8. Piala untuk Zhea

1.8K 140 52
                                    

Wanita dengan hijab menutup kepalanya itu berjalan lesu menuju ruang guru. Mengemas barangnya. Dengan perasaannya yang entah, ia sendiri tidak mengerti.

Pemandangan yang baru saja ia saksikan begitu menyesakkannya. Kenapa ia harus merasa sesak? Alvin bukan siapa-siapa. Kedekatan mereka akhir-akhir hanya sebatas teman.

Darinyalah Alvin bisa bertemu dengan Via, kalau bukan karena ia yang melobi Alvin untuk jadi juru foto anak-anak didiknya kala itu, mungkin Alvin tidak akan pernah bertemu Zhea yang lalu menghantarkan pada pertemuannya dengan Via.

Bahkan kemarin baru saja Alvin memohon padanya untuk memberi tahu nomer telepon mamanya Zhea, dengan traktiran makan siang sebagai imbalan.

Walau sebenarnya ia tidak ingin memberi tahu nomer pribadi orang tua muridnya itu, tetapi Alvin memohon. Dan akhirnya mereka bisa pergi makan bersama walau dalam rangka traktiran. Meski demikian, ia begitu menikmati waktunya bersama pria itu. Bahkan, mendapat sekelumit cerita tentang hubungan antara Alvin dengan mamanya Zhea di masa lalu, yang ternyata adalah sepasang mantan kekasih.

"Ranti, duluan, ya."

"Ah, iya, Bu. Hati-hati," jawab wanita bernama Ranti itu pada rekan seprofesinya.

Kenapa denganmu Ran? Seperti anak remaja yang sedang galau.

Ranti mengembuskan napasnya, segera menarik diri dari harapan kosong yang ia ciptakan sendiri.

Keadaan seperti menjawab apa yang ia langitkan selama ini. Melihat Alvin yang sedang berusaha mendekati Mama Zhea kembali, turut meruntuhkan harapannya.

Entah mengapa wanita itu menyukai Alvin? Mungkin pribadi Alvin yang humble dan pandai membawa diri, selain perawakan tinggi dan sepasang mata sipit bak oppa Korea itu.

Entah mengapa wanita itu menyukai Alvin? Mungkin pribadi Alvin yang humble dan pandai membawa diri, selain perawakan tinggi dan sepasang mata sipit bak oppa Korea itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Gaun princess Elsa itu bergoyang ke kanan dan ke kiri seiring Zhea memainkannya. Gadis itu lalu berputar, gaun yang ia kenakan ikut merekah di bagian bawahnya. Zhea tampak gembira. Tak lupa boneka beruang itu berada dalam dekapannya.

"Mama, Zhea cantik, 'kan?" tanyanya sambil mengoyang-mengoyangkan gaun.

"Zhea suka?"

"Suka!" Zhea antusias.

"Tinggal pialanya. Om Alvin udah janji mau kasih Zhea piala."

"Zhea, dengar Mama. Om Alvin itu bukan siapa-siapa, Sayang. Jangan berharap."

Zhea mendadak murung.

"Kenapa, Mama nggak suka sama Om Alvin?"

"Bukan."

"Mama nggak pernah senyum sama Om Alvin!"

Zhea bisa membaca itu. Memang sejak pertemuan pertama mereka setelah sekian lama, Via tidak pernah sedikit pun tersenyum pada Alvin. Bahkan selalu bersikap ketus.

Pelabuhan Rasa (Sekuel Rasa) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang