Mobil sedan hitam mengkilat milik Via memasuki kediamannya, setelah pintu gerbang dibuka. Alvin mengantarkan wanita terkasihnya itu sampai ke tujuan."Mampir, Vin."
"Eum ... boleh memangnya?"
"Kenapa nggak?"
"Tunggu." Alvin keluar lebih dulu. Membantu Via membuka pintu mobil dan Alvin memindahkan Zhea ke dalam gendongannya.
"Aku bisa, Vin."
"Kalau dalam keadaan tidur, Zhea jadi lebih berat. Aku saja yang gendong," kata Alvin lirih, takut membangunkan Zhea.
Gadis kecil itu sudah berpindah dalam gendongan Alvin. Via keluar dari mobilnya. Membimbing Alvin masuk ke dalam rumah.
Marni terheran melihat pemandangan itu, hatinya bertanya-tanya.
"Sebelah sini, Vin." Via membimbing langkah Alvin menuju kamarnya.
Alvin menunduk sopan saat berpapasan dengan Marni di ruang utama. Marni hanya tersenyum tipis.
Mereka menaiki tangga satu per satu. Via rasa ia tidak akan kuat mengendong Zhea sambil menaiki anak tangga seperti ini.
Alvin meletakkan tubuh Zhea di atas ranjang secara hati-hati. Gadis kecil itu menggeliat sejenak. Via menepuk-nepuk pelan tubuh Zhea agar tidak terbangun, sama seperti saat ia menemani anaknya itu tidur.
Zhea kembali tertidur pulas. Alvin masih berdiri di sisi ranjang, menatapi wajah polos Zhea. Via menoleh ke arahnya lalu bangkit setelah dirasa keadaan aman.
"Makasih, ya, Vin."
Alvin mengangguk.
"Kita keluar, ya."
"Nggak apa-apa ditinggal?"
"Nanti Embahnya yang nemenin."
Mereka menuruni anak tangga menuju ruang utama.
"Bu, tolong temani Zhea dulu, ya," ucapnya pada Marni. Marni beranjak menuju kamar Via.
"Duduk, Vin. Mau minum apa?"
"Jangan repot, Vi."
"Enggak kok, kopi?"
"Boleh."
Via melipir sebentar ke dapur, membuatkan kopi dengan tangannya sendiri, padahal ia bisa saja menyuruh asisten rumah tangganya.
"Minum, Vin," kata Via meletakkan secangkir kopi hitam di atas meja.
"Makasih, Vi." Alvin menyeruput kopinya. Kemudian meletakkan cangkir kopi itu kembali.
"Oh, ya kemarin Joan datang mencariku."
"Joan?" Via terkejut. "Ada perlu apa?"
"Dia memintaku untuk datang menjenguk Zhea. Dia bilang Zhea nanyain aku terus."
Via terdiam.
"Jadi, aku sempet datang ke rumah sakit, tapi Zhea udah pulang. Aku juga datang ke sini tapi kamu menolak."
Via hanya tertunduk.
"Jadi kamu dan Joan--"
Via menarik napas dan mengembuskannya perlahan. "Jadi itu yang dilakukan Joan?" Via tak habis pikir, kenapa Joan menyerah begitu mudah? Kenapa ia tidak berusaha lebih keras lagi?
"Vi ... kalau begitu beri aku kesempatan. Kamu mengenalku, Vi. Kamu tahu bagaimana aku mencintaimu selama ini."
Hati Via bertalu. Pria itu benar, Via mengenalnya dengan baik. Via tahu akan ketulusan hati Alvin yang sudah teruji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Rasa (Sekuel Rasa) COMPLETED
RomansaTakdir kembali mempertemukan Via dengan seseorang dari masa lalunya. Alvin, pria yang pernah ia tinggalkan dulu kembali ke dalam hidupannya yang sempat hancur. Rasa bersalahnya pada Alvin itu yang membuatnya membangun benteng kokoh yang sulit untuk...