Pameran fotografi Alvin hari ini digelar. Via bersiap, memantas diri di depan cermin. Memoles wajah dengan riasan natural. Memakai dress terbaiknya. Menghias kedua kaki dengan heels yang membuatnya jenjang.
Mengingat, Via adalah tamu spesial Alvin, juga inspirasinya dalam pameran itu, tentu ia penasaran.
Dengan langkah anggun, Via menuruni anak tangga.
"Mbok ...."
"Ya, Mbak?"
"Aku pergi sekarang. Nanti kalau Zhea pulang sama Embah dan kakungnya, nanyain aku, bilang aja aku keluar sebentar."
"Baik, Mbak." Asisten rumah tangga itu mengangguk.
Setelah melakukan perjalanan menggunakan mobil pribadi, Via akhirnya sampai di tujuan.
Bertempat di sebuah gedung serba guna, pameran fotografi Alvin digelar.
Selamat datang
Pemeran Fotografi 'Pelabuhan Rasa'
Oleh Alvin Ardian.Ucapan selamat datang menyambut Via yang baru saja tiba di lokasi. Via melangkahkan kakinya ke dalam ruangan, mengedarkan pandangannya ke setiap sudut.
Sepi? Apa acaranya belum dimulai?
Via mengeluarkan ponsel dari dalam sling bag mininya. Menghubungi Alvin. Namun, sambungan telpon tidak diangkat. Akhirnya, Via memutuskan untuk melangkah ke dalam sambil mengamati foto-foto yang terpampang di dinding.
Bergeser dari bingkai satu ke bingkai lain, Via tersenyum simpul menyadari bahwa foto yang terpampang di setiap sudut ruangan itu tak lain dan tak bukan adalah dirinya.
Ketukan heels yang beradu dengan lantai itu terdengar merdu, tatkala Via bergeser dari satu foto ke foto lain. Memandangi dirinya sendiri. Alvin ternyata punya banyak koleksi foto dirinya dari berbagai angle.
Foto saat Via tersenyum, saat terdiam, saat menatap kosong. Bahkan foto-foto lama dirinya saat berlibur bersama Alvin untuk pertama kalinya ke Labuan Bajo.
Via tersenyum lebar, setelah menyusuri sudut ruangan pameran, dan mendapati bahwa seluruh foto yang ada dalam pameran itu, tak lain dan tak bukan adalah dirinya sendiri.
Pandangan Via berpindah dari bingkai di dinding ke arah sosok yang baru saja muncul, dengan sebuket bunga mawar merah di tangannya.
Via tersenyum. "Alvin!"
Alvin mengulurkan bunga itu pada Via. "Untukmu, Sayang."
Via menerima bunga itu dengan semburat merah di kedua pipinya. "Makasih."
"Kamu udah lihat semua koleksi pameran fotografiku? Gimana, kamu suka?"
"Jadi, pameran ini--"
Alvin mengangguk. "Ini spesial buat kamu."
"Kamu niat banget, sih, Vin."
"Aku masih punya kejutan."
"Apa?"
Alvin menoleh ke belakang dan Zhea muncul dengan gaun pink yang merekah di bagian bawahnya.
"Zhea?" Via tak menyangka putrinya itu ada di sini. Bukannya tadi Zhea pergi bersama kedua orang tuanya?
Gadis kecil berponi itu mendekat, mengulur kotak kecil berbahan beludru warna merah hati dalam keadaan terbuka. Lingkaran keemasan di dalam kotak itu, berkilau menyita penuh perhatian Via.
"Ini?"
"Maukah, Mama menikah dengan, Om Alvin?"
Via tersenyum menatap Zhea, bergantian menatap dengan Alvin. "Vin, kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Rasa (Sekuel Rasa) COMPLETED
RomansaTakdir kembali mempertemukan Via dengan seseorang dari masa lalunya. Alvin, pria yang pernah ia tinggalkan dulu kembali ke dalam hidupannya yang sempat hancur. Rasa bersalahnya pada Alvin itu yang membuatnya membangun benteng kokoh yang sulit untuk...