#11. [Curhat Dengan Ayah]

17 5 0
                                    

Bintang menyuruh Raylin menunggu di bibir pantai dengan memandangi banyak pasangan bermain air, jadi maksud Bintang, ingin menjadikan Raylin obat nyamuk gitu? astaga.
Setelah cukup lama menjadi obat nyamuk, akhirnya Bintang datang. Bintang tiba-tiba memaksakan Raylin kalung dengan bandol Bintang yang terdapat tulisan R-nya di dalamnya, sahabat indah!

"Pakek yah." Bintang duduk di sisi Raylin yang masih menatap nya bingung.

"Iya, makasih kak."

"Sama-sama."

Bintang menatap Raylin lama Bintang menatap kedua mata Raylin yang indah, berwarna kecoklatan, hidungnya yang mancung, pipinya yang tembam dan bibirnya yang mungil nan ranum.
Raylin yang merasa diperhatikan pun langsung mengalihkan pandangannya.

"Gak usah mandangin gue segitunya juga kali kak!" ucap Raylin lalu menatap pantai di depannya.

Bintang tertawa saat melihat wajah cemberut Raylin, benar menurut pemikiran nya, Raylin itu hanya satu di dunia dia tidak akan pernah tergantikan.

"Mau main ke sana gak?" tanya Bintang dengan menunjuk menuju arah ombak-ombak yang udah di sana.
Raylin mengangguk mantap lalu Bintang menarik tangan Raylin untuk bermain air di tepi pantai sana.

Mereka bermain dengan ceria di sana tanpa memperdulikan manusia-manusia di sekitarnya seolaj dunia milik mereka berdua, jadi yang lain ngontrak, gitu?
Raylin melihat senyum Bintang yang tak pernah luntur dari wajahnya. Namun alis Raylin berkerut saat melihat cairan merah segar yang mengalir dari hidung Bintang, mungkin Bintang tidak mengetahui itu dia masih setia tertawa lepas dengan menatap Laut sekarang. Raylin menyentuh pundak Bintang agar Bintang menoleh ke arahnya.

"Kenapa Ray?" tanya Bintang dengan alis yang bertautan bingung.

Tangan Raylin beranjak mengambil tissue di saku baju yang selalu ia bawa, lalu mengusap hidung Bintang. Setelah selesai mengusap hidung yang berdarah milik Bintang, Raylin menunjukkan tissue yang ada bercak darah itu pada Bintang.

"Kakak kenapa?" tanya Raylin.

"Gu-gue gak papa Ray." Bintang merebut tissue dari tangan Raylin dengan kasar. Raylin pun sempat kaget dengan respon Bintang.

"Kakak sakit yah?" tanya Raylin lagi.

"Gue.Gak.Papa!" ucap Bintang penuh dengan penekanan.

Raylin sedikit curiga dengan perlakuan. Bintang hari ini, sungguh! Bintang terlalu kasar menurutnya apa salahnya Raylin bertanya kenapa dia bisa mimisan, kenapa dia merespon dengan seperti itu. Salahkah jika Raylin ingin mengetahuinya?!

"Yaudah! Anterin gue pulang aja kak, Lagian ini udah hampir jam pulang nanti kita habisin waktu di perjalanan dan Sampek rumah pas waktu pulang sekolah juga." Raylin bangkit dari duduknya dan membersihkan kakinya yang terkena pasir pantai.

"Yaudah ayok." Bintang kembali mengusap hidung nya laku berjalan mendahului Raylin menuju mobil.

***

Aurel dan Rizky berjalan beriringan melewati koridor sekolah, untuk pulang. Leon ada acara basket hari ini Rizky sengaja izin yah hanya untuk mengantar kekasih barunya ini pulang, Rizky membukakan pintu mobil untuk Aurel memasuki mobil. Setelah Rizky menutup pintu mobilnya Rizky berjalan dengan sedikit berlari menuju kursi pengemudi dan melakukan mobilnya menuju rumah Aurel.
Mereka berjalan menyusuri jalanan Jakarta dengan mobil mewah milik Rizky.

"Bintang sama Raylin kemana yah?" tanya Aurel.

"Mana Aku tau sayang, kan Aku bukan orang tua mereka." Rizky Kembali fokus ke jalanan.

Mereka kembali hening, tak ada yang mau memulai pembicaraan, padahal mereka berpacaran. Sangat membosankan cara pacaran mereka, iya tidak?

***

Raylin tiba di rumahnya lalu membuka gerbang setelah memastikan Bintang benar-benar pergi meninggalkan pelataran rumah Raylin. Senyum Raylin terukir saat mengetahui mobil Ayahnya ada di parkiran itu tandanya ayahnya pulang lebih awal hari ini.
Raylin membuka pintu lalu mengucapkan salam, hal yang pertama Raylin kiaht adalah kedua orangtuanya yang tengah menonton tv.

"Assalamualaikum, Ray pulang." Raylin menyalimi kedua tangan orang tuanya.

"Waalaikum salam, eh putrinya Ayah. Kok gak Makek seragam sayang?" tanya Ayah Raylin. Bodoh! Kenapa dia tidak memakai seragam? Ternyata salah Raylin bukan pembohong yang pandai.

"Eumm, itu tadi seragamnya udah Ray balikin terus Ray pulang Makek baju kemarin yah, yaudah Ray mandi dulu."

"Iya, Bunda mau masak dulu."

Raylin dan Bundanya pun meninggalkan Ayah Raylin yang masih setia menonton tv. Raylin berjalan menaiki tangga dan membuka pintu kamarnya, Raylin mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih santai, setelah selesai Raylin berjalan keluar kamar dan menuju ruang tv di sana masih ada ayahnya yang menonton sebuah acara tv. Raylin menaruh kepalanya di paha ayahnya sebagai bantal. Ayahnya pun tak berapa keberatan akan sikap manja Raylin, karna dia tau putrinya ini memang manja.

"Yah, Ray boleh tanya gak?" ucap Raylin dengan menatap Ayahnya dari bawah.

"Boleh sayang," jawab Ayah Raylin.

"Bukan tanya sih yah tapi lebih ke curhat, boleh kan? Tapi ayah jangan ketawa in Ray!" Raylin memainkan rambut panjangnya.

"Iya sayang, untuk saat ini kamu bisa anggap Ayah ini temen kamu yang akan mendengarkan semua curhatan kamu."

"Makasih, jadi gini yah. Kalau andainya kita suka sama seseorang tapi seseorang itu suka sama sahabat kita sendiri bahkan sudah pacaran. Terus apa kita harus menyerah? Atau perjuangin?" Raylin menatap Ayahnya lekat berharap sebuah pencerahan.

"Untuk bahagia tidak perlu dengan seseorang yang kita sayang, kita cukup melihat seseorang yang kita sayang itu bahagia sudah lebih dari cukup, kamu tau? Merelakan seseorang yang kita sayang untuk orang lain agar dia bahagia adalah adalah titik teratas level kebahagiaan mu, sayang." Ayah Raylin mengelus pucuk kepala Raylin pelan. "Emang siapa orang itu? Hemm?" lanjutnya.

"Eh,, gak ada kok Yah. Cuman iseng nanya doang, Ray mau minum susu dulu yah Yah. Nanti bunda ngamuk, hihi." Raylin beranjak menuju dapur untuk meminum susu yang telah Bundanya siapkan sejak tadi.

Sampainya di dapur Raylin menatap Bunda yang tengah berkutik ntah dengan apa di dapur sana yang jelas Bundanya tengah masak dibantu dengan bi Ijah -asisten rumah tangganya-
Raylin menghabiskan segelas susu itu lalu beranjak menuju kamar, dia perlahan mencoba melupakan perasaan itu kepada Rizky, percuma dia menyimpan perasaan ini jika pada akhirnya dia juga yang tersakiti karena perasaan itu tidak terbalaskan.
Raylin menidurkan dirinya di atas kasur empuk miliknya. Hari ini dia memutuskan untuk tidak ikut makan malam dan beranjak pergi menuju alam mimpi, terlalu melelahkan memang memikirkan seseorang yang tidak pernah memikirkan kita.

TBC!

Raylin story'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang