Bunda

1.5K 162 12
                                        

“Dek ?” Yohan yang baru saja keluar dari kamar nya menoleh kearah sang kakak yang juga baru keluar dari kamar.

“Kenapa kak ?” Jennie mendekat lalu berdehem pelan.

Yohan menaikkan sebelah alisnya menatap sang kakak yang sedang melirik ke lantai bawah, bunda pasti sudah di dapur menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga.

“Semalem bunda nanya kakak, Sian siapa ?” Yohan menelan ludahnya pelan lalu menatap Jennie yang terlihat bingung.

Karena Sian termasuk sering bermalam Minggu dirumah nya bersama dengan Hangyul tapi Jennie tidak tahu kalau Yohan belum mengenalkan Sian pada bunda.

“Kamu belum bilang bunda ya ?” Yohan terkekeh pelan membuat Jennie memanyunkan bibirnya kecil.

Ia semalam bahkan hampir kelepasan bicara kalau saja Seungyoun tidak menghubungi nya karena pesan nya tak terbalas oleh Jennie.

“belum sempet bilang kak.”

“Jadi selama ini Sian main kesini, bunda engga tau dia siapa kamu ?” Yohan menggeleng menjawab pertanyaan Jennie membuat Jennie menghela nafasnya berat.

Kalau bunda tau dari bibirnya bagaimana tanggapan bunda ya ?

“Bunda Cuma tau Sian sepupu Hangyul karena Hangyul yang duluan ngenalin ke bunda nya begitu kak.”

“bunda engga melarang kan ? Kakak rasa ayah juga engga selama bunda ngasih izin, kakak juga engga masalah kok, karena udah kamu kenalin juga, sebelum bunda tau dari mamah nya Hangyul mendingan kamu ngomong duluan kan ?” Yohan menatap Jennie yang tersenyum dengan lekat.

Jika di pikir-pikir ayah Hangyul dekat dengan bunda karena mereka senior junior saat di universitas dan kembali bertemu di komplek mereka ini.

Bunda pasti murka karena Yohan berusaha menyembunyikan sesuatu darinya karena bunda tidak suka di bohongi.

“Nanti Yohan ajak Sian buat kenalan sama bunda ya kak, tapi engga sekarang, Sian nya lagi susah banget di ajak pergi.” Jennie menganggukkan kepalanya lalu mengusap kepala Yohan sayang.

“Ya setidaknya kamu jelasin dulu sebelum bunda murka dek, nanti bukan Cuma uang jajan di potong, jaringan WiFi di putus, mati lah kita.”

.

.

Yohan menggaruk kepala belakangnya pelan menatap Sian yang masih sibuk dengan buku cetak dihadapannya.

Waktu istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu dan Yohan sudah lebih dulu ke kantin sebelum yang lain keluar karena kelas Yohan sedang pelajaran olahraga pengambilan nilai tambah atletik.

Sebenarnya ia tidak masalah jika tidak mengikuti pengambilan nilai tambahan karena ia dan Hangyul sudah punya nilai tambah dari ekskul taekwondo.

“Sian ?” panggil Yohan pelan dan hanya di balas lirikan sebentar oleh Sian.

Membuat Yohan menghela nafasnya pelan.

“Rotinya di makan nanti kamu sakit.” Ucap Yohan akhirnya dan Sian hanya menarik nafasnya panjang.

“Han sebentar lagi aja ya jangan ganggu dulu.” Yohan mendecak pelan sambil menidurkan kepalanya di meja mereka.

Seharusnya Yohan juga punya niat belajar tapi karena saking lelahnya setelah pelajaran olah raga semangat belajar Yohan hari ini hilang.

Ia benar-benar ingin pulang, mandi lalu tidur menatap semangat esok.

“sebentar lagi juga bell masuk loh.” Gumam Yohan yang masih terdengar jelas di telinga Sian membuat Sian menatap kepala Yohan yang berada di hadapannya.

Kim Sibling's (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang