10. Senja Di Rooftop

1.5K 115 79
                                    


"Lo mau dijodohin!" Siska tercengang mendengar pengakuan sahabatnya itu. Via hanya mengangguk.

"Dan lo mau aja?"

"Belum, kami baru pendekatan."

"Lo yakin, Vi? Pria seperti apa yang akan dijodohin sama lo?"

"Gue belum terlalu mengenalnya, sekilas dia baik. Tapi ... bukankah gue harus lebih selektif lagi? Menikah bukan untuk hidup bersama sehari dua hari, tapi untuk seumur hidup. Gue nggak mau gagal lagi, Sis."

"Uw ... sini peluk." Siska sudah memeluk Via sebagai bentuk dukungan.

"Gue juga ketemu Alvin belakangan ini."

"Alvin?" Siska terkejut, melepas pelukannya. "Serius, di mana?"

"Di sekolah Zhea."

"Wah ... setelah sekian lama, kalian bertemu kembali. Apa kabar dia sekarang?"

"Aku nggak tahu," kata Via datar.

"Memangnya kalian enggak ngobrol?"

"Sedikit, tapi Zhea malah udah dekat sama Alvin."

"Tunggu-tunggu, dekat?" Siska mengerutkan kening.

"Sejak kapan? Apa gue udah melewatkan satu episode dalam hidup lo, Vi? Sampai-sampai gue baru tahu ini?"

Setengah melamun Via berkata, "semua terjadi begitu saja. Zhea dan Alvin menjadi dekat juga dengan begitu saja."

"Apa lo dan Alvin juga ... deket lagi?"

Via menggeleng.

"Semua udah berbeda, Sis."

Tepatnya aku yang berbeda, tapi Alvin masih orang yang sama. Masih Alvin yang kukenal dulu.

"Apa Alvin tau, kalau lo sudah bercerai, Vi?" tanya Siska hati-hati.

"Udah. Oh iya, tahu dari mana, ya dia?" Via bahkan tidak menyadarinya, dari mana Alvin tahu bahwa Via sudah berpisah dengan Eric.

"Apa arti semua ini? Jangan-jangan semesta sedang bekerja sama merangkai kisah baru untuk kalian. Gue pengen liat, apa yang akan terjadi selanjutnya?" goda Siska pada Via.

"Nggak ada yang perlu dirangkai lagi, Sis. Semua udah selesai."

"Gue rasa belum. Coba lo pikir, kalian dipertemukan lagi sekarang untuk apa? Kalau bukan untuk menuntaskan apa yang  belum tuntas di antara kalian?"

"Memangnya apa yang belum tuntas?" Mulutnya menepis. Namun, hatinya merenungi baik-baik ucapan Siska.

*

Alvin melempar tatapannya ke arah jalan yang basah oleh guyuran hujan. Ditemani secangkir kopi hitam, ia hanya sendirin di studionya.

Hujan memang sudah reda, tetapi resahnya belum juga reda. Benaknya masih memikirkan wanita yang pernah mengisi relung hatinya itu.

Kenapa sikap Via padanya begitu dingin? Terasa sekali kalau wanita itu sedang berusaha keras membentangkan jarak.

Alvin begitu merindukan gelak tawanya, senyum manis favoritnya. Ke mana perginya semua itu? Sekarang Alvin hanya melihat sorot luka.

Tangannya meraih ponsel pintar dari dalam saku. Mencoba menelepon seseorang yang baru saja mengusik pikirannya.

Setelah menunggu sesaat, panggilan Alvin diterima. Alvin sempat berpikir kalau panggilannya akan ditolak atau dibiarkan saja, nyatanya tidak.

"Hallo, Vi?"

"Alvin! Aku mau tanya dari mana kamu tahu, kalau aku dan Eric sudah berpisah?" tanya Via langsung tanpa basa-basi. "Kamu mengutit, ya?

Pelabuhan Rasa (Sekuel Rasa) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang