diliriknya jam di pergelangan tangan. Pukul sembilan lewat dua puluh tiga. Tiya baru sadar sudah lima belas menit dia berdiri di sini dan bercakap dengan Ratna, teman sekampusnya dulu. Pertemuan yang tidak disangka-sangka. Banyak yang ingin Tiya bicarakan, tetapi masih banyak pekerjaan yang menunggu. "Aku harus balik ke kantor," katanya, berpamitan. Tatapannya lantas beralih kepada Ayasa yang berdiri di sebelahnya. "Telepon Kang Rahmat begitu kamu mau pulang."

"Ayasa bareng aku sama Adriel aja," Ratna menawarkan. "Kebetulan kami juga mau pulang," katanya lagi.

Tiya menaikkan alis. "Dia harus ngecek di mana kelasnya dulu. Biasanya Ayasa betah lama-lama di luar rumah. Pulang sesukanya."

Ratna ber-oh, lalu tersenyum. Lagi dan lagi. "Enggak masalah. Nanti sekalian aku dan Adriel temenin dia nyari kelas. Atau, kalau kamu ngizinin, dia bisa main ke rumah kami."

Tiya terdiam. Ditatapnya Ratna lekat-lekat. Ah, temannya itu tidak pernah berubah. Seulas senyum tipis terbit di wajah Tiya. Matanya menatap Adriel. Anak laki-laki itu diam saja. Hanya balas menatap acuh tak acuh. Hal yang membuat Tiya terkekeh. "Aku enggak mau ngerepotin."

"Enggak sama sekali." Ratna mengibaskan tangan. "Lagi pula, kayaknya Adriel sama Ayasa bakal cocok satu sama lain."

***

Adriel tidak menyukai Ayasa. Cewek yang disebut Ratna sebagai teman barunya itu terlalu berisik. Andai bukan karena beberapa hal, Adriel tidak akan mau berteman dengan cewek itu.

[CAMPUS COUPLE] Ray Hidayata - Goodbye and GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang