Hari ini, kediaman Via akan menerima tamu spesial, yaitu Joan dan mamanya. Kedatangan mereka atas undangan makan malam bersama dari Marni, sekaligus memperkenalkan kedua anak mereka--Joan dan Via.
Via tidak bisa menghindar kali ini. Mau tak mau harus bertemu dengan pria itu. Pria seperti apa yang menurut saja saat hendak dijodohkan oleh ibunya? Apa ia tidak punya kuasa untuk menolak? Via tak habis pikir.
"Kamu sudah siap, Nduk? Sebentar lagi Joan dan Mamanya datang."
Via hanya mengangguk malas.
"Zhea mana, Zhea juga harus bertemu dengan Joan, agar mereka saling mengenal."
"Zhea sedang main, Bu. Biarin aja."
"Tapi saat mereka datang, Zhea harus ada."
Via tidak merespons.
Marni beranjak, beralih ke dapur untuk mengecek bagian konsumsi. Mempersiapkan semuanya dengan sempurna.
"Ini sudah seperti acara lamaran saja." Via menggerutu.
Sebuah mobil berwarna silver sudah terpakir rapi di halaman, setelah melewati pintu gerbang yang menjulang. Marni dan Anto berdiri di depan pintu untuk menyambut kedatangan tamunya dengan hangat. Rosita dan anak laki-lakinya itu sudah menghuni sudut sofa ruang utama.
Mereka terlihat berbincang ringan, sampai Via muncul untuk pertama kalinya di hadapan Joan. Via mengandeng Zhea.
"Vi, kenalin ini Joan dan Tante Rosita," ujar Marni.
Via mengangguk sopan lalu mengulurkan tangan ke arah Rosita dan Joan, sambil memperkenalkan diri.
Joan dan Via sempat saling menatap sesaat, tatkala mereka berjabat tangan, lalu Via segera mengalihkan pandangan.
"Dan ini Zhea, cucu kami. Ayo Zhea Salim dulu, Sayang."
Zhea menurut, bersalaman sambil mencium punggung tangan Rosita dan Joan secara bergantian.
"Duh ... anak pinter, cantik seperti mamanya," puji Rosita sambil mencubit gemas pipi sebelah Zhea yang chubby.
Via tersenyum canggung.
Dalam hati, Joan sependapat. Gadis kecil ini sangat cantik persis seperti mamanya. Eh!
"Mari kita makan, tapi seadanya, ya, Jeng, Nak Joan," kata Marni mulai membimbing tamunya ke arah meja makan dengan menu spesial berjejer memenuhi meja.
"Ayo, silakan."
Sesaat suasana tenang. Mereka pun menikmati makanan di piring masing-masing. Sambil sesekali melanjutkan obrolan.
"Jadi, Nak Joan ini mengelola bisnisnya sendiri?" Giliran Anto yang bertanya.
"Iya, Om," jawab Joan singkat.
"Apa saja?"
"Eum ... sementara ini baru Kafe dan steam, Om. Tapi sudah punya cabang di seluruh Jabodetabek. Yang segera menyusul adalah agen travel."
"Hebat, anak muda yang mau kerja keras, aku suka itu," puji Anto kagum.
"Terima kasih, Om, tapi masih terus belajar."
Via hanya mendengar obrolan mereka sambil menyuapi Zhea.
"Kalau, Nak Via sudah berapa lama jadi disaigner?" tanya Rosita.
Via tersentak. "Saya ... sudah hampir sepuluh tahun."
"Oh." Rosita mengangguk. Via menunduk, ia berusaha keras menyamarkan gelagat tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Rasa (Sekuel Rasa) COMPLETED
RomanceTakdir kembali mempertemukan Via dengan seseorang dari masa lalunya. Alvin, pria yang pernah ia tinggalkan dulu kembali ke dalam hidupannya yang sempat hancur. Rasa bersalahnya pada Alvin itu yang membuatnya membangun benteng kokoh yang sulit untuk...