Happy Reading
~
~
~Aku masih terlongo-longo, bengong, bingung pokoknya semua kalimat sebangsa nya yang pantas menggambarkan kondisi ku saat ini. Aku bahkan masih belum bisa merespons setelah pak Dino melepaskan tautan tangan kami yang sedang bersalaman.
"Fiana? Hello?" Dia melambaikan tangan di depan wajah ku.
Aku mengerjap. "Pak, jangan bercanda dong."
Ya kali aku langsung diterima. Bahkan belum lewat tiga puluh menit selepas pertemuan, apa enggak sembrono main terima tanpa ada pertimbangan? Bukan aku tidak bersyukur dan senang, masalahnya aku yakin diantara kami ada yang lebih baik dari aku. Dan meski dalam keadaan shocked begini aku takut mereka keliru lalu suatu saat mereka menyesal merekrut diriku.
"Seriously, Fiana. I'm not kidding. Suwer deh."
Baik. Cara pria ini meyakinkan aku dengan mimik muka seperti itu malah bikin aku mau ketawa sekarang tapi belum boleh. Belum sekarang. Nanti.
"Enggak percaya? Eh tapi sebelum itu jangan panggil pak, kita kayaknya seumuran deh. Beda setahunan lah. Terkesan ketuaan dan berjarak."
Dia pasti mengada-ada, bercandanya nggak lucu. Walau muka Dino ini ganteng pake banget aku yakin dia nggak seumuran aku. Aku justru curiga mukanya yang ganteng, glowing, shining, shimmering dan terawat pasti ditunjang oleh skin care premium. Xixi
"Din? Mobil udah siap?"
"Ck!" Yang dipanggil berdecak sebal. Pria itu berbalik menghadap cal—oh jadi bos ku. Aku tak tahu apakah harus bersyukur atau mulai bersiap menghadapi ritme dunia kerja.
Oke karena Dino memintaku tidak memanggilnya pak maka aku akan memanggilnya dengan sebutan, ya ... Dino dong.
"Berapa kali sih gue bilang Rand, jangan panggil gue Din. Kedengaran feminim banget anjir!"
Mamakeee!!! Sumpah ya, cara mereka berinteraksi tadi di dalam sana dan di luar beda banget. Jadi yang tadi formalitas doang?
Pak Randy ketawa, "sori bro, kebiasaan."
"Ya makanya biasakan panggil Dino dengan lengkap atau .., No aja!" Sahut Dino nge-gas.
Aku melongo.
"Koko!"
Salah satu pelayan restoran berlari menghampiri kami bertiga.
"Pak Ranz minta uangnya ditransfer balik, katanya gratis."
"Nggak perlu."
Pelayan itu mendesah malas.
"Tapi pak Ranz pasti besok bawel deh, ntar saya yang pusing jadi perantara pembawa pesan, Ko."
Ditilik dari cara mereka berinteraksi, pasti pak Randy juga dekat dengan pelayan restoran ini
"Business is business, girl. Kalo bos kamu bawel kirim aja ke rekening kamu terus bagi rata ke teman-teman."
Bola mata pelayan tersebut berbinar, "beneran? Kalau gitu saya berdoa pak Ranz bawel kali ini," katanya tanpa sungkan.
Randy dan Dino tertawa. Sementara aku? Hanya jadi penonton yang super garing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Probabilitas Berjodoh {Completed ✓}
ChickLitMenurut kalian bahagia itu seperti apa sih? Punya banyak uang? Atau punya karier bergengsi? Pacar atau pasangan romantis? Ketiga hal itu sama sekali jauh banget dari hidupku. Aku enggak tahu apa aku ahli dalam sebuah bidang, maybe? Intinya meski aku...