#27 (Si bunglon.)

6 2 0
                                    

"Lo tau? Lo itu kayak bunglon! Tiba-tiba romantis, tiba-tiba perhatian dan tiba-tiba nyeremin sekaligus misterius."

"Ray!!" jerit Aurel.

Raylin menghembuskan nafas lelah, baru saja ia akan memejamkan mata untuk tidur, dia dan Leon tiba di rumah jam dua dini hari dan tentu saja Raylin tidak tertidur. Lalu pagi ini dia sengaja tiba di sekolah satu jam lebih awal hanya untuk tidur di kelas. Tapi Aurel malah mengacaukan segalanya.

Aurel duduk di bangku depan bangku Raylin. Aurel bertobang dagu menatap wajah Raylin.

"Lo gak tidur tadi malem? Gara-gara Leon yah?" tebak Aurel.

Raylin mengangguk. "Gue mau tidur, bentar lagi bel."

"Padahal gue kangen sama lo," ujar Aurel dengan wajah kecewanya.

"Gue capek Rel, nanti deh jam istirahat lo bebas tanya apa aja ke gue buat ngobatin kangen alay lo itu. Sekarang gue mau tidur."

"Janji yah?"

Raylin berdeham, tidak lama kemudian Aurel bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan kelas Raylin menuju kelasnya. Berbeda kelas memang sebuah bencana bagi keduanya.

***

Jam pulang sekolah kini tiba, sejak setengah jam yang lalu Raylin menunggu di depan gerbang sekolah pun sudah mulai sepi, mungkin hanya tersisa anak yang mengikuti ekstrakurikuler. Namun, Leon belum juga datang untuk menjemput dirinya.

Raylin merogoh saku bajunya untuk mengambil benda pintar bercase pink milik nya. Sedetik kemudian ada pesan masuk dari Leon.

Leon:
Ray, sorry gue gak bisa jemput, Manda ngajak gue jalan nih. Maaf yah baru ngabarin kelupaan soalnya.

Oh jadi karena Manda yang dimaksud Leon yang menembak laki-laki itu? Jadi mereka pacaran bahkan Leon melupakan Raylin.

Raylin menaruh ponselnya di saku lalu clingak-clingukan mencari kendaraan umum, mustahil untuk menelfon kedua orangtuanya hanya untuk menjemput dirinya pasti mereka sibuk.

Raylin berdecak sebal saat tidak ada satu pun kendaraan umum yang melewati sekolah. Langit-langit sudah mulai berwarna gelap pertanda akan hujan.

'Brumm ... brummm'

Sebuah motor besar nan mewah berwarna merah berhenti tepat di depan Raylin. Laki-laki itu melepas helm full cash miliknya. Mengacak jambulnya yang berantakan lalu menatap Raylin dengan tersenyum.

"Kenapa belum pulang?" tanya Keano.

"Gak papa, lo sendiri?"

"Tadi ada urusan sama kepsek, gue anterin pulang mau?"

Raylin berfikir, jika menolak dan menunggu kendaraan umum lewat itu mustahil pasti dia akan terjebak hujan. Raylin benci hujan.

Jika dia menerimanya bagaimana caranya? Ah, gengsinya terlalu besar bahkan disaat seperti ini.

"Lama! Udah ayok naik!" Keano memberikan helm miliknya.
"Gue gak bawa dua helm, gak tau juga kalau ada lo yang belum pulang. Besok kalau mau bareng gue bawa dua helm deh. Sekarang nih pakek!"

Raylin tersenyum lalu menggeleng. "Gue pikir, perkataan anak SMAINUDA tentang lo yang pinter itu bener eh nyatanya nggak. Memang di kelas lo pinter tapi gak masalah luar kelas."

Raylin story'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang