Semesta Mendukung (1)

9.8K 324 20
                                    

Hah... Hanna menghembuskan nafas lega bukan main. Kemarin, ketika dirinya dan Rangga kepergok Ibu Risa di UKS, gadis itu mengira kalau Guru BK itu memergoki Rangga yang mencium pipinya. Ternyata.... "Kalian ngapain di sini!? Pura-pura sakit biar tidak upacara ya!?" Bahu Hanna menurun rileks, mengetahui kalau Ibu Risa tidak melihat aksi Rangga yang mencium pipinya. Kalau Ibu Risa melihat hal itu, Hanna bakal benar-benar merasa bersalah sudah menyeret Rangga jadi dihukum gara-gara dirinya yang minta dicium. Meskipun, Hanna juga tidak tahu apa mereka bakal dihukum kalau misalkan Ibu Risa melihat Rangga mencium pipinya. Yang jelas sekarang adalah.... Bahwa mereka tetap dihukum.

Tapi, bukan dihukum karena Rangga mencium Hanna. Melainkan karena Ibu Risa memergoki mereka berdua dengan sengaja bolos Upacara, dengan pura-pura sakit di UKS. Karena itu, begitu jam pulang besoknya, Rangga dan Hanna sekarang menunggu di depan ruang guru BK, menunggu Ibu Risa keluar dan memberikan hukuman kepada mereka berdua.

"Gghh... Kan sudah kubilang kalau kemarin itu aku lapar, makanya ke UKS! Ibu Risa mau tanggung jawab kalau aku kena maag memangnya!!?" Rangga menggeruru menggaruk kepala menunggu Ibu Risa yang tak kunjung tiba. Hanna hanya terdiam. Ia tahu, ia tidak bisa mendebat Ibu Risa karena memang dia benar-benar membolos waktu kemarin. Hah... Gadis itupun menghembuskan nafas panjang, pasrah dan berniat menerima hukumannya.

Krek... Ibu Risa membuka pintu dan melangkah keluar. "Sini ikut Ibu!" Seru Ibu Risa yang kemudian berjalan menuju sebuah gedung kecil yang ada di belakang Sekolah. Hanna dan Rangga sama-sama tidak pernah ke sana, karena gedung itu terlihat menyeramkan, kotor, dan terpencil. Sama sekali tak ada keperluan bagi keudanya untuk mendekat ke sana. Karena itu, mereka berdua tidak tahu itu ruangan apa. Dari desas-desus yang mereka berdua dengar, ada yang bilang itu gudang, ada yang bilang itu lab terbengkalai, ada juga yang bilang itu rumah penjaga Sekolah.

Gulp... Keduanya sama-sama menelan ludah ketika Ibu Risa memasukkan kunci dan membuka pintu karatan gedung itu. "Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Begitu dibuka, debu yang di dalam langsung menampar wajah Ibu Risa dan membuat wanita itu sampai terbatuk-batuk. Klik! Ibu Risa menekan saklar lampu. Tapi, lampu di dalam belum menyala. Klik! Klik! Klik! Bolak balik Ibu Risa menekan saklar itu, barulah lampu di dalam menyala. Hanna dan Ranggapun mengintip ke dalam, ternyata yang benar adalah kalau ruangan itu rupanya memang gudang. Lebih tepatnya ruang arsip dokumen Sekolah yang entah sudah berapa lama usianya. Debunya benar-benar luar biasa pekat, sampai-sampai seisi ruangan arsip itu terasa seperti ruang abu-abu monokrom.

"Uhuk! Uhuk!" Ibu Risa bergegas membuka jendela yang ada di atas, setidaknya agar udara dan debu bisa keluar berganti. Begitu selesai, dengan tangan yang masih menutup mulut, Ibu Risa berbalik dan menatap Hanna serta Rangga bergantian. "Tugas kalian adalah mencari sebuah dokumen di dalam sini!" Hanna dan Ranggapun saling tatap. Syukurlaaaahhhh!!!!! Batin Hanna melompat girang. Kalau Ibu Risa menyuru untuk membersihkan ruang arsip itu, bisa-bisa sampai mereka luluspun tak akan pernah bersih.
"Dokumen apa Bu?" Tanya Rangga yang kemudian masuk ke dalam, disusul Hanna.
"Dokumen ini." Ibu Risa mengeluarkan Hpnya dan menampilkan sebuah gambar. Hanna dan Rangga sama-sama mengkerutkan alis, tidak mengerti itu dokumen apa. Dan, Ibu Risa tahu kedua muridnya sama-sama tidak mengerti. "Sudah, intinya cari dan kumpulkan dokumen Sekolah di antara tahun 1999 dan 2000. Nanti di sampulnya ada keterangannya, kalau enggak ada, baca aja isi di halaman pertamanya."

Hanna dan Ranggapun mengangguk mengerti. Dokumen itu buat apa? Entah, buat apa, Ibu Risa yang tahu dan kedua sejoli itu juga tidak ingin tahu. Yang mereka inginkan hanyalah cepat-cepat menyelesaikan hukuman ini dan pulang. "Dah, selamat mencari, entar kumpulin aja di sana." Tunjuk Ibu Risa ke sudut ruangan. Blam! Pintu ruang arsippun ditutup Ibu Risa, mempersilahkan Hanna dan Rangga untuk mulai mencari.

Hah... Dengan malas, kedua sejoli itupun mulai menggeledah ruang arsip. "Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Hanna batuk-batuk, ketika tak sengaja membongkar kumpulan dokumen yang debunya sangat bertumpuk. "Hei, hati-hati." Huh!? Hanna kaget seribu bahasa mendengar ucapan Rangga. Di- Dia barusan memperhatikan kesehatanku!? Wajah Hanna memerah. "Jangan bikin debunya makin banyak, di sini sudah sesak nafas." Tch! Grrr!!! Dengan sebal karena barusan dibikin geer, gadis itupun kembali membongkar kumpulan dokumen, bahkan membantingnya. Bruk!!! "Uhuk! Uhuk!" Dan itu mengenai dirinya sendiri, membuat Hanna batuk-batuk lagi kena batunya.

LATIHAN PACARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang