Happy Reading
~
~
~Jadi sekretaris lumayan juga, aku menikmati pekerjaan yang aku lakukan sekarang. Banyak yang aku tak tahu, tapi so far, dibantu oleh para kolega dan pak Randy sendiri aku merasa beruntung punya mereka. Sabar soalnya. Padahal aku rada lelet.
Pak Randy dan aku sekarang sedang meeting bersama calon mitra bisnis di restoran fine dining di salah satu tower daerah SCBD. Aku terpukau dengan pemandangan yang aku lihat dari ketinggian gedung tower lebih tepatnya dari lantai restoran berada, cantik. Kami memesan menu rekomendasi berupa Crispy silver cod in XO saurce, truffle har gau, crispy quail egg puff. Sementara aku yang--sebenarnya malu-maluin tapi ga papa lah ya, namanya juga kali pertama.-- melihat menu itu hanya bisa menganga dalam hati. Serius ding. Enak banget, tapi porsinya kecil. Biasanya restoran sekelas fine dining pasti menawarkan dari berupa appatizer, main course sampai dessert. Lumayan lah bikin kenyang tapi bagi aku namanya juga sekelas fine dining kan, ya, Makannya seuprit bayarnya innalillahi. Untung bukan aku yang ngeluarin duit. Berkat jadi sekretaris seenggaknya aku bisa merasakan makan di sini.
"Ini mocktail, non alkohol. Aman," bisik pak Randy ketika aku mulai was-was melihat minuman di depanku. Aku kira cocktail, itu kan mengandung alkohol. Aku memang se-konservatif itu loh beb.
By the way, kehadiran ku tentu harus ada gunanya biar ga tahu makan doang. Selain jadi notulen, aku juga memaparkan pra-syarat yang dibuat oleh Dino. Untungnya meeting kali ini berjalan lancar, dan aku berpenampilan cantik sekaligus bersikap professional.
"Good, udah terlatih ya Lo?" Pak Randy memuji nyengir ke arahku. Mungkin dia geli melihatku berusaha keras sebaik mungkin.
"Berkat latihan dadakan, lagian kenapa meeting mesti di restoran ini?"
Oh iya, makan di restoran fine dining juga ada jurusnya alias aturannya, aku kan masih baru. Nah, para lelaki di GT pada heboh ngajarin aku duong biar ga malu-maluin. Hahaha.
"Gue kan udah bilang, mereka punya standar sendiri. Biasanya meeting di sini juga karena tempatnya lebih kondusif. Jangan lupa kalau tiap jadwal meeting Lo mesti hapal selera klien baru deh konfirmasi janji temunya dari waktu sampai tempat."
"Siap bos."
"Ngomong-ngomong, ini hari Senin?"
Dia lagi ga disorientasi waktu, kan?
Aku mengangguk, "iya, kenapa? Ada janji lagi?"
Pak Randy tidak menjawab tapi dia menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat ponselnya.
Masa bodo. Aku tadi saat di dalam restoran memotret pak Randy sebelum klien datang. Jadi, ala-ala candid gitu. Rajin banget ya aku? Padahal pak Randy ga minta loh. Cuma sayang aja, tampangnya yang ganteng percuma kalau ga didokumentasikan terus aku meng-uploadnya di instastory dan tahukah kalian? Banyak banget yang nge-dm. Aku menghela napas panjang, mesti buka satu-satu dan membaca serta membalas dengan sabar. Cewek agresif membuatku miris. Aku kan cewek yang tetap memikirkan harga diri serta gengsi jadi merasa malu. Aku berbicara perihal kaum ku yang paling indah ini.
G_hijbvo
Koko, kiriman aku belum nyampe ya? Aku buatin pempek.Aku melongo, ini dia kirim kemana?
Rndah.Sj
Itu jam tangan yang aku bela-belain ngantri waktu di Paris. Makasih udah make jam tangan pemberian aku, ya, ko.😊🥰Aku langsung melayangkan atensiku di pergelangan tangan kiri pak Randy, mencari jam tangan fancy yang rupanya melingkar pas dan cocok dengan outfit yang dia kenakan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Probabilitas Berjodoh {Completed ✓}
Chick-LitMenurut kalian bahagia itu seperti apa sih? Punya banyak uang? Atau punya karier bergengsi? Pacar atau pasangan romantis? Ketiga hal itu sama sekali jauh banget dari hidupku. Aku enggak tahu apa aku ahli dalam sebuah bidang, maybe? Intinya meski aku...