The Second Chance

761 115 11
                                    

Jam makan siang, Jisu beserta Sakura dan Minju makan siang di kantin. Minju terlihat murung sambil terus menunduk disaat Jisu dan Sakura mengobrol. Minju terlihat tidak enak dalam duduknya karena bagian bawahnya masih agak sakit.

"Minju? Lu gapapa?" tanya Jisu pada Minju. Minju hanya tersenyum lalu mengangguk bahwa dia tidak apa apa.

"Kalau sakit, gue anter ke dokter. Jangan ditahan tahan" kata Sakura pada Minju yang dijawab anggukan oleh Minju. Ketiganya lalu lanjut makan siang sambil mengobrol, kecuali Minju yang masih terlihat tidak nyaman.

Atensi mereka teralih saat tiga laki laki tiba tiba datang dan meletakan nampan makanan mereka diatas meja yang sama dengan teman teman Jisu.

"Kita gabung ya? Gapapa kan?" tanya salah satu diantara mereka.

"Gapapa, gabung aja. Juga disini kosong, Ji" kata Jisu.

"Ok, kita makan disini" kata Yeji langsung duduk bersama dengan Yujin dan Ryujin. Mereka lalu makan siang bersama.

Ryujin asik makan sambil menatap ponselnya nonton video, lalu Jisu dan Sakura mengobrol bersama Yeji sedangkan mata Yujin terus menatap wanita yang sepertinya tidak nyaman dari tadi.

Tangan Yujin bergerak menggengam tangan Minju yang terus berusaha makan dengan tenang walaupun dirinya merasa sangat tidak nyaman dan itu jelas terlihat.

"Jangan ke kelas abis ini, kita ke UKS. Istirahat aja" kata Yujin yang dijawab senyuman dan gelengan kepala oleh Minju.

"Aku gapapa" jawab Minju sebentar lalu memakan suapan terakhirnya dan beranjak pergi. Semuanya menatap Minju yang tiba tiba pergi dari sana membuat semuanya khawatir. Yujin langsung bangun untuk menuju ke sebuah tempat.

Dikamar mandi, Minju menangis sambil menahan rasa sakit dibagian bawahnya. Dirinya masih 17 tahun, dan melakukan 'itu' dengan orang dewasa adalah hal yang tidak mudah terlebih fisiknya belum siap.

Tok! Tok! Tok!

"Minju-seonbae! Ayo keluar! Minum obat" kata suara yang diketahui Minju adah suara dari Yujin. Minju lalu mengelap airmatanya dan keluar dari toilet menatap Yujin yang membawa kresek hitam.

"Kamu ngapain sih? Kamu masuk toilet perempuan, Yujin! Juga ini apa?" tanya Minju mengambil dan melihat isi kresek hitam yang dibawa Yujin.

"Udah Ujin pasang toilet rusak, terus Ujin kunci. Itu obat penghilang nyeri, tadi tanya di toko obat dapet itu. Cek dulu kandungannya, siapa tau kamu ada alergi, air minumnya juga udah ada di dalem" kata Yujin pada Minju sambil tersenyum. Minju hanya terdiam tidak tau harus melakukan apa.

Yujin langsung mengambil kresek ditangan Minju lalu membukakan obat dan botol minum untuk Minju. Minju menerima obat dari Yujin lalu meminum obat tersebut membuat Yujin tersenyum senang.

"Kamu ngapain sih harus berbuat begini? Kamu gak malu apa nolong aku?" tanya Minju pada Yujin setelah minum obat.

"Untuk apa malu? Emang Yujin berbuat kriminal? Enggak kan? Apa Yujin salah? Malu atau takut tu kalau berbuat salah, tapi kalau berbuat salah, tebus itu dengan cara tidak mengulangi lagi" kata Yujin mendekati Minju lalu menghapus air mata Minju dengan kedua ibu jarinya.

"Kamu gak jijik sama pelacur?" tanya Minju lagi. Yujin menggelengkan kepalanya lalu menatap Minju.

"Siapa emang yang pelacur?" tanya Yujin.

"Aku"

"Jangan boong deh" kata Yujin tersenyum pada Minju.

"Beneran! Aku relain tubuh aku buat dapet uang sekaligus nilai, aku itu pelacur"

"Aku gak percaya, mana ada pelacur begini? Ini mah bidadari namanya" kata Yujin membuat pipi Minju menghangat.

"Mau apapun yang kamu lakuin, sekeras apapun orang rendahin kamu, aku sama saudara saudaraku dan juga temen temen kamu bakal lindungin kamu. Jangan dengerin mereka yang bicarain kamu dibelakang dan bergerombol lawan kamu..."

"... liat dan dengerin aku sama yang lain yang benar benar berdiri menatap kamu. Aku pertaruhkan wajahku dan harga diriku waktu bicara sama kamu, dan asal kamu tau, sekarang aku juga lagi pertaruhain hati aku untuk bicara sama kamu"

Yeji dan Jisu memutuskan berjalan jalan sambil mengobrol disekitar sekolah. Sakura memutuskan untuk kembali ke kelasnya karena dipanggil oleh wali kelas, sedangkan Ryujin langsung duduk di sumber Wifi untuk lanjut bermain game.

"Lu cita citanya jadi apa?" tanya Jisu.

"Gue mau jadi polisi, soalnya appa kepala Polisi di distrik Gangnam, jadi menurut gue keren aja gue bisa jadi polisi. Kalau lu? " tanya Yeji balik.

"Gue mau jadi dokter, cita cita yang mainstream. Tapi gue mau bantu banyak orang dan berhasil nyelamatin orang" kata Jisu.

"Gak mainstream kok, itu cita cita yang susah juga. Tapi tenaga medis di Korea gak begitu dilihat, semuanya mau jadi Idol haha" kata Yeji sambil terkekeh kecil.

"Iya sih, cuma aku gak tertarik. Soalnya ya gitu, aku gak bisa ngedance" kata Jisu pada Yeji.

"Gausah jadi Idol, nanti sibuk terus waktu istirahat sedikit banget"

"Gue gak tertarik juga haha" balas Jisu.

Disela sela percakapannya, Yeji melihat seseorang mengamati dirinya dan Jisu. Dengan segera Yeji bergerak mengerjai orang itu lalu memenangkap orang itu, disusul oleh Jisu.

"Han! Lu ngapain?" tanya Yeji saat menangkap pelaku dan menekan bahu pelaku membuat pelaku bersimpuh menahan sakit.

"Ye... Yeji... gue disuruh... sumpah.. bukan gue.." kata Jisung ketakutan.

"Siapa yang nyuruh lu?! Siapa?!" tanya Yeji pada Jisung.

"Min.. ho" jawab Han pelan membuat Yeji melemahkan cengkraman nya dan melepaskan Jisung.

"Yeji! Sia-- lohhh Han?!" tanya Jisu terkejut.

"Kamu?! Kam--"

"Dia disuruh, Jisu. Dan orang yang nyuruh udah masuk list kita, dan gue mau buat rencana buat nangkep Minho" kata Yeji pada Jisu.

"Minho?! Minho yang mau nyelakain gue?" tanya Jisu yang dijawab anggukan oleh Yeji dan juga Han Jisung.

"Yaudah, lu cepet pergi dari sini!" kata Yeji. Jisung langsung berlari pergi meninggalkan Yeji dan Jisu.

"Yaudah, kita balik ke kelas aja. Nanti jam pulang, gue cari ke kelas lu" kata Yeji berjalan mendahului Jisu. Tapi langkahnya terhenti saat...

Grep!

"Makasih ya, gue percaya sama lu" kata Jisu memeluk pinggang Yeji dari belakang. Nafas Yeji tercekat dan jantungnya berdetak lebih kencang. Ada apa dengannya?

"Baru hari kedua, Yeji! Gak mungkin lu punya perasaan lebih! Jangan gila...." batin Yeji menolak.

"Jangan tinggalin gue, Ji! Gue takut kenapa napa, gue mohon, Yeji!"

Vomments and happy reading! 🐱🐱🐱

The Second Chance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang