Apa sih hal pertama yang kamu lihat dalam mencari pasangan hidup?
Tampang?
Asetnya?
Status sosialnya?
Atau apa?
Aku sudah bertemu dengan beragam tampang, sifat, dan karakter cowok. Banyak pertimbangan ketika akhirnya memilih melabuhkan hidup hanya untuk satu hati.
Tampang cakep kalau ga bisa nge-treat ceweknya dengan baik buat apa? Makan ati terus dong. Ga bahagia.
Tampang cakep tapi ga tanggung jawab dan malas kerja buat apa? Mau makan mukanya? Ga mungkin lah. Atau kamu memang bersedia menampung orang seperti itu? Kalau doi beneran sayang dia tidak akan menyulitkan perempuannya, itu yang aku yakini. Kecuali jika memang dia sudah tidak berdaya, alias sakit-sakitan.
Tampang cakep tapi ga tahu bersikap kooperatif dalam relationship? Ya salam.
Biasanya kebanyakan cewek nyari calon yang kaya tujuh turunan, aku nggak. Aku berbeda. Aku nggak mau ada drama dalam hidupku, Aku mencari seseorang yang punya rasa tanggung jawab, pekerja keras, baik hatinya, penyayang, chemistry nya dapet, se-frekuensi, komunikatif, dan nyambung. Udah sih, intinya kriteria di atas harus sepadan dan setara dengan ku, cukup. Mengapa? Kalau gak sepadan gak akan cocok, perbedaan itu pasti ada tapi selalu ada batas toleransi.
Karena aku sudah bertemu dengan banyak orang, aku juga mencoba mengenal baik karakter dan sifat, gimana caranya mereka bersosialisasi, nyambung nggak kalau ngobrol denganku? Dia tahu menghargai dan menghormati perbedaan enggak? Atau gimana caranya nge-treat aku dan orang lain. Aku memerhatikan sedetail-detailnya.
Aku pernah punya gebetan yang ganteng banget, tapi pas aku tahu orangnya pelit dan suka jelek-jelekin orang asing rasa kagum ku langsung luntur dan mendadak aku ga naksir lagi.
Pointnya, tampang hanya pendukung bukan prioritas utama yang dilihat dalam mencari pasangan hidup. Tampang itu bonus. Nyari yang bikin bahagia itu yang susah.
Makin mengenal para kolegaku yang berjenis laki-laki, kayaknya susah deh menjadikan salah satu dari mereka jadi pasangan hidup. Gimana ya? Kalian pasti punya teman cowok yang kalau kalian bayangin jadi suami kalian jadinya enggak banget gitu. Pasti punya kan? Nah, aku juga merasakan itu pada para kolegaku. Mereka memang bagusnya hanya sebatas teman, tidak lebih dan tidak kurang. Aku menyukai mereka, sangat! Masalahnya ya itu, saking aku menyukai pertemanan kami aku malah geli membayangkan jika aku dan salah satu dari mereka bersanding.
Tubuhku langsung merinding, geli!
Bicara soal pasangan hidup aku susah untuk menerima seseorang yang berasal dari kalangan berada dan berstatus sosial tinggi.
Aneh?
Bukan tanpa alasan, hal itu karena sejarah keluarga Sania dan hubunganku bersama beberapa mantan pacarku.
Orangtua kandung Sania bercerai karena ketimpangan status sosial. Status sosial menjadi kambing hitam perceraian sebab kebanyakan orang yang terlahir dari sendok perak di mulutnya mempermasalahkan ketimpangan tersebut. Alias mama mertua dari ibu nya Sania. Bahkan sebelum Sania lahir, cibiran, makian, Omelan sudah diterima ibu Sania di rumah besar itu. Bukan hanya itu, banyak pekerjaan rumah tangga yang ditumpahkan pada ibu Sania, malah sering pekerjaan yang udah beres kembali diada-adakan. Mirip sinetron kisah anak tiri ga sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Probabilitas Berjodoh {Completed ✓}
Chick-LitMenurut kalian bahagia itu seperti apa sih? Punya banyak uang? Atau punya karier bergengsi? Pacar atau pasangan romantis? Ketiga hal itu sama sekali jauh banget dari hidupku. Aku enggak tahu apa aku ahli dalam sebuah bidang, maybe? Intinya meski aku...