Rumah Hanna

9.3K 303 34
                                    

Saat jam istirahat, tiba-tiba speaker Sekolah yang terletak di setiap kelas berbunyi. "Pengumuman. Untuk siswa kelas 12, akan diadakan tes pengetahuan tentang pasangan masing-masing pada Sabtu nanti." Bip... Tanpa pemberitahuan lebih lanjut tentang bagaimana tes itu nanti berjalan, speaker-speaker yang tadinya bersuara itu mati.

"Pengetahuan tentang pasangan masing-masing?" Hanna dan Rangga yang saat pengumuman itu diumumkan berada di kelas masing-masing sama-sama memiringkan kepala bingung. "Itu yang kayak gimana maksudnya?" Tanya Hanna ke teman sebangkunya.
"Aku juga enggak tahu, kata orang tiap tahun format tesnya beda-beda. Tapi, intinya tetap sama, yaitu mengetes pengetahuan kita tentang pasangan kita. Katanya sih buat mengeleminasi yang ketahuan pura-pura pacaran demi lulus." Gulp... Itu kami dong berarti!!!? Seru batin Hanna panik.

Sampai jam pulang Sekolah, gadis itu tetap terlihat panik. Hanna melangkah buru-buru menuju lantai 2 perpustakaan, ingin segera bertemu Rangga membahas soal tes dadakan yang dicanangkan Sekolah mereka tadi. Tapi, Tap... Begitu Hanna tiba di lantai dua, ia melihat ada Eri di sana sedang duduk di kursi tempat biasanya ia duduk. Gadis PMR itu tampak cekikikan mendengar entah apa yang Rangga katakan. "Ehem! Ehem!" Hanna berdeham memberi isyarat kalau ada orang ketiga di sana.
"Oh!" Eri yang melihat ada Hanna segera bangkit dari kursi. "Hehehe, sampai jumpa Kak! Lagu bikinan Kakak barusan keren banget!" Wajah Eri memerah tersipu. Lalu, gadis itu melewati Hanna dan menyapa sambil menunduk. Grrr... Hanna malah membalasnya dengan tatapan singa betina yang sedang murka. Lagu bikinan Rangga barusan!!!? Cowok kampret itu nyiptain lagu buat cewek PMR ini tadi!?

"Hmph!" Dengan angkuh, Hanna mendudukkan diri di kursi sambil melipat tangan.
"Kenapa kamu?" Rangga yang tidak mengerti kenapa Hanna marah-marah sama-sama mengkerutkan alis seperti Hanna.
"Enggak apa-apa." Wush... Hanna mengibas rambutnya. Melihat Rangga yang tidak ada respon dan cuek saja, malah lanjut membaca buku membuat Hanna sekali lagi mengibas rambutnya. Wush... Tapi, tetap saja Rangga fokus membaca. "Mmmmm..." Bibir Hanna mulai merengut. Gadis itu kemudian menggeser kursinya agar kepalanya bisa lebih mendekat, lalu, Wush... Sekali lagi Hanna mengibas rambutnya yang kali ini tepat mengenai hidung Rangga.
"Ngapain sih!?" Seru Rangga yang merasa terganggu dengan kibasan rambut Hanna.

"Mmm..." Bibir Hanna merengut. Wajah gadis itu tampak kecewa ketika respon Rangga tidak sesuai ekspektasinya. "Hmph!" Hanna mendengus. Bodo amat! Ngapain aku kemarin capek-capek! Bodoh! Hanna bodoh!!!!! Wajah gadis itu tampak memerah.
"Oh iya." Rangga yang angkat bicara membuat mata Hanna membuka lebar dan tampak secercah harapan muncul di wajahnya. Akhirnya!!! Apa dia baru sadar sekarang!!? Dasar cowok kampret!! Hihihi! "Mengenai tes pengetahuan pasangan itu, kita bagaimana?" Puk... Rangga menutup buku di tangannya dan menatap Hanna serius.

"Oh." Tubuh Hanna rasanya ditarik oleh kekuatan blackhole kekecewaan yang membuat gadis itu melemas. "Ya. Bagaimana?" Tanya Hanna ketus.
"Aku punya ide!" Rangga mengangguk semangat. "Supaya kita bisa lebih dapat gambaran satu sama lain, bagaimana kalau kita berkunjung ke rumah masing-masing?" Wajah Rangga tampak antusias dengan idenya barusan yang ia anggap sangat brilian.
"Oh." Jawab Hanna singkat.
"Ayo kita ke rumahmu." Srek.. Rangga membereskan barangnya di atas meja dan bersiap memangku tasnya di punggung.
"Oh." Sekali lagi jawab Hanna singkat sampai akhirnya gadis itu sadar kalau Rangga berniat mau ke rumahnya. "T- Tunggu dulu!!! Kamu mau ke rumahku!?" Rangga tanpa rasa bersalah dan tanpa merasa ada yang aneh mengangguk.

Hanna langsung menggigit bibir. Seketika itu juga dia bisa melihat bagaimana reaksi Mamanya dan adiknya kalau cowok kampret ini berkunjung ke rumah, dan itu membuat wajahnya merah dan batinnya berteriak-teriak. "Ke- Kenapa rumahku!? Kenapa bukan rumahmu saja!?" Seru Hanna.
"Rumahku lebih jauh dari rumahmu. Kamu mau jalan lebih jauh lagi? Jalan ke rumah sendiri saja malas." Hupf! Pipi Hanna langsung menggembung ngambek dihina begitu. Tapi, ia juga tidak bisa mengelak karena yang dikatakan Rangga itu memang benar adanya. Lalu, karena tidak punya pilihan lain akhirnya Hanna mengangguk mengiyakan dan nereka berduapun berangkat menuju rumah Hanna.

LATIHAN PACARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang