Apa Itu Cinta (2)

12.9K 315 30
                                    

"Sayangku!!!!"
"Cintaku!!!!" Ngek... Sepasang Kakek Nenek yang Hanna dan Rangga temukan di gunung tadi siang saling berpelukan erat dan mulai saling perang ciuman ke pipi.
"A...ahaha." Hanna dan Rangga yang melihat pemandangan kemesraan kedua pasangan berumur itupun hanya tertawa kecil, lebih tepatnya ketawa miris. Entah kenapa pemandangan kedua pasangan berumur yang bertingkah seperti pasangan yang baru mengenal kata pacaran itu serasa konyol tapi juga agak sedikit jijik.

"Makasih ya! Sudah menyelamatkan sayangku!" Si Nenek berpaling dan menghadap Rangga dengan tatapan berbinar-binar. Bibirnya menukik ke atas, tersenyum lebar. Sepertinya si Nenek benar-benar berterima kasih dan sangat bersyukur, Rangga sudah berhasil menyelamatkan kekasihnya.
"Iya Nek." Sahut Rangga mengangguk.
"Hehe..." Hanna yang melihat itupun tersenyum sambil memandangi Rangga.
"Apa?" Tanya Rangga yang merasa aneh, dilihati Hanna dan kemudian gadis itu cekikikan sendiri.
"Enggak... Hehehe.." Hanna menggelengkan kepalanya pelan. "Aku senang dan bangga aja, melihat pacarku melakukan hal baik." Gadis cantik itu lantas tersenyum lebar. Cute! Terlalu cute! Sampai membuat Rangga berwajah merah dan memalingkan wajah.

"Ngomong-ngomong, nama kalian siapa? Kami ingin tahu nama orang yang sudah menyelamatkan kami." Ucap si Nenek sambil erat memeluk kekasihnya.
"Kami Hanna dan Rangga." Duk! Tangan Hanna disenggol Rangga. Gadis itu terdiam sejenak sebelum akhirnya ia sadar kalau saat bulan madu sekarang ini, mereka sedang mengambil identitas orang lain. "B- Bukan! Nama kami Risa dan Angga!" Seru Hanna sambil menggaruk pelipis. Begitu ia dipelototi Rangga karena hampir membuat mereka ketahuan, gadis itupun cengengesan.

"Risa dan Angga.... Hmmm!!!" Si Nenek manggut-manggut. "Kalian baru menikah pasti ya? Muda banget! Malahan kelihatan kayak anak masih SMA!" Rangga dan Hanna langsung mengerucutkan bibir ke dalam dan saling pandang.
"Terus Nama Nenek dan Kakek siapa?" Tanya Hanna memotong. Tidak ingin topik dia dan Rangga yang terlihat sangat muda untuk terus lanjut, bisa gawat kalau mereka ketahuan sebenarnya masih SMA dan belum menikah.

Kedua Kakek dan Nenek itupun saling pandang. Wajah keduanya memerah, meskipun sudah sama-sama keriput. "Dede. Nama kami berdua Dede. Karena sudah menikah, kami putuskan untuk menyamakan nama kami. Jadi, kalian bisa memanggilku Nenek Dede, dan suamiku Kakek Dede." Cup... Cup... Kedua Kakek Nenek itu kembali saling tukar ciuman di pipi.
"A... Ahaha..." Hanna dan Rangga sekali lagi tertawa miris.

"Oh iya! Tadi kamu menemukan Sayangku di mana?" Hik! si Kakek langsung bergidik dan menatap lurus ke Rangga. Gulp... Cowok itupun menelan ludah dan mulai menggaruk pelipis. Hanna dan Nenek Dedepun mulai curiga melihat tingkah kedua pasangan mereka. "Di mana?"
"Ya, di mana!?" Hanna menimpali. Makin penasaran melihat ekspresi Rangga. Cowok itu lantas mengintip ke arah Kakek Dede dan melihat pria tua keriput itu menggeleng-geleng dengan sekuat tenaga, memberi tahu Rangga untuk tutup mulut.

"Sayang....." Nenek Dede berbalik menatap Kakek Dede dengan tatapan membara. "Kamu ngapain?" Suaranya yang tadi terdengar cerah-cerah manja, sekarang terdengar membara tapi dingin menusuk.
"A- Aku....." Tubuh Kakek Dede perlahan tampak makin mengecil, ketakutan dengan sosok Sang Istri.
Duk... Hanna menyenggol lengan Rangga. "Di mana?" Tanya gadis itu.

Hah... Ranggapun menghembuskan nafas panjang. "Kakek Dede ada di gunung... Tapi.... Saya menemukannya sedang pingsan di dekat sungai." Sungai? Hanna memiringkan kepala.
"Oh!!! Jadi begitu!!?" Srek!!! Nenek Dede menjewer Sang Suami.
"Akh! Adududuh! Ampun cintaku! Ampuuuunnn!!!!" Kakek itu sampai menangis-nangis kesakitan.
"Aku sudah nungguin kamu sampai mau mati kedinginaaannn!!!! Ternyata kamu malah ngintipin gadis-gadis desa lagi mandiiiii huh!!!!???" Nenek Dede yang kesal semakin memperkuat jewerannya.

"Ngi- Ngintipin gadis desa!!!?" Hanna terbelalak lalu memalingkan wajah menatap Rangga. Cowok itu lantas berwajah merah dan membuang muka. Ngeek!!!! Kali ini giliran Hanna yang mencubit lengan Rangga. "Iiihghh!!! Jangan bilang kamu lama di sana gara-gara ikutan ngintip!!!!!" Seru Hanna sebal sampai memerah.
"Awww!!!! Enggak!!! Aku lama karena susah menggotong badan Kakek!!!" Rintih Rangga sambil mengelus-ngelus daerah kulit tangannya yang sampai berbekas gara-gara cubitan Hanna.
"Beneran.....?" Ucap Hanna dengan suara pelan serta wajah seperti kucing yang meminta makan.
"Iya!" Ssshhh... Sshhh... Seru Rangga sambil meringis-ringis, masih merasakan sakit.
"Ya sudah maaf...." Srek.. Srek... Hanna yang merasa bersalah ikut mengusap-ngusap bekas cubitannya.

LATIHAN PACARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang