Suara khas yang berasal dari ponsel pintarnya itu, berhasil membuyarkan tatapan kosong yang mengarah pada sebingkai foto bertengger di meja kerjanya.Via, kita jadi meeting, 'kan?
Wanita yang akrab disapa Via itu terdiam sesaat setelah membaca sebuah pesan. Lalu mengetikkan balasan dan mengirimkannya.
Tatapannya kembali larut pada bingkai foto tadi. Seseorang yang berada dalam bingkai itu, lah yang membuatnya bertahan sampai detik ini. Meski sempat tertatih, sekuat tenaga Via berusaha bangkit dari keterpurukannya.
Via mengakhiri perasaan mellow-nya, segera beranjak dari kursi, kemudian meninggalkan ruangan.
***
"Maaf, aku telat ya, Reta?" ucap Via pada partnernya bernama Aretha.
"Nggak apa-apa, santai aja. Duduk, mau minum apa, Vi?"
"Cappucino dingin aja," jawab Via setelah melihat daftar menu.
"Oke." Aretha memanggil waiters dengan melambaikan tangannya. Kemudian menulis pesanan mereka. Dua gelas cappucino dingin dengan dessert cake untuk menemani sepanjang meeting mereka nanti.
Ya, mereka bertemu untuk urusan pekerjaan. Dua designer berbakat ini lalu larut dalam diskusi seru mengenai projek bersama mereka---kolaborasi fashion show.
Sesekali tawa tercipta dari keduanya. Sejenak membuat Via lupa akan kemelut hidupnya belakangan ini.
"Oke, Vi. Sampai ketemu lagi. Kalau ada sesuatu yang kurang kita bisa bicarakan lagi. Sorry aku duluan, nih. Udah dijemput."
Via menggangguk lalu tersenyum.
"Bye." Aretha menyempatkan cipika-cipiki pada Via sebelum benar-benar pergi.
Sementara Via masih terdiam di tempat duduknya. Pandangannya terlempar ke arah jalanan yang bisa ia lihat dari dinding kaca dari sudut kafe itu.
Tampak Aretha partnernya itu yang baru saja keluar dari kafe. Ia berjalan ke arah seseorang yang sudah menunggu di samping mobil. Pria itu membukakan pintu mobilnya untuk Aretha. Tak lama kemudian mobil pun melaju meninggalkan pelataran kafe.
Via mengerjap, termangu sendiri. Pemandangan tadi, entah mengapa membawa ingatannya pada seseorang yang pernah membuat hatinya hancur lebur.
Pria yang telah ia pilih untuk jadi pendamping hidupnya dengan kesadaran penuh itu, justru menjadikan hidupnya berantakan.
Ribuan sesal pun sudah tidak ada gunanya lagi. Luka itu masih mengangga, meski sudah setahun berlalu. Ya, genap setahun.
Via meminum lagi capuccino dinginnya lewat sedotan di satu tangan dan tangan lain memegang gelas. Lalu meletakkan gelas itu saat ponselnya berdering.
"Halo ...."
"Maaf, Mah. Ananda Zhea belum dijemput. Kelas sudah bubar dari setengah jam yang lalu." Suara di seberang telepon membuat Via tersentak, membuatnya segera bergegas setelah mengakhiri panggilan. Mobilnya melesat cepat ke tempat tujuan.
***
Seorang gadis kecil berdiri di lobi dalam pengawasan security. Gadis kecil dengan poni tengah serta rambut kuncir kuda itu mengendong ransel warna pink, dengan tas mini berisi kotak bekal dalam genggamannya.
Wajahnya terlihat bosan menunggu. Sampai seorang pria dengan kemeja kotak-kotak dibalut dengan jaket jeans warna dark blue, berjalan ke arah lobi. Pria itu menyempatkan menyapa gadis kecil yang masih berdiri seorang diri di sana.
"Belum dijemput--Zhea?" Pria itu sempat melirik name tag pada baju seragam gadis kecil itu.
"Belum," jawab gadis itu singkat.
"Mau, Om temenin sampai dijemput?"
Gadis kecil itu menoleh. "Tidak, terima kasih," jawabnya lirih.
"Jangan takut, Om bukan penculik."
"Om, 'kan ... yang tadi memfotoku dan teman-temanku?" tanyanya polos.
"Iya."
"Kenapa, Om belum pulang?"
"Ini mau pulang."
Setelah berhasil memarkirkan mobilnya, Via tergesa menuju ke dalam gedung sekolah favorit setingkat taman kanak-kanak itu.
Langkahnya terhenti ketika menyadari, siapa seseorang yang berada di samping gadis kecilnya?
Itu?
Pria itu masih mengobrol dengan gadis kecil di sampingnya, dengan berlutut untuk menyamakan tinggi.
"Mama!"
Pandangan pria itu otomatis mengarah pada sosok yang disebut Mama oleh gadis kecil di sampingnya.
Sorot mata dua orang dewasa itu bertemu.
Hening.
Bumi serasa berhenti berotasi.
Via memutar tubuh, memutus pandangan. Ia tidak percaya pada penglihatannya saat ini. Atau ia tidak menyangka akan dipertemukan kembali pada seseorang dari masa lalunya itu?
"Ma ...." Gadis kecil bernama Zhea itu berlari menghampiri Via. Menyentuh tangannya hingga membuat Via menoleh.
Via berusaha menormalkan detak jantungnya, sewajar mungkin di depan putri semata wayangnya.
"Maaf, Mama telat jemput, Sayang," ucapnya sambil menangkup wajah putrinya. "Ayo kita pulang."
Zhea mengangguk.
Via segera mengandeng tangan Zhea dan pergi meninggalkan pria yang perlahan-lahan bangkit dari posisinya berlutut tadi. Zhea menyempatkan menoleh sesaat pada pria itu.
Ibu dan anak itu perlahan lenyap dari pandangan dan sukses membuatnya tertegun.
Via?
**
Kalian kayak Via nggak klo ketemu mantan?😆
Vote & komen
Terima kasih 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Rasa (Sekuel Rasa) COMPLETED
RomanceTakdir kembali mempertemukan Via dengan seseorang dari masa lalunya. Alvin, pria yang pernah ia tinggalkan dulu kembali ke dalam hidupannya yang sempat hancur. Rasa bersalahnya pada Alvin itu yang membuatnya membangun benteng kokoh yang sulit untuk...