4. Joan Adijaya

2.6K 194 92
                                    

"Kamu sibuk bekerja sampai lupa menikah, Jo. Usiamu terus bertambah. Liat adikmu saja sudah punya dua anak. Kamu kapan nikah?"

Lagi-lagi pertanyaan legend itu terlontar dari Rosita--Mama Joan. Joan bukan tidak mau menikah tapi memang belum bertemu yang cocok.

"Kalau sampai akhir bulan ini kamu belum bisa membawa calon istri ke hadapan Mama. Kamu nggak perlu repot-repot lagi. Mama akan carikan!"

"Hah?"

"Hah heh hah heh. Apa kurang jelas ucapan Mama?"

Joan menelan ludah. Itu berati ia akan dijodohkan?

Mati!

Mamanya tidak pernah main-main. Sudah berulang kali mamanya itu memperingatkannya agar segera mencari pasangan--calon istri. Mamanya ingin sekali Joan segera menikah di usia yang kini menginjak 33 tahun.

Akhir bulan? Kemana ia akan mencari calon istri? Sementara selama ini ia tidak pernah dekat atau serius dengan seorang wanita.

Apa perlu ia mengadakan sayembara? Atau membayar seorang wanita untuk ia perkenalkan kepada ibunya sebagai calon istri pura-puranya. Terlalu drama!

Bagaimana kalau sampai batas waktu itu ia belum juga membawa seorang wanita ke hadapan Mamanya?

Oh tidak! jawabannya adalah dijodohkan!

Seketika ia ingin sekali mencari calon istrinya sendiri. Ia merasa masih mampu. Tampangnya yang rupawan itu harusnya tidak menyulitkannya untuk mendapatkan wanita idaman. Tapi mencari calon istri seperti yang ia idamamkan tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Sampai umurnya yang sudah kepala tiga  itu, Joan belum juga menemukannya. Ini bukan lagi masalah fisik, tetapi kenyamanan. Dan Joan belum menemukan itu.

Joan ... Joan kamu pintar berbisnis, tetapi masalah mencari jodoh, kamu nol besar!

 Joan kamu pintar berbisnis, tetapi masalah mencari jodoh, kamu nol besar!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memperkenalkan tokoh baru Joan Adijaya

*

Pagi ini Via sudah bangun lebih dulu. Lalu sibuk menyiapkan segala keperluan sekolah putrinya. Terutama untuk sarapan dan bekal makan siang putrinya nanti.

Dengan terampil Via memasak makanan kesukaan putrinya. Sejak mengandung Zhea, Via senang menyambangi dapur--belajar memasak. Dan Entah mengapa, mungkin itu bawaan si jabang bayi.

Berawal dari situ, kini Via telah menguasai banyak resep masakan. Suatu keuntungan tersendiri bagi Via. Karena ia bisa memasak sendiri untuk putrinya.

Setelah menuntaskan tugas memasaknya, Via berlanjut membangunkan putri kecilnya untuk bersiap-siap.

Zhea mengucek mata, terduduk di ranjang, masih mengumpulkan kesadarannya. Mata lentik itu mengerjap. Via mengusap kepala Zhea, lembut. Menyibak poni yang menutupi wajah imutnya.

Pelabuhan Rasa (Sekuel Rasa) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang