#.02 [sebuah awal]

49 7 0
                                    

Raylin kembali ke kelasnya bersama dengan Aurel, seorang teman pertamanya di sekolah ini, Raylin dan Aurel satu bangku itupun karena paksaan dari Aurel tadi, Raylin dan Aurel duduk di meja nomor 2 di bagian tengah.

Saat ini di kelas sebelas tidak ada pelajaran atau bisa dibilang jamkos. Sekolah baru dimulai tapi jam pelajaran belum ada yang memulai? CK, menyebalkan!

Aurel dan Raylin masih di posisi awalnya yaitu duduk, sampai akhirnya kelas yang awalnya ramai seperti pasar itu mendadak hening saat ada sosok pria dengan tinggi semampai, rambut yang basah karena air keringat sepertinya dua pria itu baru bermain basket terbukti dia memakai serapan basket.

"Kakak," ucap Aurel

Leonaldo Alexander Kakak dari Aurelia Alexander, dia datang dengan pria yang dikenal sebagai idola para gadis di sini. Siapa lagi jika bukan Bintang Erlangga Wijaya?
Anak dari pak Wijaya yang mempunyai perusahaan yang besar dan berbagai cabang? Apalagi dengan ibunya? Devi sosok dokter yang memiliki rumah sakit hasil kerjanya sendiri. Sempurna bukan?

"Rel," panggil Leon.

"Apa," jawabnya malas, dua detik lagi Aurel hampir tertidur, namun, akibat kakaknya datang dia jadi terbangun.

"Sini!"titah nya.

"Ogah, siapa yang butuh? Lo kan? Yah udah lo aja yang sini kalau gak mau yah udah bodo'amat," jawab Aurel acuh tak acuh.

Akhirnya Leon lah yang mengalah dia menghampiri adik tersayang nya itu.
Saat tepat ada di depan bangku adiknya dia melihat gadis cantik dengan rambut panjang yang ia selipkan jepit rambut berwarna pink di sana menambah kesan manisnya.

"Ini siapa dek?" tanya Leon tanpa berpaling dari tatapannya ke Raylin.

"Lo suka sama dia? Ambil aja dia temen baru gue, namanya Raylina Oktavia bagus kan?" Astaga jadi ini sosok Aurelia? Yang seenaknya memperlakukan orang?

"Kenapa gua? Dari tadi gua diem yah! Dasar nyebelin!" batin Raylin.

"Yah kagak lah, gua kesini cuman mau ngasih lo ini," ucapnya sambil memberi selembar uang bernilai 100.000.00

"Buat apaan? Gua udah di transfer tadi sama Papa, kak," ucap Aurel dengan alis yang bertautan.

"Buat imbalan karna lo kemaren malam gak ngasih tau nyokap bokap kalau gua ke bar lagi hehe," ucapnya sambil menggaruk kepalanya yakin dan pasti itu tidak gatal.
"Gue cabut, dah Adek sayang." Leon berlalu pergi dari kelas itu. Tak lupa ia mengacak rambut sang Adik lalu mencium keningnya.

Raylin kembali memfokuskan dirinya pada novel, dia dianggap aneh dengan keluarga nya karna cita-cita nya sebagai penulis. Apa salahnya menjadi sosok penulis? Semua manusia mempunyai mimpi, dan menjadi penulis itu mimpi Raylin.

Tbc!!

Raylin story'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang