#08. [mimisan?]

40 5 0
                                    

Raylin dan Bintang sudah sampai di depan rumah Raylin, Raylin segera turun dan melepas helm nya.

"Makasih yah kak," ucap Raylin lalu memberikan helm nya kepada Bintang

"Iya, gue pulang duluan yah Ray, dah." Bintang melambaikan tangan ke Raylin lalu pergi.

"Kak Bintang gak terlalu cuek kok, bahkan nada bicaranya gak sedingin yang mereka omongin." Raylin berjalan membuka gerbang rumahnya lalu masuk ke dalam rumah.

Bintang terus melajukan motornya menuju rumah, tak butuh waktu lama sekitar tiga puluh menit dia sampai di kediaman keluarga Wijaya, rumah bercat putih salju, dan memiliki halaman depan yang luas. Rumah ini sangatlah mewah.
Bintang memarkirkan motornya di bagasi, ada sebuah mobil berwarna merah di sana. Yang jelas itu bukan mobil keluarga Wijaya, Bintang tau itu.
Bintang berjalan memasuki rumahnya, Bintang melangkahkan kakinya masuk.

"Dia lagi," gumam Bintang saat melihat seorang gadis yang tengah bercerita dengan mamanya.

Mama Bintang -Sisil- melihat anaknya yang terlihat cuek itupun langsung memanggil anaknya agar menemui si tamu yang jelas-jelas tidak Bintang ingin kan kehadirannya.

"Bintang, sini dulu!" teriak Sisil.

Bintang menoleh lalu mendengkus kesal. Sudah beberapa kali gadis menyebalkan itu ke rumahnya, seperti tidak memiliki rasa bosan dia selalu mengganggu Bintang, tidak di dunia Maya maupun dunia nyata. Dia sangat menggangu, sungguh! Bintang duduk di samping Mamanya, tepatnya di depan gadis itu.

"Sayang, itu April udah di sini kenapa gak kamu temui sih?" tanya Sisil dengan mengelus kepala putranya sebentar.

"Iya." Bintang sudah biasa berbicara dengan kata atau kalimat singkat seperti ini, tak terkecuali keluarganya.

"Mama tinggal dulu yah, pril Tante ke dapur dulu yah." Sisil meninggalkan April dan Bintang di ruang tamu sendirian, ralat tapi berdua.

"Tang--" belum sempat April menyelesaikan kalimatnya, telah di potong oleh Bintang.

"Mau apa?" tanya Bintang dingin.

"Aku mau kita kayak dulu lah, aku mau aku sama kamu itu jadi kayak dulu, Tang." April beranjak berpindah tempat duduk dan duduk di sebelah Bintang. "Aku mau kita balikan," lanjut April dengan menggoyangkan tubuh Bintang.

"Gue gak mau!" Bintang berjalan meninggalkan April sendiri di ruang tamu. Bintang tau sebenarnya Mamanya melihat itu, dan mendengarkan semuanya.

April adalah mantan kekasih Bintang dulu, mereka terpisah karna April yang berkhianat dengan sahabat Bintang yang bernama Feri, mereka menjalin hubungan setelah satu Minggu Bintang dan April menjalin hubungan. Apa salah jika Bintang menolak kembali berhubungan dengan gadis yang memiliki sifat yang busuk seperti itu?

Mama Bintang menghampiri April yang duduk di kursi ruang tamu dengan tampang yang kelas. "Sayang," panggil Sisil.

"Tante, Bintang gak mau lagi sama April." April menangis di pelukan Sisil, drama memang!

Bintang berjalan menuju kamarnya. Lalu mengambil sebuah buku bersampul coklat dan membawanya menuju balkon kamar.
Bintang menuliskan sesuatu di sana, buku bersampul coklat itu adalah buku harian Bintang. Apa laki-laki memiliki buku harian, tidak salah? Kenapa harus salah laki-laki juga manusia bukan. Jadi wajar jika Bintang hobi menulis.

***

Raylin berjalan menuju dapur di sana Bundanya sedang memasak sebelum Ayah Raylin pulang, Raylin terbiasa membantu pekerjaan rumah sepulang sekolah, meskipun telah dilarang Raylin tetaplah Raylin yang keras kepala dan susah untuk dibilangi.

"Bun, Ray potong bawang nya yah," ucap Raylin dengan mengikat rambutnya tinggi-tinggi.

"Hmm," deham Bunda Raylin lalu melanjutkan menggoreng masakannya.

Raylin memotong bawang-bawang yang telah disiapkan oleh Bundanya sebelum masak tadi.

Moment paling tidak bisa dilupakan adalah moment dengan keluarga, seberapa banyak uang, seberapa mahal rumah, seberapa mahal perhiasan, seberapa banyak kau pergi keluar negri itu tidak akan pernah bisa mengalahkan kebahagiaan saat berada dalam lingkungan keluarga. Percayalah!

"Ray, gimana sekolahnya?" tanya Bunda Raylin -Ratna-

"Baik kok Bun, Ray punya banyak temen juga di sana." Raylin mengambil segelas air putih lalu meminumnya setelah selesai dengan acara potong memotongnya.

"Bagus lah, kamu sekarang istrirahat sana, sudah bantu Bundanya. Nanti kalau sudah waktu makan kamu Bunda panggil. Sana tidur!"

"Iya Bundanya, Ray."

Raylin berjalan menuju lantai atas untuk mengistirahatkan badannya, lelah? Pastinya mulai dari pagi dan pulang sekolah jam dua sore belum lagi menunggu Aurel dan akhirnya pulang jam setengah empat sampai rumah jam empat dan membantu bunda. Sangat melelahkan tentunya.
Raylin membaringkan tubuhnya di kasur milikinya lalu mulai memejamkan matanya.

***

Bintang menutup bukunya lalu menatap langit berwarna oren di depannya, senja hari ini sangat indah belum lagi ditambah angin yang meniup tubuhnya, sungguh menyejukkan.
Saat Bintang menatap indahnya lukisan dari Tuhan untuk dunia, tiba-tiba cairan merah keluar dari hidungnya.

"Sial, ini lagi!" umpat Bintang.

Bintang segera menuju kamar mandi lalu membasuh darah yang keluar dari hidungnya. Sudah lama ia mimisan seperti ini. Bintang telah lama seperti ini tepatnya saat ia kelas satu SMP lama? Tentu, Bintang sudah lama bolak-balik untuk periksa dan melakukan terapi dengan Mamanya, menurut mama Bintang, April yang bisa meringankan pikiran dan keadaan Bintang, Mama Bintang tidak tau jika April telah mengkhianati anaknya, setahu mama Bintang mereka terpisah karena kesalah pahaman saja.

"Argh, kalau emang lo pengen gue pergi, ambil gue! Jangan siksa gue dan keluarga apalagi orang yang gue sayang!" ucap Bintang dengan sedikit teriak. Kamar Bintang kedap suara jadi tidak akan ada yang tau jika ia berteriak.

"Seenggaknya biarin dia jadi milik gue," ucap Bintang lirih lalu membaringkan tubuhnya di kasur bersprai Biru itu.

TBC.
Apa yang sebenarnya terjadi pada Bintang, kenapa dia mimisan? Kenapa dia berkata demikian? Hmm ... tunggu lanjutannya yah.

Raylin story'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang