"Ngapain sih ke perpus?" Alis Hanna mengkerut sambil melangkah menuju tempat yang dibilang Rangga tadi siang. Tap... Langkahnyapun berhenti di depan pintu gedung yang menyimpan berbagai macam buku-buku yang disediakan Sekolah untuk muridnya itu. "Hmm..." Mata Hanna menyipit. Seumur-umur, ia baru satu kali pernah masuk ke dalam, yaitu saat ospek. Setelah itu, seperti kebanyakan siswa lainnya, ia tidak pernah peduli, dan tidak pernah mau masuk lagi ke sana karena merasa tidak menarik.
Dan, dia tidak sendiri. Begitu masuk ke dalam, sepertinya memang semua orang malas untuk membaca sehingga perpustakaan Sekolah itu sangat sepi pengunjung. Penjaganya saja sekarang entah ke mana gara-gara tidak ada yang datang.
Hanna yang sudah di dalam kemudian tolah-toleh ke kiri dan ke kanan, mencari sosok yang menyuruhnya untuk datang ke sana. "Mana si cowok kampret itu?"
"Siapa?"
"Kyaaa!!!!" Hanna langsung kaget, tiba-tiba dari balik lemari penyimpanan buku, muncul sosok Rangga. Mana di sana kurang cahaya, Rangga yang muncul dari kegelapan itu benar-benar membuat jantung Hanna kalang kabut.
"Siapa cowok kampret?"
"Si- Siapa? Aku enggak ngerti maksudmu, hehe." Hanna terkekeh-kekeh salah tingkah sambil menggaruk pelipis. Hiiiiiii!!!! Gadis itu langsung mengalihkan pandangan, takut kalau harus menatap tatapan tajam dan wajah kesal Rangga berlama-lama.Rangga menyipitkan mata. Cowok itu dengan jelas mendengar kalau Hanna barusan menghinanya. Tapi, ia yang tidak mau buang waktu memutuskan untuk melupakan saja hal itu untuk saat ini. "Ayo." Ajak Rangga menuju lantai dua.
"Memangnya mau ngapain ke sini?" Hanna masih bingung. Jelas saja ia ingin langsung pulang ke rumah, tapi karena takut sama Rangga akhirnya ia terpaksa mengikuti apa kata cowok itu.Srek... Rangga menggeser sebuah kursi lalu duduk di sana. Hanna yang tolah-toleh baru mengerti, ternyata di lantai dua perpustakaan Sekolahnya ini, selain menyediakan lemari buku, juga disediakan kursi dan meja untuk dipakai pembaca. Hanna menyipitkan mata. Saat ini, di ruangan perpustakaan ini hanya ada mereka berdua. Debu-debu juga tampak di dinding dan lemari. Apa jangan-jangan yang sering datang ke sini cuma si Rangga ini saja?
"Kamu mau duduk di lantai apa di kursi?" Toleh Rangga ke kursi di sebelahnya sambil membuka buku yang barusan ia ambil di lantai satu.
Hanna melipat tangan. "Tunggu! Kamu belum jawab! Mau ngapain kita ke sini?"
Hah... Rangga menghembuskan nafas panjang, dengan nyata mengejek Hanna yang sangat lemot. "Latihan pacaran. Di sini sepi, yang jaga juga jarang datang. Tempat ini bisa kita pakai untuk latihan pacaran." Hanna lalu berkedip-kedip. Kepalanya menggeleng-geleng.
"Latihan pacaran yang seperti apa!?" Ucap gadis itu sambil menutupi dadanya. Pikiran Hanna mulai halu melayang ke mana-mana. Ma- Masa kami mau berbuat mesum di Sekolah!? Di Perpustakaan lagi!!? Rangga gila!!!!"Kenapa kamu? Dasar otak mesum. Memangnya kamu kira kita bakal ngapain di sini?" Seru Rangga dengan alis mengkerut melihat ekspresi Hanna. Hanna yang berwajah merah dan menggigit bibir itupun hanya terdiam. Gadis itu takut untuk dekat-dekat dengan Rangga. Takut kalau nanti dia di apa-apakan cowok itu. "Dengar ya. Kita hanya perlu latihan untuk melakukan apa yang orang-orang di luar itu lakukan." Angguk Rangga ke jendela. Hanna lalu pergi mengintip ke sana. "Orang-orang yang pacaran lagi pada ngapain?" Tanya Rangga.
Hanna melihat ke bawah. Pas sekali pasangan pertama yang ia lihat adalah Rendy dan Ghita. Duk... Ghita naik di jok belakang motor Rendy lalu memeluk mesra pasangannya itu. Nyut... Dada Hanna seketika itu juga terasa sakit. Ia langsung mengangkat tangan dan meremas dadanya, mencoba menahan rasa sakit yang tiba-tiba datang itu. "Woi, mereka lagi ngapain?"
"Diem ah! Iya ini lagi kuliatin mereka melakukan apa saja!" Kenapa sih si Rangga ini!!! Orang lagi galau dan sakit hati juga! Tunggu bentar kenapa!?Hanna mengarahkan pandangannya ke pasangan yang lain. Siswa-siswa kelas 12 lainnya seperti dirinya dan Rangga. Mereka yang katanya berpacaran itu terlihat mesra, saling peluk saat berjalan ingin keluar gerbang Sekolah. Tangan merekapun bergenggaman erat tak terpisahkan. "Hmm..." Hanna bergumam sambil mengkerutkan alis. "Mereka pegangan tangan dan berpelukan." Ucap Hanna yang kemudian berbalik menatap Rangga, mau mendengar respon dan rencana selanjutnya cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LATIHAN PACARAN
Romance(21+) Jomblo = Tidak lulus Sekolah. Bagaimana jadinya kalau salah satu syarat untuk lulus sekolah adalah tidak boleh jomblo? Hanna dan Rangga, dua remaja yang membenci peraturan konyol Sekolah mereka itu terpaksa pura-pura berpacaran demi lulus dari...