Happy Reading
~
~
~Tak tahan aku menghubungi Dino. Karena aku yakin ketika memutuskan bekerja dengan pak Randy tidak akan sama bekerja dengan sebuah instansi besar dimana circle budak korporat memiliki beragam dan tipe. Dino satu-satunya yang aku kenal, dan kalau boleh aku menebak, bukankah ajakannya bergosip denganku sama dengan ajakan berkoalisi?
Ku kira memang semuanya harus didiskusikan dengan dia, bertanya apapun. Aku membuka wa, agak enggan karena sejak semalam dia ngebet banget aku ceritain pertemuan dengan Meisya.
Dia tuh laki-laki tulen kan? Kenapa bisa selera bergosip nya jauh lebih besar ketimbang aku?
Aku sih juga gemar. Cuma menentukan waktu yang tepat adalah prioritas utama, biar makin seru.
"WhatsApp gue ga lo read padahal onlen, sekarang kenapa lo nelpon gue?" Ujarnya ketus, mengawali perbincangan.
Aku mengelus dada, astaga kenapa bisa dia mirip emak-emak rempong dong?
"Gue gak mau gosip lewat wa mas, gue maunya yang eksklusif, face to face, gitu. Makanya lo cepet-cepet kerja, jangan cuti lama-lama."
Aku beralasan cepat. Terdengar helaan napas berat di ujung sana, seolah dia sedang ketiban beban hidup yang amat menyiksa padahal sekarang kondisinya dia lagi cuti.
"Gezzz ... lo sebenarnya mau bahas apaan? Inget ya, gue ga mau bahas kerjaan. Gue sedang cuti dan pengin leha-leha mirip pengangguran sejati."
Andai dia tahu betapa merana-nya jadi pengangguran sejati. Enak. Ga lakuin apa-apa, tapi nelangsa juga karena ga bisa beli apa-apa. Harus ada yang dikorbankan untuk mendapatkan hal lebih kan?
Tapi kerja terus tanpa liburan?
Duit itu tak lagi ada gunanya. Duit kan harusnya bisa menghibur, kalau ditumpuk dan ga dipake sama aja bohong.
"Gue bingung sama kerjaan gue," ungkap ku jujur.
"Heh? Emang Randy belum jelasin?"
"Bentar lagi, dia masih beres-beres. Cuma gue bingung aja."
Sambil memakai sepatu, ku dengar Dino malah tertawa terbahak-bahak, kambing.
Tak lama seruan kata maaf terdengar, aku memang mendengar samar-samar suara musik dan agak riweuh di sana. Seperti ada banyak orang disekelilingnya.
Aku duduk antara menghadap ke kolam—yang menyuguhkan view indah gedung-gedung pencakar langit, fly-over yang dipadati oleh kendaraan—dan ruang tengah yang terekspos dari luar, ku tidak ingin seorang pun mendengar obrolan ku dengan Dino. Pagi menjelang siang ini cuaca begitu terik. Aku mulai keringetan.
"Pagi-pagi ngelawak lu,"
Aku mengernyit, tak mengerti. "Randy yang Lo liat ga sepolos itu Fi.""Mas, Lo dimana sih? Kok ribut banget di sana?"
Suaranya masih bisa ku dengar, tapi aku agak terganggu dengan keributan di sana.
"GI."
KAMU SEDANG MEMBACA
Probabilitas Berjodoh {Completed ✓}
Romanzi rosa / ChickLitMenurut kalian bahagia itu seperti apa sih? Punya banyak uang? Atau punya karier bergengsi? Pacar atau pasangan romantis? Ketiga hal itu sama sekali jauh banget dari hidupku. Aku enggak tahu apa aku ahli dalam sebuah bidang, maybe? Intinya meski aku...