Kesedihan saat ini menyelimuti beberapa keluarga, lalu lalang dan riuhnya orang-orang yang datang untuk memberikan ucapan ketegaran bagi yang di tinggalkan.
Airmata yang tak henti-hentinya berjatuhan, seraya isakan tangis yang pilu. Seorang Gadis yang baru berusia 10 tahun, tampak mengenakan baju serba hitam. Ia duduk termenung didepan photo ibunya.
Kakaknya yang melihat itu, merasa iba. Ia mengisyaratkan, adiknya untuk makan walaupun sedikit. Tak ada tanggapan yang diberikan, seperti mempunyai dunianya gadis itu hanya menatap lurus kepada foto sang ibu.
Sudah 3 jam, waktu berlalu. Kaki itu tak berpindah dari sana, tapi entah apa yang ada difikirannya saat ini. Anak itu berdiri, dan melangkah keluar.
Anak gadis itu berdiri dipojokan, matanya memerah tapi belum ada sesuatu yang mengalir disudut sana. Ia berjongkok, hatinya sangat sakit. Ia menjerit, dalam kesakitan yang tak bisa gadis itu keluarkan.
Tiba-tiba saja, Ia melihat sepasang sepatu mendekat kearahnya. Gadis itu menatap lamat-lamat sepasang sepatu, kemudian mendongak saat ketukannya terhenti.
"Tokki". Suaranya bergetar Lirih, Ia menatap anak laki-laki itu.
Kemudian lawannya menjulurkan tangannya, "menangislah".
Gadis kecil itu meraih tangan anak laki-laki yang sudah berada di hadapannya.
"menangislah".
Perkataan anak laki-laki itu seperti mantra, dan menyambar hati Lisa. Ada kehangatan dari suara lawannya, membuat air mata yang membeku.. Mencair. Gadia itu mulai terisak, saat tangannya meraih tangan lawannya.
Tangisan itu seperti rintik hujan, yang mengalir perlahan. Kemudian jatuh berhamburan, semakin tak terbendung.
"Datanglah kesini, kalau kita mengingat satu sama lain. Aku akan menggenggam tanganmu, dan kau bisa menangis hanya bersamaku.".
Ucapan itu keluar dari muluh seorang anak laki-laki, saat merasa sang gadis sudah kelelahan dan menguras tangki air matanya.
.
.
.
.
.Its Feel Better than I lose ...
4 tahun telah berlalu, kehidupan seorang Kim Lalisa berlangsung seperti biasa.
Kuliah-Organisasi-tugas-Jungkook
Siklus itu, sudah Lisa alami semenjak kepergian Jungkook.
Kadang pria itu mengirimkan foto-fotonya, sangat jarang mereka berkomunikasi. Kenyataan bahwa mereka menjaga hati satu sama lain, adalah bukti itu sendiri. Jikalau Jungkook berhianat pada Lisa, Jennie tak akan segan-segan mencaret Jungkook dari daftar keluarga mereka.
"apa kau sedang sibuk, Jung? ". Lisa sedang berada di depan meja belajarnya, Ia menepikkan sebentar buku-buku yang menjadi perhatiannya selama satu bulan.
"kau bisa melihatnya". Ujar Jungkook seraya menunjukan area sekitarnya "aku sedang istirahat, 5 menit lagi mata kuliahku dimulai". mengambil Jam mata kuliah Lebih, adalah hal yang biasa bagi laki-laki itu.
"ya sudah, aku akan menghubungimu lagi". Lisa sebenarnya kecewa, tapi tentu saja itu sangat tidak baik jika Ia menghalangi Jungkook belajar.
Tak banyak yang terjadi dalam kehidupan Lisa, nampak datar dan sama. Hanya saja Ia sedikit lupa, bagaimana rasanya pacaran. Lisa memangku dagunya dengan satu tangan, dan mengetuk meja belajarnya dengan tangan yang lain.
Sudah sekitar 5 menit Lisa berfikir, entah apa yang di fikirkan gadis itu. Tiba-tiba saja Handphone nya yang ada didepan jarinya bergetar.
Trrr
KAMU SEDANG MEMBACA
A Paper [END]
FanfictionKehidupan masa sekolah yang menyenangkan, harus terbalut dengan sebuah bayangan trauma masa Lalu Lalisa. Sebuah tangan, yang akan menghangatkan setiap detak jantung Lisa. Seorang Jeon Jungkook, pemuda tampan dan pintar. Yang harus berjuang, untuk me...