Double Date

10.8K 330 11
                                    

Bruk... Hanna membaringkan diri di atas kasur. Tangannya terangkat ke langit-langit, dan sekarang, gadis itu menatap telapak tangannya. Dia merasa aneh. "Tadi berapa jam aku pegangan tangan sama si Rangga?" Mata Hanna berkedip-kedip. "A- Apa itu rasanya pegangan tangan sama pacar?" Wajah Hanna memerah mengingat kejadian di perpustakaan tadi siang. Aaaaaaaaaa!!!!! Gadis yang malu itu berguling-guling di atas kasur. Lalu, tiba-tiba, ketika ia ingat betapa menyebalkannya Rangga, bibir Hanna langsung mengkerut kesal. Tapi, begitu ia ingat kadang Rangga bisa sweet membuatnya tersenyum dan berwajah merah lagi. Setelah itu ia ingat betapa menyebalkannya cowok itu dan cemberut lagi. Kejadian itu terjadi berulang-ulang. Rangga kampret!!!

Kring!!! Hp Hanna kemudian berbunyi. Gadis itupun bangkit dari kasur mau mengangkat telepon yang masuk. Siapa? Dari Rangga yang nelpon? Eh!!!!? T- Tunggu!!! Kenapa aku jadi ngarep ditelpon cowok kampret begitu!? Grab... Begitu Hanna mengangkat Hpnya, di layar tertulis nama sahabatnya, Ghita. "Halo, Ghit?"
"Ah halo Hannaaaaaaa!!!!!!!" Suara Ghita nampak sangat semangat, sampai-sampai Hp Hanna yang tidak diloudspeaker itu mengeluarkan bunyi yang membuat Hanna kaget dan mesti menarik telinganya menjauh.
"Eee.... Kenapa Ghit?" Hanna menggaruk pelipis, bingung kenapa sahabatnya ini tiba-tiba menelponnya dalam keadaan ceria.

"Hehe..." Ghita terkekeh pelan. "Eciyeee!!! Eciyeee!!! Kamu sudah punya pacar ya!!!?" Pertanyaan itu membuat Hanna terdiam dan berkedip-kedip.
"H- Huh!? Maksudnya!?"
"Sudah Han! Enggak perlu malu-malu! Aku ngeliat kamu pulang jalan kaki pegangan tangan sama cowok!!! Anjay mesra kali! Sepanjang jalan enggak lepas-lepas!! Hahahaha!!!!" Ghita tertawa terbahak-bahak.
Aku? Jalan sama cowok? Hanna terdiam beberapa detik mencoba konek. Lalu, begitu ia mengerti apa maksud ucapan Ghita, wajahnya langsung memerah dan menggeleng hebat menolak pernyataan itu. "Bu- Bukan!!! Dia bu-" Perkataan Hanna terhenti.

Tunggu! Tunggu! Kamikan pura-pura pacaran ya? Apa aku cerita saja ke Ghita kalau Rangga itu pacar palsuku biar lulus dari Sekolah doang? Ehhhh!!! Tapi tunggu dulu!!! Jangan buru-buru begitu!!! Nanti aku dimarahin Rangga lagi! Dalam benaknya, Hanna bisa melihat cowok bernama Rangga itu menggerutu dan ia paling sebal melihat hal itu benar-benar terjadi nantinya. "Ahaha... Iya."
"Siapa namanya!? Kamu kok enggak cerita apa-apa kalau lagi deket sama cowok!? Tiba-tiba, tau-tau langsung pacaran saja! Ahaha!" Ghita terdengar sangat riang. Dari sepinya suasana di sekitar gadis itu, sepertinya Ghita sedang berada di kamar dan tidak sedang jalan bersama Sang Pacar.

"Ra- Rangga. Namanya Rangga." Jawab Hanna sambil menggaruk pelipis.
"Rangga? Kelas berapa dia? Kok aku enggak kenal ya?"
"Kelas 12, sama kayak kita...." Jawab Hanna.
"Apaaaaaa!!!!? Kok aku enggak tahu ada yang namanya Rangga! Yang mana sih orangnya!? Kamu diam-diam selalu nolak cowok eh taunya pacaran sama cowok misterius enggak terkenal!!!" Misterius? Misterius apanya!!!!!?
"Ahaha...." Hanna membalas hanya dengan sedikit cengengesan. Ghita. Kamu enggak tahu kalau kamu yang enggak kenal Rangga itu justru sebuah keberuntungan.... Ya, mau bagaimana lagi? Rangga kampret itu jelas saja enggak sepopuler cowok keren seperti Rendy....

"Oh iya! Jadi begini! Untuk merayakan kamu yang baru jadian dengan si... Raka? Rangga?" Ghita terdengar bingung.
"Rangga...." Jawab Hanna mengingatkan kembali.
"Ya! Rangga! Nah.... Jadi, besok aku dan Rendy ngajakin kalian berdua buat double date!"
Mata Hanna terbelalak terkejut.
"D- Double date!!!!!!!????"

*****

"Jadi begitu ceritanya kenapa kita diajakin double date." Ucap Hanna sambil menopang pipi, malas. Saat ini sudah jam pulang sekolah dan Hanna serta Rangga seperti kemarin kumpul di lantai dua perpustakaan. Grab... Dan seperti kemarin juga, keduanya saling bergenggaman tangan erat, dengan dalih melanjutkan latihan yang kemarin.
"Ya terus? Apa hubungannya denganku? Kan dia temanmu, aku tidak kenal mereka. Yang ditelpon dan diajak juga kamu, kenapa aku harus ikut?" Jawab Rangga sambil menaikkan bahu dan lanjut membaca buku di hadapannya.

LATIHAN PACARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang