#13. (Bintang ngambek)

22 4 1
                                    

Bintang ada di UKS karna di kelas tadi dia tiba-tiba merasakan pusing yang sangat kuat, bahkan Dia kembali mimisan. Rizky yang melihat sahabatnya tengah mimisan dan memegangi kepalanya pun segera meminta izin untuk mengantarkan Bintang ke UKS lalu menyuruh Bintang istirahat dan Kembali ke kelas. Kadang Bintang berpikir bahwa penyakit ini tidak akan pernah sembuh. Hanya 0,1% dia bisa sembuh. Sejak berumur 7 tahun, bayangkan dan saat ini dia sudah berumur 17 tahun dan hampir berusia 18 tahun malah.
Sembuh atau tidak Bintang akan merimanya, dibiarkan hidup selama ini pun Dia sudah bersyukur. Bahkan sangat.

"Raylin is mine!" gumam Bintang pekan berharap kedua pasangan itu tidak mendengar, tunggu Mereka masih belum menjalin hubungan!

Kini jam pulang sekolah telah tiba, Bintang sudah sejak tadi ada di rumahnya dia pulang jauh lebih awal dibandingkan teman-temannya. Itu karna jadwal cek upnya dengan dokter hari ini, Bintang pulang dari rumah sakit dengan Bundanya.
Bundanya yang membawa mobil kali ini bukan Bintang.

"Kata dokter apa Bun?" tanya Bintang pada Bundanya.

"Kata dokter kamu harus banyak-banyak istirahat, jangan banyak fikiran dan harus rutin minum obat sayang," jelas Bunda Bintang.

Bintang adalah satu dari sedikit orang yang memiliki penyakit ganas dan dia masih aktif dalam hal olah raga salah satunya basket, namun penyakit tetap penyakit, setiap kali Bintang selesai bertanding Basket maka dia harus banyak-banyak bolos hanya untuk berikan diri atau sekedar rebahan di UKS. Karna darah mimisan itu selalu datang di saat jam pelajaran. DNA bintang hanya menjawab jika dia dehidrasi dan butuh istirahat.

"Kapan Bintang mati yah Bun?" tanya Bintang dengan menoleh polos ke arah bundanya.

Bunda Bintang segera menepikan mobilnya. "KAMU GAK BOLEH NGOMONG GITU BINTANG!"

Bintang hanya mampu tertawa ringan saat mendengar sentakan dari Bundanya. Sudah hal biasa di disentak karna berbicara ngawur seperti tadi, tapi memang iya, kapan dia meninggal? Dia sudah tidak bisa menahan sakit nya terlalu lama cukup sepuluh tahun ini jangan lagi.

"Tapi Bun, itu memang benar kapan Bintang mati?" tanyanya kagi.

Tanpa sadar Bintang telah membuat air mata bundanya terjatuh. Bunda Bintang sangat sedih saat mendengar anaknya berucap demikian dengan enteng nya. Seputus asa itukah anaknya hingga lelah hidup DNA memilih mati karena sakitnya itu? Jika iya, tolong bawa Bundanya ini ikut bersamanya.

"Kamu pasti sembuh stang, pasti!" ucap Budha Bintang seolah menenangkan.

"Bun." Bintang menoleh ke luar jendela mobil. "Jika seandainya Bintang nggak sembuh juga gak papa kok Bun, Bintang rela Allah ambil bintang dari bumi, itu tandanya Allah sayang sama Bintang dan cepet-cepet nyuruh Bintang pulang."

"Tapi Bunda juga sayang sama Bintang, maka dari itu Bintang jangan bilang gitu," ucap Bunda Bintang masih menatap Putranya yang menatap keluar mobil.

"Bintang masih di beri usia sampai saat ini pun, Bintang sudah bersyukur Bun. Untung-untung Bintang bisa bertahan 'kan?" Bintang beralih menatap Bundanya yang tengah menangis di sana.

Hati ibu mana yang tidak sakit, hati ibu mana yang tidak kecewa, hati ibu mana yang tidak terluka saat anaknya berkata demikian?! Salahkan jika seorang ibu menginginkan sekarang anak yang sehat dan bisa bahagia seperti yang lainnya.
Terakhir kali Dia melihat Senyum dari Bintang adalah Kemarin saat bintang Tidka pulang semalaman dan pulang dengan senyum yang merekah di wajahnya. Sungguh kebahagiaan kemarin adalah kebahagiaan terindah baginya.

"Bunda gak mau denger kamu ngomong gitu lagi!"

Bintang memilih Tidak ingin menjawab, Bunda Bintang kembali melajukan mobil menuju rumahnya. Sudah cukup untuk tangis di pinggir jalan karna ulah anaknya ini!
Mobil terus berjalan membelah jalanan Jakarta, sampailah mereka di sini. Di rumah besar milik keluar Bintang.
Di depan rumah sana sudah ada Leon yang tengah menunggu mereka.
Bintang hanya berlalu melewati Leon tanpa melihat atau menegur Leon sekalipun.

"Dia kenapa tan?" tanah Leon pada Bunda Bintang.

"Mana Tante tau Leon, sana kamu temui mungkin dia sebel sama kamu."

"Yuadah Tan, saya ke kamar Bintang dulu yah."

"Iya."

Leon pun berjalan menaiki tangga dan membuka pintu kamar Bintang, di sana sudah ada Bintang yang telanjang dada ingin mengganti kaosnya.

"ASTAGA, MATA GUE TWRNODAI KAMPRET!"teriak Leon, percaya deh itu kayak perempuan.

Bintang masih diam, dia lebih memilih memakai baju.

"Lo kenapa diemin gue sih Tang?!"

Bintang masih diam.

"Tang?! Budek yah?!"

Sekali lagi Bintang masih terdiam.

"Kalau lo punya Masalah tuh bilang gak usah diemin gue kayak gini, kayak cewek tauk gak ada Masalah bukan malah bilang tapi malah diem."

Gak sadar tadi situ teriak-teriak gara-gara liat perut plus dada Bintang yang modelnya kayak roti robek itu Mas?

"Lo bahkan tau salah lo apa Yon!" Kini bintang mulai angkat bicara.

"Gue salah apa lagi sih Tang?! Perasaan gue masih tetap Rahasiain penyakit lo, dan perasaan gue juga gak ada salah, yah kecuali kalau gue bener bongkar penyakit lo baru deh itu salah."

"Raylin."

Leon terdiam, jadi Bintang sejak tadi mogok bicara padanya gara-gara gadis itu? Ayolah! Leon tidak akan menikung Bintang, meskipun Leon menyukai Raylin tapi tetap saja Bintang harus mendapatkan Raylin, Leon juga tau jika Bintang jatuh cinta pada pandangan pertamanya. Tidak mungkin Leon menikung sahabatnya.

"Gue denger semua pas kalian di UKS!" lanjut Bintang dengan tiduran di ranjangnya.

Leon menyusul menidurkan tubuhnya di kasus Bintang. "Gue suka sama Raylin, gue akui itu Tang." Bintang menatap sebal, marah dan tidak percaya ke arah Leon.

"Tapi, gue gak bakal nikung lo lah. Raylin milik lo cuman milik lo, meskipun gue sayang, cinta, suka ke dia. Tapi gue gak mungkin ambil dia dari lo Tang. Gue cuman mau ungkapin perasaan gue ke dia biar gue lega. Gue gak akan rebut milik sahabat gue."

"Lo gak bohong?" tanya Bintang.

"Sumpah gue heran sama lo, lo tuh cewek cowok sih? Lebay amat!"

"Serah! Keluar Sono lo gue mau istirahat."

"Gak mau!"

"Leon, gue baru selesai kemo, gue butuh istirahat. Lo gak mau gue sembuh?"

"Hadeh iya-iya, Cewek!"

"Kampret!"

Leon berdiri lalu berjalan meninggalkan kamar Bintang menutup pintu Bintang dengan kasar lalu bertemu dengan Bunda Bintang di dapur dan yah bisa kalian tebak, Leon memakan masakan Bunda Bintang, itu sudah pasti!
Leon akan ada di sini Sampai nanti Bintang terbangun, dan dia akan menganggu laki-laki itu lagi. Itu sudah rutinitas Leon, dia anak tunggal di rumahnya dan di rumahnya hanya ada asisten dan satpam kedua orang tuanya bekerja. Jadi hanya Bintang yang dia ganggu, karna Leon telah menganggap Bintang adiknya.

TBC!

Raylin story'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang