#16. (Permintaan pertama)

21 2 0
                                    

Pagi ini adalah pagi di mana sekarang bintang Erlangga Wijaya bangun sangat pagi, bahkan Bunda nya juga tidak mengerti kenapa anaknya bangun sepagi itu. Biasanya Bintang akan bangun setengah tujuh atau jam enam tapi kali ini Bintang bangun setengah enam, itupun sudah siap dengan seragam sekolahnya lengkap.
Bintang duduk manis di meja makan dengan bermain ponselnya sedangkan sang Bunda sibuk membuat sarapan di dapur.

***

Jika Bintang sudah siap dengan seragamnya pagi buta ini maka berbeda dengan gadis cantik itu, Raylin masih belum terbangun dari mimpi indahnya. Bahkan Bundanya sudah menyerah untuk membangunkan gadis itu, ntah apa yang dilakukan gadis itu semalaman hingga telat dan susah bangun seperti pagi ini. Ke pasar malam itu juga pulang jam sembilan tidak terlalu larut, kok.

Raylin menggeliat indah di ranjang kembali membenarkan posisi selimutnya. Pintu kamar kembali terbuka, secepat itu pula Raylin menuliskan telinganya mencoba untuk tidak peduli dengan keadaan sekitar. Ntah lah hari ini Raylin jauh lebih malas dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Sungguh.

Bunda membuka tirai tebal berwarna pink yang menutupi jendela Raylin, perlahan lain pink itu terbuka. Satu dua cahaya memasuki dan mengenai wajah Raylin seoalh berlomba-lomba ingin membangunkan putri cantik yang tertidur.

"Bunda ...." Raylin menutupi wajahnya dengan bantal.

"Cepat bangun sayang, teman kamu nunggu di bawah." Bunda Raylin menariki selimut Raylin. Ayolah! Dia sudah bosan untuk membangunkan gadis ini.

"Siapa?" tanya Raylin masih dengan mata yang terpejam.

"Ntah, Bunda tidak tau. Tapi laki-laki." Bunda Raylin berhenti menariki selimut Raylin saat gadis itu tiba-tiba bangun saat mendengar kata 'laki-laki'(?)

"Pasti Kak Bintang." Dengan kecepatan kaki seribu Raylin menyambar handuk yang di bawa Bundanya lalu memasuki kamar mandi.

Bunda Raylin pun membulatkan matanya saat mendapat respon yang baik eh ralat respon keterkejutan itu. Jika seperti itu bisa membangunkan putrinya Maka setiap pagi dia kan menyuruh laki-laki itu untuk menjemput Raylin.

***

Setelah dengan acara mandi dan bersiap kini Raylin berjalan menuruni tangga dengan menguncir rambutnya tinggi-tinggi. Raylin tidak akan membiarkan rambutnya tergerai hari ini.

"Hah ... udah lama kak?" tanya Raylin dengan terengah.

"Nggak, cuman dari jam setengah lima tadi abis sarapan langsung ke sini. Kamu habis kari maraton?"

Raylin mengerutkan dahinya bingung. Lari maraton? "Nggak."

"Kenapa kayak abis lari maraton? Nafas kamu benerin dulu gak bakal ada yang ambil kok tenang. Masih banyak."

Astaga, boleh tidak membunuh orang? Bintang apa dia tidak pernah berfikir sebelum bicara? Berfikir itu akan membuat lawan bicaranya malu atau marah gitu? Argh. Sepertinya laki-laki itu memang mikir saat pelajaran saja.

"Eloh, kalian masih belum berangkat?" tanya Bunda Raylin dengan membawa semangkuk kacang di tangannya.

"Emang Ray, gak sarapan Bun?" Raylin menatap mamanya dengan tatapan bingung. Baru lagi ini Raylin tidak mendengar bundanya mengoceh karena sarapan.

"Gak usah, kamu makan sama nak Bintang aja."

Raylin membulatkan matanya, astaga Bundanya sungguh keterlaluan. Menyuruh anaknya seenaknya, untung Raylin sabar.

"Haaaaa ... baiklah-baiklah. Ray berangkat, Assalamualaikum. Ayok kak!" Raylin menarik tangan Bintang setelah menyalimi tangan Bunda nya.

***

Raylin turun dari jok belakang motor Bintang saat motor milik Bintang berhenti tepat di parkiran sekolah. Raylin membenarkan posisi tasnya dengan menunggu Bintang.
Bintang berjalan menghampiri Raylin.

"Yok!" Bintang menggenggam tangan Raylin. Tentu saja gadis itu tidak menolak. Raylin sudah 'kan dia sudah menempatkan hatinya sejak semalam. Apa kalian tidak percaya? Huh!

Bintang memang tampan dan idola di sekolah pantas saja koridor sekolah ini sudah penuh saat Bintang tiba, aneh tapi memang nyata. Semua pasang mata tidak lagi menatap Bintang namun menatap Raylin, jika dulu Bintang ditatap dengan tatapan memuja. Maka Raylin di tatap dengan tatapan benci. Akan kah dia menjadi buronan? Buang jauh-jauh pemikiran konyol itu!

"Mereka kayak mau nelen gue hidup-hidup dah," gumam Raylin.

Bintang menoleh. "Hah?"

"Eh nggak, kak aku ke kelas dulu deh nanti kakak nyusul yah. Dah." Raylin bukan bermaksud meninggalkan Bintang kok. Jika seandainya mereka tidak menatap seperti itu mungkin Raylin akan masih di samping Bintang iya mungkin (?)

***

"Ray inget permainan kemarin?" tanya Bintang saat di kantin.

Bel istirahat telah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu, dan kini Raylin dan Bintang duduk berdua di meja kantin di temani dengan dua mangkuk bakso dan dua gelas es teh manis.

"Inget, kakak mau permintaan apa?" tanya Raylin lalu melahap bakso bulat-bulat miliknya.

"Bentar lagi ujian 'kan?" Raylin mengangguk.

"Setelah ujian pasti liburan dong?" tanyanya lagi. Raylin kembali mengangguk.

"Temenin gue pas ujian terakhir selesai."

"Kemana?" Ucapan Raylin tidak begitu jelas karna mulutnya penuh dengan bakso.

"Nanti lo juga tau, temenin gue yah."

"Iya kak, yaudah yuk makan nanti keburu bel."

Raylin dan Bintang pun memakan baksonya dengan lahap, lapar memang saat di pagi hari sudah keteter tugas fisika dan matematika. Huhu, Raylin ingin lenyap saat itu juga jika bisa.

Ujian terakhir akan segera dilaksanakan kata pak Mamat ujian dilaksanakan Minggu depan jadi terakhir adalah malam Minggu. Saat itu Raylin harus menemani Bintang ntah ke mana. Raylin akan ikut saja toh Bintang juga anak baik tidak akan macam-macam. Mungkin Bintang akan kembali membawanya ke pasar malam dan mengajarinya tentang rotasi dan kehidupan di dunia galaxy lagi? Atau mengajaknya keliling Jakarta dengan motornya sambil menerangkan indahnya semburat berkilau di langit. Haha, Raylin mendadak mencintai Bintang Langit. Tentu saja lebih besar cintanya untuk Bintang bumi.

TBC.
Ini gak sempet dibaca ulang, jadi kalau ada typo bilangin yah:*

Raylin story'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang