Alvin masih tak menyangka bahwa yang barusan ia lihat adalah Via--wanita yang pernah meninggalkannya beberapa tahun silam. Dan gadis kecil tadi, memanggilnya Mama? Bahkan kamu sudah dikaruniai seorang putri yang cantik. Apa kabarmu sekarang, Vi? Apa kamu bahagia?
*
Gadis kecil bernama Zhea itu menoleh ke arah ibunya yang tengah mengemudikan mobil.
"Mama, kenapa telat jemput?"
"Maaf, Sayang, tadi mama masih ada kerjaan. Lain kali Mama nggak akan telat lagi, oke?" Via menyungging senyum ke arah Zhea lalu kembali fokus ke depan.
"Om tadi nemenin Zhea sampai, Mama datang."
"Oh, ya?"
"Kenapa, Mama diem aja? Kenapa, Mama enggak menyapa Om tadi? Bukannya, Mama sering bilang ke Zhea, harus senyum dan ramah pada semua orang?"
"Iya, tapi, Zhea juga harus hati-hati sama orang asing."
Pada kesempatan itu juga, Via berusaha menanamkan kewaspadaan pada gadis kecilnya. Tentu bukan tertuju pada Alvin--orang asing yang dimaksud. Karena nyatanya Alvin bukan orang asing. Dia terlalu familier, bahkan hatinya masih berdebar saat bertemu lagi setelah sekian lama.
"Eum ... kenapa Om tadi bisa sama, Zhea?" selidiknya.
"Om itu tukang foto, Mah. Tadi Zhea dan teman sekelas Zhea, difoto sama Om itu. Mama, kenal Om tadi?"
"Ah, enggak, Sayang," elaknya.
Tentu saja Via berbohong, karena nyatanya Via sangat mengenalnya. Bahkan pernah mencintainya dulu.
Kenapa ia harus bertemu dengan Alvin kembali? Via bahkan tak sanggup menatap sepasang mata sipit itu lagi.
Alvin ..., lirihnya dalam hening.
***
Mobil hitam mengkilat yang dikendarai oleh Via, memasuki pintu gerbang kayu bercat cokelat yang menjulang.
"Embah!" seru Zhea setelah sesaat turun dari mobil.
"Eh, Cantik, udah pulang?" Marni menyambut penuh kasih sayang lalu menciumi pipi kanan kiri cucunya itu.
"Belajar apa tadi di sekolah?"
Zhea menjawab dengan antusias sambil berjalan menuju ke dalam. Embah dan cucunya itu berlalu dari hadapan Via.
Sementara Via menjatuhkan tubuhnya di sofa. Satu telapak tangannya memijit kening dengan mata tertutup. Wajah Alvin melintas, membuatnya membuka mata lebar-lebar.
"Nduk?" Marni menegur saat mendapati anaknya setengah melamun.
"Ya?"
"Kamu sudah makan?"
"Nanti aja, Bu. Aku mau tidur dulu. Tolong jaga Zhea sebentar ya, Bu."
"Ya sudah," jawab Marni sambil menatapi langkah Via yang terayun menuju kamar.
Marni mengembuskan napas. Merasa prihatin dengan nasib putrinya itu, kemudian mendadak geram saat mengingat siapa yang membuat anak satu-satunya itu menderita.
***
Goresan pensil asal-asalan di atas kertas putih itu akhirnya diremas dan dilempar ke tong sampah.
Via kehilangan fokus sejak melihat Alvin lagi. Wajah Alvin mengingatkannya kembali pada rasa bersalahnya. Rasa bersalah telah meninggalkan pria itu demi menikah dengan Eric--manusia yang membuatnya harus merasakan kembali sakitnya dikhianati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Rasa (Sekuel Rasa) COMPLETED
RomanceTakdir kembali mempertemukan Via dengan seseorang dari masa lalunya. Alvin, pria yang pernah ia tinggalkan dulu kembali ke dalam hidupannya yang sempat hancur. Rasa bersalahnya pada Alvin itu yang membuatnya membangun benteng kokoh yang sulit untuk...