38. Jerat Pesona

1.6K 90 14
                                    


"Aku sudah pernah menikah dua kali, dan dua-duanya gagal," jelas Eric menjawab rasa penasaran Ines.

Kini mereka sudah duduk di sudut kafe, setelah janjian bertemu sebelumnya. Ines sempat tercengang sesaat. Dua kali?

Eric menyeruput ekspresonya kemudian melanjutkan ucapan. "Aku punya anak perempuan dari pernikahan pertamaku."

Ines bisa pastikan foto profil yang terpampang pada aplikasi chat milik Eric adalah foto anaknya.

"Anak yang sangat cantik, mirip sekali denganmu." Ines menimpali.

Eric menoleh heran.

"Ini, 'kan?" Ines menunjukkan layar ponselnya ke hadapan Eric.

Eric menatap sejenak ke layar, lalu mengangguk pelan.

"Kenapa?"

Eric menatap nyalang ke arah Ines. "Ah, enggak."

Ines bisa merasakan ada sesuatu yang sedang berusaha Eric sembunyikan. Sorot matanya tampak lain saat ia membicarakan tentang anak perempuannya.

"Siapa namanya?"

"Zhea, Zhea Aletta Wicaksono."

"Apa kamu merindukannya?"

"Sangat," jawab Eric tanpa mengalihkan pandangan dari gelas ekspresonya.

"Kenapa enggak temuin?"

"Sekarang dia punya papa baru."

"Apa masalahnya? Kamu punya hak bertemu dengan putrimu. Kamu Papa kandungnya."

Eric menatap nanar wanita di hadapannya. "Aku enggak mau mengusik kehidupan baru mereka."

"Enggak, dong, itu nggak bisa dikatakan mengusik."

Eric tersenyum getir. "Biarlah mereka menikmati kebahagiaan mereka saat ini. Jika aku muncul sekarang, aku akan terlihat begitu menyedihkan."

Ines tertegun.

"Kamu tahu? Aku adalah pria gagal yang masih hidup sampai sekarang. Nggak ada yang bisa diharapkan dari orang seperti aku."

"Jangan bilang begitu, semua orang tentu pernah gagal. Aku juga."

Kalimat yang terlontar dari lawan bicaranya itu membuat Eric sedikit menaruh atensi.

"Dulu, aku pernah dihina karena miskin dan jelek. Aku telan pahit itu sendirian, sampai sebuah kesempatan datang, aku lolos masuk agensi model setelah berkali-kali mencoba. Aku memulai karir modelingku dari nol sampai bisa seperti sekarang. Kemudian bertemu dengan seseorang, lalu jatuh cinta. Hubungan kami sudah sangat serius, tapi berakhir juga. Yah, namanya juga hidup, kita enggan pernah tahu."

Eric menatap Ines yang tertunduk. Wanita ceria itu seketika terlihat sendu.

"Mantanku malah sudah menikah," lanjut Ines masih tertunduk.

"Menikah dengan wanita dari keluarga terpandang, berpendidikan tinggi, yang pasti jauh sekali dibandingkan dengan aku." Suara Ines terdengar sedikit bergetar. Sepertinya wanita itu menahan tangis.

"Sementara aku masih sendiri."

"Kamu nggak sepenuhnya sendiri," sahut Eric yang membuat Ines melempar tatapan, mencari makna dari kalimat yang barusan Eric ucapkan. 

"Kamu masih punya keluarga, 'kan?"

Ah, iya keluarga. Harusnya ia tidak berlebihan dalam berharap.

"Keluargaku enggak di sini."

"Jadi, kamu benar-benar sendiri di sini?"

"Hmm. Tapi aku nggak sendiri, aku punya tetangga yang baik sekarang." Ines tersenyum manis penuh arti dengan mulai menebar pesonanya. Eric hanya merespons datar. Pria itu sedang tidak ingin terjerat pada pesona wanita mana pun.

Pelabuhan Rasa (Sekuel Rasa) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang