29. Jealous

1.5K 115 16
                                    


Eric meraup wajah saat mengetahui pengeluaran setiap bulan semakin ke sini semakin bengkak. Nominal yang tidak masuk akal.

"Sandra, kamu buat apa pengeluaran sebanyak ini?"

Wanita bernama Sandara itu tak acuh, sibuk di depan meja riasnya--memoles wajah.

"Sandra!"

"Kenapa, sih? Kamu, 'kan tau, perawatan aku dari ujung rambut hingga ujung kaki itu enggak murah."

"Kamu juga tau aku ini fashionista. Ya, wajarlah."

Sandra bisa melihat ekspresi kesal Eric dari pantulan kaca meja riasnya. Sandra tidak peduli. Memperistri dirinya itu berarti Eric harus royal. Apa Eric pikir, kulit kencang, mulus yang setiap hari disentuhnya itu tidak butuh perawatan?

"Tapi kamu harus bisa memanage."

"Kamu tiap bulan kasih buat anak kamu, aku enggak pernah protes, jadi jangan protes juga."

"Itu beda cerita, Sandra."

"Aku mau berangkat sekarang, temen-temenku udah nunggu. Bye."  Sandra mengecup singkat bibir Eric sebelum pergi. Seperti itu saja kerjaan istrinya. Pergi bersama teman-temannya, belanja, perawatan, dan menghamburkan uang.

Sepertinya Eric akan menjadi mesin uang untuk memenuhi gaya hidup istrinya yang glamor itu.

Sandra berbeda sekali dengan Via. Lagi-lagi Eric jadi membandingkan dengan mantan istrinya. Via tahu bagaimana mengatur keuangan. Bahkan, Via luwes menyisihkan penghasilan keduanya untuk tabungan pendidikan Zhea. Waktu itu Zhea masih bayi, tetapi mamanya sudah membuat perencanaan keuangan untuk pendidikan Zhea dengan matang.

Via berkata, Zhea harus sekolah yang tinggi, Zhea harus jadi anak yang cerdas seperti papanya. Mengingat itu, seulas senyum Eric terbit. Sementara Eric berpikir, Zhea juga harus tumbuh jadi gadis yang baik hati seperti mamanya.

Ah! Eric jadi merindukan gadis kecilnya itu. Menelpon Zhea sepertinya bisa memperbaiki mood.

"Sayang ...."

"Papa!"

Eric tersenyum melihat wajah gadis kecilnya itu dalam layar. "Lagi ngapain anak Papa?"

"Mainan, Pah."

"Mainan apa?"

"Boneka tentara Inggris."

"Wah, mana coba Papa lihat."

Zhea lalu memperlihatkan boneka tentara Inggris wanita itu di layar.

"Bagus. Zhea beli di mana?"

"Ini oleh-oleh tahu, Pa."

"Dari siapa, Sayang?"

"Om Alvin."

Eric terdiam sesaat. Sepertinya fotografer itu sudah berhasil mendapatkan hati putri kecilnya.

"Pa! Sebentar lagi, Mama akan menikah dengan, Om Alvin."

Eric terhenyak. "Menikah?"

Zhea mengangguk.

"Boleh, Papa bicara sebentar dengan Mama?"

"Boleh."

Terdengar Zhea berteriak memanggil mamanya. Eric menunggu sesaat.

"Ya?" Via sudah muncul di layar.

"Apa benar yang dibilang Zhea, kalau kamu akan menikah dengan Alvin?"

Via menoleh ke arah Zhea yang kembali asyik dengan mainannya. Via mengambil jarak, sedikit menjauh dari Zhea. Supaya pembicaraan dengan mantan suaminya itu tidak didengar oleh putrinya.

Pelabuhan Rasa (Sekuel Rasa) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang