"Mama bilang nggak kenal, Om itu," tanya Zhea di antara langkah mereka yang terayun menuju ke arah pintu gerbang sekolah."Iya, ternyata Mama mengenalnya." Via sampai tidak tahu harus menjawab apa. Tangannya masih mengandeng tangan mungil Zhea.
"Mama berbohong?"
"Maaf."
"Om itu temen, Mama?"
Via hanya mengangguk. Dan untungnya Zhea tidak mengajukan pertanyaan lagi. Biasanya Anak itu tidak berhenti bertanya jika masih penasaran. Zhea seperti lebih dewasa dibandingkan umurnya.
*
Malam semakin larut, tetapi Via belum juga bisa memejamkan mata. Di sampingnya Zhea sudah tertidur pulas.
Setiap menatap wajah Zhea yang sedang tertidur, Via merasakan kedamaian. Sungguh ia tidak menginginkan hal lain lagi selain kebahagiaan putrinya.
Via mengusap kepala putrinya dengan lembut lalu mengecup pipi chubby itu.
"Mama sangat menyayangimu, Zhea." Via memeluknya berharap bisa ikut tertidur, tetapi nihil. Matanya belum bisa dipejam, atau pikirannya yang sedang tidak tenang.
Kenapa bayangan Alvin berkelebat di benaknya? Kenapa ia harus dipertemukan lagi dengan Alvin? Apa sebenarnya yang semesta inginkan?
Via menoleh ke arah nakas saat ponselnya berdering. Segeralah ia meraih benda pipih itu. Via menatap nomer tidak dikenal terpampang pada layar.
Siapa?
Via mengangkat telepon itu. "Hallo?"
Hening.
"Ini siapa?"
"Jangan buru-buru mematikan telepon saat tahu siapa yang menelpon?"
Suara itu tidak asing, mata Via terbelalak. "Alvin?"
"Yup!"
Jantung Via berpacu. "Tahu dari mana nomerku?"
"Ada."
"Dari siapa?"
"Nggak penting, save nomerku. Setelah ini aku akan sering menghubungimu."
"Untuk apa?"
Alvin terdiam sesaat. "Mungkin ... untuk episode baru kita."
Via mengeryit. "Apa maksud episode baru?"
"Kamu masih sendiri, 'kan, Vi?"
"Aku? Aku nggak sendiri. Aku sudah punya anak sekarang."
"Aku tahu, aku juga tahu kalau kamu sudah berpisah dengan Eric."
Via terkejut, lalu hening. Alvin dan Via sama-sama terdiam sesaat.
"Vi ... kita harus ketemu, kita harus bicara, Vi."
"Enggak, Vin!"
"Kenapa?"
Di saat bersamaan Zhea terbangun, mungkin karena mendengar percakapan Via di telepon.
"Maaf, Zhea bangun, Vin." Via mematikan sambungan telepon.
Alvin termangu sesaat, di seberang. Pandangannya lalu mengarah ke layar laptop yang menyala di depannya.
Alvin membuka kembali flash disk lamannya. Melihat kembali foto-foto Via di sana. Masih tersimpan rapi. Bahkan tidak berubah sedikit pun, memori tentangnya, juga perihal persaaannya.
*
Dalam perjalanan menjemput Zhea, perasaan Via tidak tenang. Khawatir kalau-kalau Alvin sudah berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Rasa (Sekuel Rasa) COMPLETED
RomansaTakdir kembali mempertemukan Via dengan seseorang dari masa lalunya. Alvin, pria yang pernah ia tinggalkan dulu kembali ke dalam hidupannya yang sempat hancur. Rasa bersalahnya pada Alvin itu yang membuatnya membangun benteng kokoh yang sulit untuk...