#09 .[ mabuk?]

28 5 1
                                    

Raylin terbangun dari tidurnya saat ponselnya berbunyi, sebuah panggilan masuk tertera jelas di sana ada nama Aurel yang menelfon. Mau apa gadis ini menelfon dan menggangu Raylin saat waktu istirahat.
Raylin mengangkat telfonnya.

"Hallo, ada apa sih, Rel?" tanya Raylin dengan suara khas orang bangun tidur.

"RAY, GUE JADIAN SAMA RIZKY, HUWAAA!" teriak Aurel h heboh di seberang telfon.

Raylin sedikit menjauhkan telfonnya. "Ap-apa?" tanya Raylin terbata.

"Gue tadi pulang sekolah kan bareng Rizky sama kak Leon, terus pas gue lagi dua-duaan sama Rizky, si Rizky nembak gue uwu. Gue seneng banget, yuhuu."

Raylin terkekeh pelan. "Gu-gue tunggu traktiran nya besok yah Rel, sekarang gue di suruh makan malam sama Bunda. Udah dulu yah dah Rel."

Raylin mematikan panggilan secara sepihak, tanpa sadar air matanya terjatuh kenapa dia selalu sial dalam hal kebahagiaan, jika emang takdir, bisa kah takdir ini dirubah? Jika bukan bisa kah dia mendapatkan sebuah kebahagiaan sedikit saja. Hanya sedikit apa itu sangat sulit?!

"SAYANG, AYAH SUDAH DATANG AYOK SINI MAKAN MALAM!" teriak Ratna dari bawah.

Raylin segera mengusap pipinya yang basah karena air mata tadi, dia beranjak pergi dari kamar menuju ruang makan. Raylin adalah anak tunggal di keluarga nya. Gadis itu duduk di bangku dekat ayahnya dan berhadapan dengan Bundanya.
Raylin dan keluarganya memakan masakan dari sang Bunda dengan lahap.
Selesai makan Bunda, Raylin merapikan piring-piring yang kotor sedangkan Raylin dan ayahnya hanya duduk melihat.

"Bun, Yah, Raylin izin mau ke supermarket yah," ucap Raylin membuka keheningan.

"Tapi udah malem sayang," kata Bunda masih mencuci piring.

"Supermarket nya gak jauh kok Bun, Ray juga cuman sebentar kok." Raylin menatap ayahnya. "Boleh kan Yah?" lanjut Raylin dengan puppy eyes nya.

Ayahnya menghembuskan nafas pasrah mana mungkin beliau menolak keinginan anak tunggal, apalagi anak nya menggunakan wajah yang sangat lucu dan cute. Puppy eyes Raylin tidak pernah gagal pemirsa.

"Jangan pulang malam-malam!"

Raylin memeluk Ayahnya lalu menyalimi kedua orangtuanya dan pergi menuju supermarket dengan jalan kaki. Setibanya di sana Raylin memilih barang dan makanan yang akan ia beli lalu membayarnya di kasir. Selesai dengan acara pilih memilih, bayar membayar Raylin keluar dari supermarket dan berjalan pulang. Saat di perjalanan Raylin melihat sekarang laki-laki yang tengah berjalan sempoyongan di seberang jalan dengan memegangi kepalanya. Raylin berjalan mendekat ke arah pria itu berniat untuk menolong, betapa terkejutnya Raylin saat tau laki-laki itu adalah Bintang?

"Lho kak Bintang, ngapain malem-malem di sini jalan sempoyongan lagi. Mabok yah? hayo." Raylin menunjuk-nunjuk Bintang dengan telunjuknya, imut.

Bintang terkekeh pelan lalu merasakan sakit di bagian kepalanya sedetik selanjutnya Bintang pingsan.
Raylin dengan segera membawa Bintang ke sebuah hotel yang kebetulan ada di seberang jalan itu. Raylin memesan kamar untuk Bintang, mana mungkin dia membawa Bintang ke rumahnya bisa kena sidang tujuh hari tujuh malam dia jika membawa laki-laki dalam keadaan mabok apalagi ini tengah malam. Jika harus mengantar Bintang pulang pun Raylin tidak tau di mana rumah Bintang. Raylin membaringkan tubuh Bintang di ranjang hotel, Ck! Apa-apaan kamar ini. Sangat romantis seperti kamar pengantin baru yang benar saja apa Raylin salah membawa Bintang ke hotel?

