#20. (Satu yang belum terkabul.)

57 4 3
                                    

Gadis remaja manis itu mengucek matanya saat cahaya dari celah-celah gorden kamarnya berlomba-lomba memasuki area kamarnya dan mulai mengganti oksigen dengan udara yang lebih baik lagi.

Raylin mengambil ikat rambut yang ada di atas meja yang tak jauh dari ranjangnya lalu mengikat rambutnya asal, masih jam setengah lima. Ntah lah Raylin bangun lebih cepat lagi ini.

Raylin bangkit dari ranjangnya lalu berjalan memasuki kamar mandi untuk membersihkan badannya dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Hari ini adalah hari kedua untuk Raylin dan kawannya menjalani ujian.

***

Setelah selesai dan siap untuk berangkat Raylin mengambil ponselnya yang sepertinya berdering sejak tadi. Raylin menatap layar ponselnya 20 panggilan tidak terjawab dari Kak Leon(Rauwrrr!)
Raylin membulatkan matanya saat membaca notif di layar ponselnya. Kena setan apa Leon menelfon Samapi 20 panggilan?

Raylin segera menelepon Leon takut ada yang penting.
Panggilan tersambung.

"Halo, kenapa Kak?" ucap Raylin dengan merapikan rambutnya.

"Lo di mana?" ucap Leon di sebrang sana.

"Di rumah lah, ini mau berangkat sekolah. Kenapa?"

"Nanti pulang sekolah lo langsung ke rumah sakit Mintra Jaya Jakarta yah. Langsung masuk ke kamar nomor 23, kamar Mawar."

Raylin sedikit mengernyitkan dahinya heran,  Leon terlalu to the point dan itu membuat Raylin bingung, asal kalian tau. Otak Raylin baru bekerja setelah 20 detik saat orang tersebut berucap. Author juga gitu:V

"Siapa yang sakit?"

"Udah lo Dateng aja bawel!"

Tut ... tut ... tut ... .

Panggilan terputus secara sepihak. Leon benar-benar membuat Raylin ingin membunuhnya. Memberi perintah tanpa memberikan penjelasan, manusia macam apa dia? Huh!

***

"Kakak jadi gak sekolah hari ini? 'kan Kakak udah kelas 12 nanti gak lulus gimana?" tanya Aurel.

Leon mengalihkan pandangannya yang semula menatap Bintang yang tengah terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan berbagai alat bantu pernapasan kini menatap Aurel yang sudah siap dan rapi dengan seragam sekolahnya. Jangan lupakan Rizky yang di sampingnya yang tengah membenarkan posisi dasinya.

"Dek, Bintang butuh Kakak. Maslah ujian nanti gue bisa nyusul, lo berangkat sana." Leon menatap Rizky untuk membawa Adiknya pergi dari ruangan ICU.

"Udah yuk!" Rizky menarik tangan Aurel mengajaknya berangkat.

***

Raylin membenarkan posisi tasnya, berjalan santai menuju ruangan yang tadinya Leon tuju, ruang dengan nomor 23 kamar mawar.
Raylin membuka perlahan pintu ruangan putih itu.

"Assal--" mata Raylin membulat sempurna saat melihat Bintang, kekasihnya yang tengah berbaring lebih dengan segala alat bantu di tubuhnya. Laki-laki itu kenatap Raylin sendu lalu tersenyum.

Raylin berlari menghampiri Bintang laku memeluknya. Tidak peduli dengan Leon yang terkejut karena kedatangan Raylin.

"Kakak kenapa?" lirih Raylin masih dengan tangisnya.

Bintang melepaskan pelukan Raylin, bukan apa-apa Raylin semakin membuat dirinya kesakitan jika seperti ini, infus dan alat bantu yang mengelilingi tubuhnya sakit bila di sentuh.

"Aku gak papa Ray."

"Kakak sakit apa? Kenapa baru bilang?"

Bintang tersenyum tipis ke arah Raylin. "Inget permainan yang dulu kita mainin kan?"

Bukan nya menjawab Bintang malah bertanya. Raylin mengangguk mengiyakan perkataan Bintang Raylin mengusap air matanya

"Aku mau minta permintaan kedua Ray," ucap Bintang dengan suara seraknya.

"Bahkan aku belum ngabulin permintaan pertama Kakak."

"Umur aku gak akan Sampek ke sana Ray."

"KAK!"

"Gak papa Ray. Nanti kalau emang setelah ini terjadi apa-apa sama aku, kamu datang ke rumah yah. Tenangin Bunda, kuatin Ayah. Jangan lupa masuk ke kamar Aku yah Ray, shh~~" Bintang memegangi kepalanya yang sangat terasa sakit. Argh! Penyakit itu berhasil membuat Bintang pergi dalam waktu tujuh bulan.

"Kamu masuk ke kamar aku, aku mau liat kamu di sana sebelum aku benar-benar pergi. Kamu baca yah satu kertas di atas meja belajar di samping foto kamu. Aku sayang sama Ka- kamu Ra-ray."

Tut ....

Garis hijau yang tadinya tidak lurus kini berubah kurus, Bintang yang tadinya membuka mata kini menutup mata. Bintang yang tadinya bernafas kini tidak! Kembalikan Bintang!

Raylin menangis, mengguncang tubuh Bintang kuat. Sementara Leon dia sudah pergi berlari dengan kencang untuk memanggil dokter.

Tidak lama kemudian dokter datang dengan nafas tidak karu-karuan, menatap syok pada remaja tampan di atas ranjang itu. Baru tadi pagi dia bilang tidak apa-apa saja baik-baik saja tapi sekarang?

"Maaf Mbak, saya sama tim akan mengecek pasien silahkan tunggu di luar yah."

***

Aurel, Rizky, Leon, Raylin, Bunda Raylin, Atau Raylin, Bunda Bintang dan Ayah Bintang tengah menunggu dokter dari ruangan milik bintang kelaut sekarang, satu jam dokter ada di dalam. Ntah lah, padahal garis itu telah menunjukkan bahwa Bintang ... meninggal (?)

Ceklek ....

Raylin bangkit dari duduknya berjalan menghampiri Dokter laki-laki yang tadi menangani Bintang, raut wajah dokter itu kecewa dan menyesal. Ayolah apa yang sebenarnya terjadi?!

"Bagaimana Dok?" tanya Ayah Bintang. Raylin baru melihat laki-laki itu, dari sini Raylin tau dari mana wajah tampan dengan rahang tegas itu berasal dari mana ternyata Ayahnya.

"Maaf, tapi kami sudah berusaha sebaik yang kami bisa dan sepertinya, Tuhan lebih menyayangi Bintang dan Dia memanggil Bintang untuk segera tidur di oangkuan-Nya.

Tangisan, raungan itu memenuhi koridor di ruangan ICU, Raylin tidak peduli dia sedang ada di mana sekarang. Bunda Bintang dan lainnya telah memasuki ruangan Bintang senja tadi untuk melihat Bintang. Tapi tidak dengan Raylin, dia terduduk kemah di pojok dengan lutut yang ia gunakan untuk menenggelamkan wajahnya. Rambut panjang nya yang tergerai berantakan dan basah akibat air mata itu.

Baru satu Minggu dia menjalin hubungan dengan Bintang, tapi kenapa Tuhan merenggut kebahagiaan nya? Salah apa Raylin di masa lalu? Akan kah Raylin selalu menderita jika masalah Cinta? Apa Cerita-cerita Raylin dalam Asmara selalu menderita? Jika iya kenapa dia harus menjadi gadis yang selalu mengenal cinta dan kasih sayang? Riska bisa kah Raylin untuk tidak terlalu sayang pada Bintang agar ras Askari itu juga tidak semenyakitkan ini?

Raylin hanya minta hidup bersama dengan Bintang hanya itu, Raylin hanya meminta itu pada Tuhan. Tidak lebih, kenapa Tuhan tidak mengabulkan nya? Salah apa Raylin di masa lalu??






TBC!
Makin gak nyambung?😆
Maap 😁

Raylin story'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang