"Lo masih menyukainya, Vin?"
Alvin terdiam hanya terus melempar tatapan kosong ke langit.
"Dia sudah ada yang punya, Bang. Dia ke sini untuk mengatakan itu."
"Kalau gitu, berhenti. Lupakan. Perempuan bukan hanya dia doang. Apalagi lo bisa dapat yang lebih baik. Yang masih gadis misal."
Alvin menoleh tajam ke arah Rizal. "Gue nggak peduli sekalipun statusnya janda, Bang!" Alvin menyingkir, meninggalkan Rizal yang sepertinya salah bicara. Pembahasan status macam ini memang sensitif.
Rizal membuntutinya dari belakang. "Bukan gitu maksud gue, Vin. Kasih kesempatan buat yang lain. Selama ini elo nggak pernah serius menjalin hubungan. Yang ada cuma buat pelarian lalu putus begitu aja. Kamu harus mulai serius dalam menjemput jodoh."
"Apa kabar elo, Bang?"
"Gue? Belum ada yang mau sama gue, Vin." Rizal tersenyum miris.
"Ranti? Lo suka, 'kan sama Ranti?"
Rizal tertunduk. "Apalagi Ranti."
"Kalau gitu jangan menasehati. Abang sendiri aja masih nggak jelas."
"Iya juga, sih." Rizal mengaruk tengkuknya sambil tertawa konyol.
Alvin kembali larut dalam kata-kata penekan dari Via, bahwa dia akan segera meresmikan hubungan dengan seseorang, benarkah? Secepat itu harapannya kembali patah. Baru saja Alvin akan mengerahkan seluruh tenaga untuk berjuang manaklukkan Via, tetapi harus pupus begitu saja.
Tidak ada yang bisa Alvin lakukan selain berserah. Kalau memang pertemuannya dengan Via belakangan ini adalah untuk sebuah alasan, Alvin hanya berharap masih ada kesempatan.
*
Malam sudah semakin larut, tetapi Via masih saja berkutat pada laptopnya. Pandangannya berpindah ke arah ranjang di mana gadis kecilnya itu sudah terlelap.
Via menutup laptop, beranjak dari kursi menuju ranjang yang tak jauh dari sudut meja kerjanya. Via memandangi wajah polos Zhea dan boneka yang sedang berada di dalam dekapannya. Boneka beruang pemberian Alvin--pria yang baru saja ia hardik untuk tidak menemui putrinya lagi itu, justru punya tempat di hati Zhea.
Sudah berulang kali, Zhea bertanya 'kapan om Alvin datang lagi?'.
Om Alvin tidak akan pernah datang lagi, Zhea.
Via mengecup pipi sebelah Zhea yang chubby. Mengusap kepalanya pelan, sambil bertanya dalam hati, apa yang telah ia lakukan pada Alvin itu sudah benar?
Pria yang hatinya serupa malaikat itu harus ia jauhkan dari kehidupannya yang sekarang. Via tidak akan egois dengan menerimanya kembali setelah apa yang telah ia lakukan padanya dulu.
Mata Via Memejam, memutar kembali kejadian sore tadi. Alvin masih saja menunjukkan sikap manisnya, membantu menyibak rambut Via yang tersapu angin, tetapi ia menghindar.
Ada rasa rindu mencuat yang berusaha ia kubur paksa. Merasa tidak pantas lagi. Bahkan, hanya untuk sekedar merindukannya.
Merindukan perhatiannya, sentuhannya, atau pada gombalan-gombalanya. Via merindukan semua itu. Namun, ia sedang berada dalam penyangkalan, bahwa ia pun rindu.
*
Masa-masa pendekatan antara Via dan Joan tampaknya terus berjalan. Hari ini kelurga Joan mengundang Via dan orang tuanya untuk datang ke kediaman Joan. Mereka akan makan siang bersama hari ini.
Berkumpullah keluarga Joan, dengan kedatangan adik semata wayang Joan--Yasmine berserta suami dan dua anaknya, Auby seusia Zhea dan Athalla yang masih baby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Rasa (Sekuel Rasa) COMPLETED
RomanceTakdir kembali mempertemukan Via dengan seseorang dari masa lalunya. Alvin, pria yang pernah ia tinggalkan dulu kembali ke dalam hidupannya yang sempat hancur. Rasa bersalahnya pada Alvin itu yang membuatnya membangun benteng kokoh yang sulit untuk...