Raylin menunggu Bintang sadar kan diri, ntah berapa banyak panggilan dari ayahnya dan bundanya yang tidak ia angkat. Raylin tau pasti kedua orang tuanya mengkhawatirkan dirinya tapi mana mungkin Raylin meninggalkan kakak kelasnya dengan keadaan mengenaskan, eh ralat tapi dalam keadaan mabok dan tidak sadarkan diri ini. Sejahat itukah Raylin? Tidak-tidak. Raylin itu gadis baik.
Panggilan Kembali masuk dari ayah Raylin. Kali ini Raylin menjawab panggilan itu dia tidak membuat kedua orangtuanya khawatir.

"Hallo, Ayah?" ucap Raylin setelah telfon tersambung.

"Kamu di mana, Nak? Gak papa kan? Perlu Ayah jemput? Atau Ayah kirim pak sopir aja? Kamu di mana, Ray?" Cerewet sekali ayah Raylin ini, melebihi ibu-ibu yang mengomel saat tau nilai raport anaknya.

"Ray ada tugas sama temen sekelas yah, ayah gak perlu khawatir, Ray di rumah temen sekelas Ray kok." Bohong sekali anak ini, tengah malam tugas kelompok jenius sekali dirimu Raylin. Berdo'a lah agar ayahmu percaya!

"Tengah malam gini kerja kelompok?" tanya Andrian Ayah Raylin.

"Iya, Ayah, soalnya pr-nya dikumpulkan besok, udah yah Ayahku sayang. Ray harus ngerjain ini." Raylin adalah pembohong yang sangat baik.

"Yaudah iya, jangan tidur malam-malam, besok seragamnya Ayah antar yah sayang."

"Gak usah yah, nanti Raylin pakek seragam temen Ray."

"Yaudah, Assalamualaikum sayang."

"Waalaikum salam Ayah."

Raylin mengembuskan nafas nya lega, berlaga banyak Raylin berbohong malam ini Alfa ayahnya, tuhan ... maafkan Raylin.
Raylin melirik ke arah Bintang yang tengah memejamkan matanya damai. Jika dipikir-pikir Bintang memang tampan tak heran jika dia memiliki banyak fans. Wajahnya yang punya duplikat seperti oppa-oppa Korea itu membuat kaum hawa terpikat, apalagi bibirnya yang murni bewarna merah (Fikiran kalian dikondisikan yah!)
Raylin melihat Bintang yang mulai membuka matanya, laku beranjak dari sofa menuju dekat tempat tidur.

"Kak?" panggil Raylin pelan.

Bintang Melihat sekitar. "Di mana?"

"Kakak ada di kamar hotel, tadi kakak mabok terus tiba-tiba pingsan yaudah berhubung gue gak tau di mana rumah kakak, dan gak bakal mungkin gue bawa ke rumah yaudah terpaksa di sini. Gak papa 'kan?" jelas Raylin seadanya, tapi memang iya 'kan?

Bintang mengangguk. "Gak papa, jam berapa?"

Raylin melirik jam tangannya. "Jam tiga lebih dua belas menit, pagi."

"Orang tua lo gak marah lo belum pulang jam pagi-pagi gini?" tanya Bintang

"Tadi sih di marahin sama Ayah, terus gue--"

Bintang menarik tangan Raylin cepat sampai Raylin terjatuh pada dada bidang Bintang. Assalamualaikum, bagaimana kabar jantung kedua human itu?

"Lo bohong?!" tanya Bintang dengan tatapan tajamnya.

Haduh-haduh, ini manusia Napa dah gila? Tadi cuek kayak es batu sekarang main tarik-menarik kayak sapi aja, terus natap gue tajem amat se tajam silet yang baru beli, yah Allah, demi oppa-oppa Korea nikah sama Raylin. Jantung Raylin rasanya berhenti ini masa iya posisinya gini teyus, aaa. Gue butuh nafas buangan, eh buatan! batin Raylin heboh.

"Hey!" panggil Bintang, oke, kembali ke realita wajahnya Kembali datar sedatar hidung yang lagi baca.

"Eh-eh gak kok kak."

"Lo bohong yah Ray?" tanya Bintang lagi, ini orang kepo amat ye guys.

"IYA LAH MASA GUE JAWAB JUJUR BISA JADI PERKEDEL GUE KALAU SAMPEK RUMAH!" teriak Raylin.

Sadar akan tingkahnya Raylin membungkam mulutnya dengan kedua tangannya dan memejamkan mata. Bodoh, amat yah!

Bintang Kembali memegangi kepalanya. Dengan cepat Raylin mendekat, sialnya tali sepatu Raylin tidak terikat dengan benar. Heran juga kenapa Raylin sangat suka ntusruk yah.
Raylin jatuh hampir dirinya mencium Bintang, ingat hanya hampir untungnya tangan Raylin sangat baik dan menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.

Tatapan mereka bertemu hingga akhirnya Bintang berkata. " ..."

TBC!🖤

Raylin story'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang