Weirdest Interview

20.5K 2.4K 51
                                    

Happy Reading
~
~
~

"Pa, menurut papa aku pilih mana? Kerja jadi sales supervisior atau sekretaris?"

Kalau anak-anak lain mungkin akan menanyakan saran perihal pasangan atau malah nanya berapa kira-kira rentan waktu yang cocok antara anak pertama dan kedua diusia ku ini. Sekarang aku justru mirip anak freshgrad yang masih gegana soal kerjaan. Ckck!

"Sekretaris?"

Angga yang justru bersuara lebih dulu, Abang ku ini sedang membenarkan kipas angin yang mulai sekarat.

"Iya."

"Tergantung kamu sayang, kamu sanggup? Apapun yang akan kamu pilih ujung-ujungnya kamu bertanggung jawab atas hidup kamu, masa depan kamu. Mama sama papa cukup memberikan kalian berdua bekal, setelah itu tugas kalian yang meneruskan perjuangan."

Nasehat papa dalam banget enggak sih? Aku sampai terenyuh sekaligus deg-deg an dengan makna yang terkandung dalam kalimat papa ini.

"Dapet info lowongan dari siapa, Fi?"

"Sania yang ngurus semuanya bang."

"Kerjaan mama pasti," simpulnya tepat.

"Nanti anak papa mau pilih yang mana?"

Aku bersama kedua lelaki tersayang ku sedang bersantai di teras rumah. Tentu saja dengan Abang yang sibuk bersama kipas angin sementara papa mengamati bunga mawar piaraannya yang mulai bermekaran. Sedangkan aku? Ngemil Snack penuh micin.

Aku membalikkan layar ponsel ke arah papa dan Angga.

"Udah dapet email, Fiana lulus besok sore tes interview."

"Perusahaan apa sih, emang?"

Aku mendesah, ini yang paling berat tuk dijelaskan. Niat hati ingin kerja di perusahaan bonafit yang segala tetek-bengeknya jelas eh, aku terdampar di sebuah kerjaan yang aku pun masih nggak familier tentangnya.

"Perusahaan Investment Management Company."

Perhatian papa dan Angga langsung terpusat padaku.

"Jadi, calon bos ku ini direktur perusahaannya, investor dan mentor perusahaan Ventura capital . Habis Googling dia juga, informasinya sih aman pa. Dia ternyata juga penulis di bidang yang dia geluti, Investment. Sering jadi speaker di event workshop gitu kadang-kadang jadi dosen tamu di beberapa univ. Dia sering membantu pengusaha yang kurang modal yang ingin mengakuisisi perusahaan lain asal prospek nya proper lah. Terus asetnya banyak, investasi juga lebih luas dari beberapa sektor."

Aku berusaha menjelaskan sesingkat mungkin dari hasil pencarian yang aku temukan. Ku pikir si bapak Randy Anggakusuma ini tidak terkenal ternyata orangnya cukup famous, ye bokkk. Sampe muncul di Google juga. Artinya sosoknya cukup berpengaruh dong ya.

Angga mendekat ia melongok kan kepala nya ke depan ponselku. Keningnya mengkerut lalu tak lama ia tersenyum. Ini Abang ku kenapa senyum-senyum?

"Loh pa, keluarga Anggakusuma ternyata," kata Angga bikin aku makin bingung. Aku menatap papa.

"Anak nomor berapa? Setau papa yang ketiga chef."

"Ini yang bungsu, pa."

Oke, sepertinya aku jauh banget dari ranah yang mereka bahas. Aku bagaikan remah rengginang yang tak tahu apa-apa.

"Kamu mau kerja di showroom atau sama Randy ini, Fi, sama aja."

"Sama? Sama gimana?" Aku mengusap bibir ku yang penuh bumbu micin. "Showroom juga punya dia? Tapi disini nggak ada riwayat punya showroom kok." Tunjuk ku ke layar ponsel.

Probabilitas Berjodoh {Completed ✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang