Happy Reading🌼
***
"Kalian mau bawa gue kemana sih" Tanya Dara dengan nada kesal.
Pasalnya sepulang sekolah Dara langsung di boyong oleh ketiga sahabatnya itu untuk ikut bersama mereka.
"Udah Dara diem aja" Ucap Athala.
Dara mendengus kesal, bagaimana tidak kesal harusnya sekarang Dara sudah ada di rumah,mungkin sedang makan bersama Bundanya.
Awas aja kalo gue di jailin, gue bejek bejek kalian.Batin Dara.
Setelah menempuh perjalanan sedikit jauh akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.
"Dara harus tutup mata dulu ya" Ucap Athala.
"Ga mau, pasti kalian mau macem macem kan" Tuding Dara.
"Nurut aja kali Dar" Dengus Jesisca.
"Ck iya" Pasrah Dara.
Setelah itu Adel menggiring Dara menuju tempat yang mereka sudah siapkan.
"Hitungan ke tiga lo buka mata ya" Perintah Dara.
Dara hanya mengangguk saja, jujur saja jantungnya sudah dag dig dug tidak karuan.
Jesisca, Adel dan Athala memulai menghitung mundur.
"Tiga"
"Dua"
"Satu"
Pertama kali Dara membuka mata, yang di lihat pertama kali adalah ketiga sahabatnya sedang berdiri di hadapan dirinya, dengan posisi Adel memegang kue ulang tahun dengan lilin angka 17 tahun yang sudah menyala sedangkan Jesisca dan Athala memegang kado masing masing.
"Happy Sweet Seventeen Dara" Teriak mereka bertiga kompak.
Dara sungguh tidak menyangka akan kejutan yang di berikan oleh ketiga sahabatnya tersebut.
"Ayo Dar tiup lilinnya dulu nih, pegel gue pegang kuenya" Keluh Adel.
"Make a wish dulu Dar" Ucap Athala.
Dara mengangguk, memejamkan matanya Dara mulai berdoa setelah selesai Dara meniup Lilinnya.
"Cieee sahabat gue makin tua aja" Ledek Jesisca.
"Hahha iya Dara tambah tua" Ucap Athala.
"Apaan si kalian" Dengus Dara.
"Wish you all the best ya Dar, selalu bahagia" Ucap Adel.
Dara tersenyum tulus, "Makasih ya kalian semua, gue kira kalian lupa"
"Mana mungkin kita lupa. Kita kan Sahabat, iya kan" Pekik Athala.
"Yoi" Balas Jesisca dan Adel kompak.
"Ke rumah gue kuyy ada makanan" Ajak Dara.
"Kuyy lah" teriak mereka antusias.
Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di kediaman Dara.
"Ayo masuk" Ajak Dara
Mereka ber-empat masuk ke dalam Rumah Dara. Mereka mengedarkan pandangan nya, tidak ada yang berubah dari Rumah Dara sedari dulu.
"Ga berubah ya Dar" Ucap Adel.
Dara tersenyum "Iya"
"Ke kamar gue aja yu" Ajak Dara.
"Ok" jawab mereka.
Mereka berjalan menuju kamar Dara, Rumah sederhana yang hanya memiliki dua kamar, Satu kamar mandi dan ruang tamu yang tidak megah.
Athala langsung merebahkan badanya di kasur Dara ketika sudah sampai di Kamar.
"Nyaman banget si" Gumam Athala.
"Ye si Athala mah liat kasur langsung rebahan" Ejek Adel.
"Terserah gue lah, Rebahan is my life" Ujar Athala.
"Terselah lo" Jawab Adel.
"Ck, kalian tuh kerjaan nya ribut mulu" Ucap Jesisca.
"Biarin" Jawab mereka kompak.
"Yayaya" Dengus Jesisca.
"Dar haus nih" Kode Jesisca sambil mengusap tenggorokannya.
"Bentar gue ambilin minum dulu" Pamit Dara.
"SEKALIAN MAKANAN JUGA YA DAR" Teriak Athala.
"IYA" Balas Dara berteriak.
Beberapa menit kemudia Dara memasuki kamar dengan tangan yang membawa makanan dan minuman.
Dara meletakan nampan berisi air di meja belajarnya "Sorry ya gue cuman ada air putih doang"
"Aelah nggapapa kali yang penting bisa minum gue" Ucap Jesisca sambil mengambil minumnya.
"Ah seger banget gila" Kata Jesisca.
Athala menganggukan kepalanya "Rumah lo nyaman banget sumpah, apalagi kamar lo Dar"
"Kamar gue yang ada Ac nya aja kalah" Tambah Adel.
Dara menggelengkan kepalanya lalu terkekeh pelan "Apaan si kalian ada-ada aja"
Berjam-jam mereka habis kan dirumah Dara tanpa pulang terlebih dahulu. Ntah kenapa menurut mereka Rumah Dara adalah tempat ternyaman setelah Kamar mereka.
***
22.00 WIB
Jam sudah menunjukan pukul sepuluh tapi Dara belum tidur. Dirinya masih menunggu kepulangan sang Bundanya.
"Bunda ko lama ya, ini kan udah malem banget" Ucap Dara cemas.
Bangun dari duduknya, Dara berlajan mondar-mandir sambil menggigit kukunya.
Tok tok tok
Ketukan suara pintu terdengar, dengan langkah tergesa Dara langsung membuka pintu tersebut. Senyum nya merekah ketika melihat orang yang di tunggu akhirnya datang.
"Bunda" Panggil Dara dengan antusias.
Anna Bunda Dara, melirik Dara sekilas lalu langsung masuk ke dalam rumah. Dara menutup pintu lalu mengejar Bundanya.
"Bunda hari ini Dara ulang tahun loh, Bunda ngga lupa kan?" Tanya Dara dengan senyum manisnya.
"Saya saja lupa bahwa kamu masih hidup" Ketus Anna.
Senyum Dara perlahan luntur di gantikan dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Dara mencekal pergelangan tangan Anna, "Buna kenapa ngomong kaya gitu?" Tanya Dara sendu.
Menyentak tangan Dara yang memegang tangannya, "Cih, memangnya kamu siapa? penting bagi saya? kamu itu anak yang tidak pernah saya harapkan, camkan itu!" Setelah mengucapkan kalimat menyakitkan tersebut Anna langsung meninggalkan Dara yang mematung di tempat.
Perlahan tanpa diminta air mata Dara turun, memukul dadanya berulang kali guna menghilangkan rasa sesak yang dirasanya.
"Tuhan kenapa rasanya sangat sakit" Lirih Dara.
Isak tangis nya tidak dapat di bendung lagi, Dara meluruh kelantai yang dingin tersebut.
"Sesulit itu kah aku untuk bahagia tuhan? Aku hanya ingin bahagia kenapa rasanya sulit sekali"
Di hari ulang tahun nya, Dara kembali merasakan sakit yang pernah iya rasakan.
"Jika aku tidak berhak untuk bahagia, ambil saja nyawaku tuhan aku sudah tidak sanggup lagi hikss.."
Malam yang dingin tersebut Dara habiskan untuk menangis, meratapi nasibnya yang sungguh sangat sial.
***
hehehe gimana feel nya dapet ga nih? sorry ya ga bisa bikin yang sedih sedih.
jangan lupa vote sama komen okayy
see u gays muah
fflw ig @ylndsri27
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara (REVISI)
Teen FictionJangan lupa follow sebelum membaca:* Ini tentang bagaimana Dara Alexia menjalani kehidupnnya, kehidupan yang tadinya tentram dan damai berubah menjadi rumit akibat datang nya si kutub ke kehidupannya. Tentang bagaimana cara Raka Dirgantara memasuki...