Telepon Penting

10K 281 31
                                    

"Satu lagi aturan aneh Sekolah kita." Hanna bergumam sambil membentangkan lebar buku yang di sana tertulis aturan lengkap Sekolah mereka. Khususnya tentang tidak diperbolehkannya menjomblo di sana. "Kalau pacar kita sama-sama dari Sekolah, maka kalau yang satu tidak lulus dalam satu matkul, yang lain juga tidak lulus." Hanna menyipitkan mata lalu menaruh buku aturan Sekolahnya itu ke lantai kamar Rangga.
"Ya? Terus kenapa?" Cowok itu menaikkan bahu tidak mengerti. Kenapa tiba-tiba Hanna mempermasalahkan hal itu.

"Aku takut! Nilaimu aman enggak!?" Seru Hanna mengkerutkan alis lalu berbalik menatap Rangga. Saat ini keduanya sedang santai rebahan di atas kasur Rangga.
"Enak saja!" Srek... Tak terima, Ranggapun mengambil rapot Sekolahnya lalu menampilkan nilainya yang tinggi-tinggi kepada Hanna.
"H- Huh!? I- Ini tidak mungkin.... Kok nilaimu lebih tinggi dari nilaiku sih!!!!!" Gerutu Hanna tidak terima menatap rapot Rangga di tangannya. Gadis itu kemudian memanyun dan mengembungkan pipi. Kenapa cowok kampret begini nilainya tinggi!? A- Apa jangan-jangan dia sebenarnya pintar!? Ya tapi... Dia bisa bikin lagi harusnya sih pintar.....

"Hmph!" Rangga mendengus sombong. "Harusnya aku yang khawatir! Nilaimu aman enggak!? Jangan bilang malah kamu yang jadi beban!" Dengusan kesombongan Rangga sampai mengenai rambut Hanna dan sedikit membuat rambut gadis cantik itu berantakan.
"E... Ehehe..." Hanna cengengesan menggaruk hidung. Melihat ekspresi gadis itu membuat Rangga menceleng.
"Oo!!! Jadi nilaimu hancur lebur!?" Tatap Rangga dengan tatapan murka, seperti orang tua yang marah melihat nilai anaknya.
"E- Enggak kok! Cuma biologi aja! Lagiaaaannnn!!!!" Srek... Hanna kembali membuka rapot Rangga. "Ini apa!!!?" Tuk... Tunjuk Hanna ke nilai penjaskes Rangga. "Kenapa kamu dapat nilai olahraga segini!!? Meskipun ini masih aman tapi ini di rentang bawah batas aman!!!!" Hanna menyeru nyaring, tidak terima kalau dirinya saja yang dihakimi karena memiliki nilai rendah.

"E... Ehehe..." Sekarang bergantian, Rangga yang cengengesan menggaruk hidung. "Soalnya aku tidak lancar berenang. Kalau ujiannya yang lain, aku pasti dapat nilai lebih tinggi."
"Hmmmm...." Mata Hanna menyipit menatap Rangga.
"A- Apa!?" Tanya cowok itu merasa tidak nyaman dengan tatapan intimidasi Hanna.
"Kalau begitu! Demi keselamatan bersama, kita harus saling membantu! Aku ngajarin kamu berenang dan kamu ngajarin aku biologi!" Beberapa detik berlalu hingga akhirnya, Blush.... Wajah Hanna memerah mendidih. Kyaaaaa!!!! A- Apa yang sudah kukatakan!? Rangga ngajarin aku b- biologi!!!!? Paha gadis itu merapat menggesek-gesek.
"Oh! Ide bagus!" Rangga manggut-manggut. Melihat ekspresi Rangga membuat Hanna menyipitkan mata dan meringankan bahu. Meh... Kayaknya ni cowok kampret enggak nyambung sama yang tadi ya?

Srek... Rangga lalu menggeser badan, mendekati Hanna. Wajah mereka berduapun menjadi sangat dekat dan hanya berjarak kurang dari 5 jari tangan yang disatukan. "A- Apa?" Tanya Hanna gugup memerah, penasaran mau apa cowok itu dekat-dekat.
"Ayo sini kuajarin biologi... Pakai praktek." Bisikan Rangga itu langsung membuat mata Hanna melotot dan bagian bawahnya bocor banjir.
"A- A- A-" Seperti radio rusak, gadis itu tersendat-sendat mau mengucapkan kata yang tertahan di pita suaranya.
"Bahaha canda! Mana mungkin kita praktek ngebedah kodok di sini!" Rangga terkekeh-kekeh.

"Huh?" Hanna melongo. Kodok? Tik... Tok... Selang beberapa detik barulah Hanna mengerti. T- Ternyata cowok ini beneran enggak nyambung!!! Aaaaaaa!!!! Ma- Masa cuma aku yang kepikiran aneh-aneh!!!! Aaaaaaa!!! Kenapa aku se- sengeres ini!!!!!!!! Pak! Hanna menepuk pipinya lalu menutupi wajahnya yang memerah malu, seperti habis tertangkap melakukan sesuatu yang memalukan. "Mmmhhh!!!!" Merasa gemas karena sudah dibuat basah, Hannapun mengangkat wajahnya mendekat. Cup... Tanpa pemberitahuan, Hanna yang sebenarnya mau mencium Rangga dibuat kaget karena cowok itu lebih dulu menyosor menciumnya. "Mmmhhh..." Hanna sempat terbelalak sebelum akhirnya memejamkan mata menikmati ciuman mesra yang terasa manis.

Srek... Ranggapun terlihat mulai terpancing naik. Cowok itu lantas memeluk Hanna erat dan tangannya mulai bergentayangan ke mana-mana. Hanna yang diraba juga mulai bergidik kejang. "Mmmhhh......... J- Jangan nyembur di bajuku lagi!!!! Yang kemarin saja aku sudah diinterogasi macam-macam!!!" Seru Hanna dengan wajah putihnya yang saat ini terlihat jelas memerah.
"Y- Ya.... Gimana ya..." Ranggapun juga kebingungan. "Kita sudahi?" Pertanyaan Rangga itu membuat Hanna langsung menggeleng.
"Mmm..." Gadis itu dengan malu-malunya menggigit bibir dan menatap Rangga dengan tatapan matanya yang berbinar-binar.

LATIHAN PACARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang