Hari ini Raylin sudah membuat janji pada keempat sahabat nya. Yah Bintang, Leon, Rizky dan juga Aurel. Mereka akan bertemu di sebuah cafe yang biasa Raylin kunjungi bersama Aurel.
Raylin menunggu teman-teman nya di sebuah bangku yang tak jauh dari kaca, ntah lah Raylin sangat nyaman jika duduk di sebelah kaca. Baginya duduk di tempat seperti ini itu selalu memenangkan.
"Halo." Aurel duduk di hadapan Raylin bersamaan dengan Rizky yang merangkul pundaknya.
Sakit? Mungkin itu masih terasa di dalam hati Raylin, namun sebisa mungkin. Oh ralat, bisa atau tidak bisa Dia harus bisa melupakan Rizky. Rizky hanyalah Sahabat yang 'tak akan menjadi kekasih. Raylin tau itu.
Seperkian detik selanjutnya Leon dan Bintang datang, Bintang datang menggunakan kaos santai berwarna putih dan hitam di lengan pendeknya. Dan celana Levis panjang, Bintang menenteng jaket miliknya.
Leon duduk di kursi singgel sedangkan Bintang duduk di sebelah Raylin lalu menatap Gadis itu dengan senyuman termanis yang Ia miliki. Leon Tersenyum saat melihat sahabatnya kembali tersenyum, setidaknya biarkan Laki-laki itu bahagia walau hanya sebentar.
"Gue sama Rizky pesan makanan dulu." Aurel menarik tangan Rizky untuk memesan makanan tentu saja Rizky mengikuti gadis itu.
"Nah, kalau gue mau ke toilet. Kalian jangan macem-macem lho." Leon beranjak meninggalkan meja untuk ke toilet.
Tidak ada yang membuka suara kecuali suara kendaraan yang berlalu lalang di depan cafe ini. Raylin menghela nafas lelah, kenapa dia dan Bintang menjadi secanggung ini.
"Kak."
"Ray."
Keduanya tertawa kecil saat sadar mereka memanggil satu sama lain secara bersamaan, apa mereka tadi juga satu pemikiran? Haha, lucu memang.
"Lo duluan!" ucap Bintang.
"Gak ada gue cuman mau bilang kenapa kita diem-dieman?"
Bintang tersenyum. Lalu matanya teralih saat melihat benda yang melingkar di leher jenjang Raylin, Gadis itu benar-benar memaki kalung dari dirinya.
"Makasih," ucap Bintang.
"Untuk?"
"Lo udah makek kalung dari gue."
"Oh, iya dong kak kan lo kasih buat gue yah harus gue pakek dong."
Bintang mengangguk mengiyakan perkataan Raylin, senyumnya memudar saat ingatan kecil kembali terbesit di otak nya. Akankah dia bisa selalu bersama Raylin? Jika seandainya dia bisa mengikat Raylin dengan hubungan itu akan percuma jika pada akhirnya dia yang meninggalkan Raylin dulu 'kan? Ah ... ternyata Tuhan lebih menyayangi dirinya.
"Nih makan!" ucap Rizky dengan membawa satu nampan berisi es teh. Dan di belakangnya ada Aurel dan pelayan yang membawa nampan berisi makanan.
"Kak Leon mana?" tanya Aurel setelah duduk di hadapan Bintang.
"Toilet," ucap Bintang.
"Hy guys, mana makanan gue?" ucap Leon lalu duduk di kursi singgel miliknya tadi.
"Tuh, yok makan!" Aurel mengambil sendok di sebelah piringnya lalu melahap makanannya.
***
Setelah dengan acara makan-makan tadi hari pun juga semakin sore, sebenarnya di cafe Mereka tidak hanya makan. Tapi juga bernyanyi mengikuti penyanyi cafe hingga hari ini berganti sore, Leon memilih untuk pulang dulu. Aurel dan Rizky masih ingin yah kalian tau pacaran. Dan tersisa lah di sini, di meja yang tadi mereka tempati Raylin dan Bintang. Hanya mereka yang tidak punya keputusan hari ini.
"Mau ke pasar malem?" tanya Bintang tiba-tiba.
Raylin menoleh. "Emang ada? Kan baru jam enam kak."
Ada, tapi cukup jauh dari sini yah mungkin dua jaman lah. Jadi mau gak? Kalau mau ayok!"
Raylin mengangguk, jika dipikir-pikir sudah lama dia tidak pergi ketempat itu. Terakhir Dia kesana saat Ayahnya akan pergi keluar kota untuk bekerja dan saat itu Raylin berusia 10 tahun.
Bintang menggandeng tangan Raylin keluar dari Cafe, Raylin sempat tersentak dengan perlakuan yang diberikan oleh Bintang untuknya. Namun sedetik kemudian dia tersenyum merasakan nyaman dalam posisi tangan yang digenggam erat oleh Bintang. Katakan lah ini Cintanya atau apalah tapi yang jelas hati kecilnya mengiyakan hal itu.
Bintang dan Raylin memasuki taxi online yang tadi Bintang pesan saat di dalam cafe. Canda tawa memenuhi taxi bahkan sopir taxi sempat membuat lawakann dan tertawa bersama, boleh jujur? Raylin pertama merasakan nyaman dan senang tmyang teramat seperti ini, sungguh.
Bintang memberikan selembar uang berwarna hijau pada sopir lalu keluar di susul oleh Raylin di belakangnya. Bintang kembali menggenggam tangan Raylin, hawa saat ini sangat dingin. Bintang melepas jaket hitam miliknya, lalu kenyampirkan nya di bahu Raylin.
"Pakek!"
Raylin mengalihkan pandangannya yang semula menatap ramainya pasar malam kini menatap Bintang. Raylin tersenyum lalu melepas kembali jaket yang tadi Bintang briakn padanya.
"Jangan, nanti kalau Kakak sakit siapa yang bakal ngelindungin Aku? Siapa yang bakal ngajakin Aku ketempat kayak gini?"
Bintang tersenyum lalu kembali memakai jaketnya. Bintang merangkul pundak Raylin dan membawa Gadis itu memasuki area pasar malam.
"Jadi ceritanya udah pakek Aku-kamu nih?" goda Bintang.
"Eh gak gitu, tadi itu eum anu--"
"Udah mulai malam ini ganti ucapan pakek Aku, Kamu deal?"
Raylin kembali tersenyum. Lalu mengangguk pasar malam di Ibu Kota saksi akan awal dari kisah mereka. Raylin mengikuti kemana Rizky membawa Raylin.
TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
Raylin story's
Novela JuvenilTentang Raylin, gadis yang tidak pernah beruntung dalam masalah kebahagiaan cinta. Seolah cinta tidak pernah berpihak kepadanya. Raylin gadis cantik yang mencintai sahabat kecilnya namun masa depan berkata lain, sahabat nya mencintai Aurel teman bar...