Aku berguling di lantai karpet yang untungnya memiliki helaian bulu lembut. Bahkan jika harus dikatakan ini jauh lebih lembut dari semua selimut yang pernah aku miliki.
Meski begitu, bukan berarti aku bisa disogok hingga bisa berhenti merindukan Ron. Haaa, aku ingin melihat Suamiku.
Seorang Peri Rumah melirikku sinis, ia nampak kesal karena keributan yang terus kubuat. Ia merapikan barang-barang di ruangan dengan kesal sambil mengambilkan kerincingan yang tadinya sengaja ku lempar.
"Anda sungguh kesulitan untuk diam, Lady?" Nada bicaranya dingin, tapi tongkatnya melambai hingga mainan itu kembali ke tangan kananku.
Ia berkacak pinggang sambil menatapku rendah.
Duh ! Begini – begini Aku adalah Pahlawan perang, tahu !Setelah beberapa langkah ia menjauh, aku kembali melempar kerincingan itu, membuat si Peri Rumah mendesah kesal.
"Anda sudah bosan, 'yah? Tidur saja." Ia melambaikan tongkat sekali lagi, memasukkanku dalan keranjang bayi berwarna merah muda.
Kalian tidak salah baca, 'kok! Memang keranjang bayi!
Berpura-pura tugasnya sudah selesai, Si Peri Rumah pergi entah kemana. Membiarkanku terjebak di keranjang bayi yang bergerak berayun pelan dengan sihir beserta aksisoris bayi yang terus berputar di atas kepala. Aku mengangkat tanganku, ini sangat kecil. Saking kecilnya bisa habis hanya dengan sekali 'Hap!'
Intinya... Aku harus tetap rasional agar bisa bebas dari sini. Aku juga belum bisa bergerak leluasa, ditambah bicaraku buruk sekali. Kata yang bisa keluar hanya 'da da da' atau 'aaa' kemudian suara tangisan.
Ayah, Ibu, Ron, Harry, Ginny... Siapapun tolong keluarkan aku dari tempat yang entah apa ini. Mereka memang memiliki ribuan perabotan mewah dengan barang mahal yang berhamburan di mana. Tapi bukan berarti aku bisa senang dengan kerincingan emas yang tidak enak saat digigit. Ngomong-ngomong, gigiku sangat gatal.
Sebelum semuanya menjadi seperti ini, aku ingat betul yang kulakukan hanyalah melakukan pekerjaanku. Saat itu aku melakukan kunjungan untuk penyelidikan sebuah kasus yang diduga termasuk pada kekerasan pada Peri Rumah.
Dari berkas yang kuterima, Peri itu tercatat mati tenggelam di salah satu rumah keluarga Halfblood.
Beruntungnya, itu bukan kasus yang rumit. Karena hanya dengan satu kunjungan itu aku berhasil mengumpulkan cukup bukti dan menemukan fakta bahwa laporan itu adalah salah. Yang sebenarnya terjadi adalah Peri Rumah mereka memang agak tua dan memiliki obsesi dengan air, meskipun konyolnya Peri itu sering lupa kalau dirinya bisa berenang, jadi ketika tercebur di air ia malah heboh sendiri dan membuat keributan hingga diselamatkan.
Keluarga itu juga sebenarnya sudah memasang kandang dan sihir penangkal agar Peri mereka tidak mendekati sungai terdekat, tapi ya... Entah bagaimana peri itu malah menuju sungai yang lebih jauh dan berakhir di sana. Singkatnya, mereka tidak bersalah.
Aku berjalan pulang sambil memikirkan bahwa tentu saja hal-hal seperti itu bisa saja terjadi. Tepat ketika aku mulai merencanakan menu makan malam yang hangat, saat itulah—
"Avada Kadavra !"
Itu adalah kata terakhir yang kudengar.
Dan ketika membuka mata, semuanya sudah berubah menjadi seperti ini. Aku mengecil—Entah bagaimana berwujud bayi. Memangnya masuk akal? Maksudku— Aku sudah membaca begitu banyak buku, tapi aku yakin tidak pernah membaca bahwa 'Avada Kadavra' bisa membuat 'umurmu berkurang' dalam artian benar-benar berkurang dan menyusut.
Berdasarkan informasi yang kudapat dari rumor yang pernah dibicarakan para Peri Rumah dan para Pelayan, 'Ayahku' selalu digambarkan sebagai orang yang kurang baik--Buruk. Mereka bilang dulunya dia adalah seorang Pelahap Maut yang terpaksa tunduk karena kekalahan sang Dark Lord. Intinya dia tidak menyerah dengan senang hati dan masih memiliki ambisi pada kegelapan hingga saat ini.
Itu kabar buruk? BELUM.
Dari gelagatnya yang bahkan tidak pernah menjengukku sejak dilahirkan, aku yakin dia sangat membenci putrinya ini. Menurut seorang Peri Rumah yang mengira aku tak paham perkataanya, itu semua dikarenakan dia menganggapku sebagai orang yang harus bertanggung jawab atas kematian Istrinya.
Ya ampun, perangainya buruk sekali. Maksudku... Siapa juga yang bersedia terlahir kembali begini? Aku juga sudah punya Suami yang harus diurusi!
Bagaimana kabar keluargaku sekarang, yah? Padahal baru beberapa tahun sejak kami hidup tenang setelah perang, tapi aku sepertinya sudah mati konyol.
Memalukan sekali, tapi memang inilah yang terjadi. Kesannya seperti mati karena terpeleset kulit pisang setelah menembak ribuan zombi!
Sekarang yang bisa kulakukan hanyalah berharap bisa cepat besar untuk kabur dari tempat ini kemudian mendatangi Ron lalu mencari cara agar tubuhku bisa kembali normal.
Meski mereka memberiku makan rutin 3 kali sehari dan kasur empuk, bukan berarti aku bisa betah. Percayalah... menjadi bayi tidak semudah itu, tak banyak yang bisa dilakukan selain mengeluarkan liur dan melempar kerincingan saat kesal.
Sejujurnya aku mulai kehilangan hitungan tentang sudah berapa lama aku 'cosplay' jadi bayi. Aku berusaha keras belajar berdiri tapi yang kudapat hanya sakit pantat karena terus-terusan jatuh, wah... Aku baru tahu kalau ternyata berdiri bisa sesusah ini. Aku makan dengan banyak agar cepat besar dan bisa kabur lebih cepat, pipiku juga sudah mau meledak.
Kira – kira apa yang sedang Ron lakukan, yah? Kuharap dia makan dengan benar.
Aku kembali merangkak dikarpet sambil menggelindingkan bola karena bosan, jujur ini melelahkan. Tapi bolaku terlepas dan bergulir kebelakang lemari.
Hey, Peri Rumah yang disana, aku perlu bantuan, nih.
Astaga, apa yang sebenarnya sedang aku coba kulakukan? Kenapa yang keluar hanya suara tangisan?
Peri Rumah itu merenggut kesal sembari menggeser lemari dengan sekali gerakan tangan.
"Mainkan dengan benar." Katanya dengan tegas ketika bola itu sudah sampai di hadapanku.
.
.
.
Sebentar... aku salah fokus.Ada sesuatu di balik lemari, pohon keturunan Keluarga Malfoy? Hey! Aku tidak salah lihat, kok!
Peri itu menyadari apa yang kupandangi dan memberi penjelasan dengan malas. "Sepertinya Anda sangat Pintar, Lady."
Aku merangkak mendekat ke arah pohon keturunan itu. Apa ini?
"Ini Adalah Ayah dan Ibu Anda." Si Peri Rumah menambahkan dengan menunjuk 2 buah gambar yang sama sekali tak asing bagiku.
Draco Lucius Malfoy
Astoria Malfoy
Hah?
Aku memandang Peri Rumah itu seolah yang ia katakan adalah guyonan, mana mungkin begitu haha. Ia menunjuk 1 gambar lagi. "Dan ini Kakak Anda Scorpius Hyperion Malfoy."
Tangan kurus pria kecil itu melanjutkan menunjuk 1 tempat kosong yang ada di bawah Draco Malfoy dan Astoria Malfoy. Tempat tepat berada disamping Scorpius Malfoy. "Seharusnya Anda ada di sini, Hermione Aries Malfoy."
Serius?
Tidak mungkin kan Peri Rumah ini serius?
"Apa ini pertama kali ada yang menyebut nama Anda?" ia berbicara lagi dan melanjutkan tanpa menungguku menyahut. "... Nama Anda adalah nama yang diberikan oleh Ibu Anda sesuai dengan nama Pahlawan Perang dengan tujuan agar Anda menjadi gagah berani seperti Hermione Jean Granger, meskipun tentu saja nama itu dinilai terlalu tabu bagi para Pureblood.... Karena itulah kebanyakan orang menghindari menyebutnya. Ditambah--"
Sang Peri berhenti bicara sesaat, menunduk rendah untuk berbisik padaku.
"--Ayah Anda sepertinya sangat benci nama itu."
Kenapa wajahmu serius sekali? Aku jadi gugup dan tanganku mendadak dingin 'nih.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly, I Became A Malfoy
FanfictionMengulang tahun ke 7 di Hogwarts itu biasa, tapi bagaimana kalau Aku mengulang ke 7 tahun di Hogwarts? Apa Merlin sebenci itu dengan ku? Maksudku, aku bahkan pahlawan perang. Tapi sekarang aku memanggil anak 8 tahun dengan Kakak, memanggil Ferret pi...