34. Sampai Hari Itu Tiba

1.5K 109 13
                                    

Via menginjakkan kakinya lagi di rumah sakit, tempat di mana Eric dirawat. Dengan kedua tangan menggenggam tote bag ukuran sedang, berisi wadah bersusun makanan kesukaan Eric.

Masih ingat betul makanan apa saja yang menjadi favorit mantan suaminya itu. Mendadak iba dengannya, hingga mau repot-repot memasak.

Pintu berderit, Eric masih memejamkan mata. Via melangkah pelan menghampiri pria itu. Kini sudah berada tepat di samping ranjangnya, meletakkan tote bag berisi makanan dan jus di atas nakas.

Sesaat Via hanya terdiam menatapi wajah Eric. Kemudian duduk di kursi tepat di samping ranjang. Hanya hening.

Tetesan cairan infus menambah heningnya di dalam ruang rawat inap VIP itu.

Kalau Mama Suwarti masih hidup, ia pasti begitu mengkhawatirkan anak semata wayangnya ini.

Via tertunduk. Mungkin dari atas sana mama melihat semuanya. Semua yang terjadi pada mereka berdua.

"Vi?"

Suara berat Eric menyadarkan keheningannya. "Eum ... Kamu udah bangun?"

"Sejak kapan kamu di sini?"

"Baru aja."

Sesaat mereka hanya saling menatap. Sampai Via mengalihkan suasana. "Kamu mau makan? Atau minum? Aku bawain makanan kesukaan ... mu." Via menelan ludah.

Eric tersenyum tipis. Kalau ia masih bersama Via, ia yakin tidak akan drop seperti ini. Via sangat bawel masalah kesehatannya. Tidak mau disentuh kalau ia dalam keadaan minum-minuman keras. Eric mati gaya, lalu itu bisa membuatnya sedikit demi sedikit menjauhi minuman beralkohol demi kesehatannya juga.

"Kenapa kamu mau repot-repot begini, Vi?"

"Itu ... cuma biar kamu cepet sembuh aja. Kamu masih ingin melihat Zhea tumbuh dewasa, 'kan? Makanya jaga kesehatan."

"Aku memang pantas mati, Vi."

"Jangan bicara sembarangan!"

Seper sekian detik berlalu hanya dengan saling menatap satu sama lain. Hingga ketukkan pintu mengalihkan perhatian mereka.

Seorang wanita paruh baya mendekat, membawa wadah bersusun di tanganya. "Permisi, Mas. Bibi ke sini bawain makanan." Wanita paruh baya itu menatap sekilas ke arah Via.

"Taruh aja, Bi."

"Kata Mbak Sandra, Bibi disuruh jaga, Mas Eric di sini."

Eric menghela napas. "Bibi tunggu aja di luar."

"Baik, Mas." Wanita paruh baya itu kembali menatap Via sekilas, sebelum meninggalkan ruangan.

"Aku pantas mendapat perlakuan seperti ini, 'kan, Vi?"

Via tidak berkomentar, lebih memilih mengeluarkan makanan dari dalam tote bag miliknya.

"Makan dulu."

"Taruh aja, Vi. Nanti aku makan."

Hening. Via tidak tahu harus bicara apa. Tidak ada topik menarik yang bisa dibicarakan dengan mantan suaminya itu.

"Zhea apa kabar?"

"Zhea ... baik-baik aja."

"Apakah Zhea masih suka menanyakan papanya?" Eric tersenyum getir. "Mengingat sekarang dia sudah punya papa baru."

"Zhea enggak akan melupakan papanya. Aku enggak pernah mendidiknya seperti itu."

Eric menatap sayu ke arah mantan istrinya itu. Rasanya ia ingin sekali memutar waktu. Ah! Tapi dirinya memang pantas mendapatkan ini. Dan Via pantas mendapatkan Alvin.

Pelabuhan Rasa (Sekuel Rasa) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang